Melalui Nilai-nilai Toleransi dan Perdamaian, Perempuan Melawan Ekstremisme dan Radikalisme

Modernisasi yang masif melahirkan berbagai dampak terhadap kehidupan. Salah satunya adalah perkembangan di bidang teknologi. Perubahan ini berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh terjadi kemajuan dalam pola pikir dan kemampuan manusia dalam mengolah ilmu pengetahuan dan mengaktualisasikannya ke dalam teknologi. kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ini jika tidak diimbangi dengan kontrol diri akan berdampak riskan bagi kehidupan umat manusia. Mengapa demikian? Saat ini, dunia sedang dihadapkan dengan globalisasi, atau yang dikenal dengan proses mendunia. Melalui globalisasi, informasi dapat diakses tanpa mengenal ruang dan waktu. Akibatnya, derasnya arus informasi memudahkan setiap manusia dapat bertukar perspektif, mencari hiburan, dan melakukan komunikasi. Sayangnya, jika tidak dikelola dengan bijaksana, aktivitas ini dapat menimbulkan tantangan bagi kemajemukan manusia. Adapun tantangannya adalah intoleransi. Hal ini apabila tidak dicegah lebih lanjut, dapat mengakibatkan terjadinya ekstremisme dan radikalisme. Persoalan ini menjadi hal yang sifatnya krusial, karena membutuhkan tanggung jawab dan partisipasi bersama, seperti perempuan yang dapat berpartisipasi dalam mencegah terjadinya intoleransi yang akan dipaparkan lebih lanjut dalam tulisan ini. 

Intoleransi masih menjadi catatan dalam kemanusiaan. Di Indonesia, beberapa kali terjadi kasus yang mengatasnamakan suatu agama untuk mendiskreditkan umat yang memeluk agama/kepercayaan lainnya. Hal ini menunjukkan adanya tendensi bahwa perbedaan terkadang dipandang sebagai bumerang, bukan sebagai harmoni yang mempersatukan. Salah satu tantangan yang menjadi perhatian bersama adalah adanya pandangan ekstrim dan radikal terhadap perbedaan, sehingga memunculkan diskriminasi dan disintegrasi dalam masyarakat. Perempuan, menjadi salah satu pihak yang dapat menghadirkan proses dan cara yang inklusif dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam meminimalisasi terjadinya bibit-bibit intoleransi dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan tergabung dalam berbagai jaringan, komunitas, atau organisasi dalam menyuarakan dan memperjuangkan pendidikan dan penerapan nilai-nilai perdamaian. Bahkan, perempuan juga menanamkan pendidikan dan penerapan nilai-nilai toleransi dalam keluarga. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghidupkan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari. Tantangan intoleransi yang saat ini terjadi sebenarnya bermula dari pola pikir yang sempit terhadap keberagaman manusia dalam lintas etnis, agama, dan budaya. Pola pikir dan sikap yang inklusif, menjunjung tinggi kesetaraan, dan menerapkan nilai kemanusiaan tidak akan mengakibatkan terjadinya intoleransi. Salah satu sosok perempuan yang memperjuangkan isu toleransi adalah Agnes Dwi Rusjiyati yang memperjuangkan hak kebebasan beragama, memberikan advokasi bagi korban kekerasan atas nama agama, dan menghidupkan nilai toleransi di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sosok tersebut dapat menginspirasi perempuan. Di bawah ini, terdapat cara yang dapat dilakukan oleh perempuan untuk menghidupkan nilai-nilai perdamaian dan toleransi dalam melawan intoleransi. 

Melalui Nilai-nilai Toleransi dan Perdamaian, Perempuan Melawan Ekstremisme dan Radikalisme

Pertama, perempuan dapat mengarahkan dan mengajarkan pada sang anak tentang pentingnya pemikiran yang inklusif, setara, dan menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan toleransi terhadap keberagaman etnis, agama, dan budaya. Perempuan dapat mempromosikan dan membagikan pemahaman dan penerapan sikap untuk menghargai tetangga dan anggota keluarga yang berasal dari berbagai etnis, agama, dan budaya. Misalnya, ketika sang anak melihat kawannya yang beragama lain sedang berdoa sebelum makan, ibu sang anak perlu menyampaikan, menanamkan pengertian, dan mengajarkan bahwa perbedaan agama adalah hal yang indah dalam kehidupan, karena dari situ manusia dapat belajar saling menghargai umat beragama atau yang memeluk kepercayaan. Melalui hal-hal sederhana, anak-anak dapat memiliki pemikiran yang terbuka dan menghormati keberagaman agama dan kepercayaan. Dengan demikian, tindakan tersebut dapat mencegah terjadinya ekstremisme dan radikalisme. 

Kedua, perempuan yang tergabung dalam berbagai jaringan, organisasi, dan komunitas perempuan dapat membangun jaringan yang mempromosikan nilai-nilai perdamaian dan toleransi terhadap masyarakat yang terjalin dalam lintas etnis, agama, dan budaya. Mereka dapat menghadirkan dialog damai, diskusi inklusif, ruang intelektual, berbagi bacaan, menulis, dan kegiatan lainnya yang memiliki nilai-nilai inklusif, menumbuhkan kekuatan, dan meningkatkan persatuan antar perempuan. Melalui kegiatan tersebut, perempuan adalah pejuang perdamaian yang senantiasa menggelorakan semangat toleransi untuk membungkam ekstremisme dan radikalisme.  

Ketiga, perempuan dapat mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian dan toleransi melalui media sosial. Perempuan dapat membuat konten dalam bentuk tulisan, video, suara, ataupun story tentang pentingnya nilai-nilai perdamaian dan toleransi untuk menjaga dan merawat harmoni persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan juga dapat membagikan foto-foto kegiatan inklusif dalam komunitasnya. Saat ini, banyak orang yang menghabiskan sebagian waktunya untuk berseluncur di media sosial. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh perempuan, baik secara individu ataupun kolektif untuk mempromosikan nilai-nilai perdamaian dan toleransi untuk melawan ekstremisme dan radikalisme. 

Keempat, di lembaga pendidikan, perempuan berperan sebagai guru, fasilitator, ataupun tentor untuk menumbuhkan inklusivitas terhadap keberagaman etnis, agama, dan budaya, melatih berpikir kritis, dan mengajarkan pada siswa untuk tentang sikap kemanusiaan, sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan. Guru, pendidik, fasilitator, ataupun tentor dapat menghadirkan proses pembelajaran yang mengedepankan demokrasi, kemanusiaan, toleransi, rekonsiliasi, dan resilensi terhadap intoleransi yang terjadi. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mempersiapkan dan membekali generasi muda, sebagai agen perdamaian yang akan mewariskan dan mengimplementasikan nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. 

Keempat cara di atas dapat dilakukan oleh perempuan sesuai dengan perannya masing-masing. Partisipasi perempuan di berbagai ruang tidak boleh dibatasi, tetapi keterlibatan perempuan memiliki kekuatan untuk menjaga, mempertahankan, dan menghidupkan nilai-nilai perdamaian dan toleransi dalam kehidupan. Tentu saja, proses ini harus didukung, karena perempuan memperjuangkan harmoni perdamaian dan toleransi sebagai upaya mencegah terjadinya intoleransi. Diskriminasi dan disintegrasi antar etnis, agama, dan budaya harus dilawan, agar penerapan nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan perdamaian tidak hanya sekadar ilusi dan promosi, tetapi ada implementasi yang dilakukan. Perempuan memiliki potensi, kesempatan, dan sumber daya untuk menggaungkan dan memperjuangkan toleransi dan perdamaian. Oleh karena itu, kita perlu saling mendukung dan menghargai proses perempuan dalam menjaga eksistensi nilai-nilai toleransi dan perdamaian, sebagai upaya mempertahankan iklim demokrasi yang melawan esktremisme dan radikalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 

 

Referensi: 

https://shebuildspeace.id/agnes-dwi-rusjiyati-perjuangan-perempuan-dalam-isu-toleransi/ 

https://womenandcve.id/blog/2024/11/28/ekstremisme-berbasis-kekerasan-dan-kampanye-16-hari-anti-kekerasan-berbasis-gender/ 

https://womenandcve.id/blog/2023/03/09/perempuan-mencegah-ekstremisme-melalui-penolakan-kekerasan/ 

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top