Women Support Women dalam Resiliensi dan Reintegrasi Keluarga Napiter

Setiap kali terjadi aksi terorisme atau penangkapan teroris, sering kali perhatian hanya tertuju pada pelaku utama. Namun, dibalik itu ada kisah-kisah perempuan yang hidupnya berubah total akibat tindakan suami, anak, atau anggota keluarganya. Mereka adalah istri dan keluarga mantan narapidana teroris (napiter) yang menghadapi stigma sosial, trauma, dan perjuangan berat untuk kembali menjalani hidup secara normal.

Label sebagai “istri napiter” bukanlah hal yang mudah untuk dilepaskan. Masyarakat seringkali menganggap mereka terlibat dalam aksi terorisme, padahal tidak jarang para istri ini sama sekali tidak mengetahui rencana suami mereka. Mereka adalah individu yang terpisah dari keputusan suaminya, namun tetap harus menanggung dampak sosial dan emosionalnya.

Women Support Women dalam Resiliensi dan Reintegrasi Keluarga Napiter

Sulitnya mencari pekerjaan, terbatasnya akses pendidikan untuk anak-anak mereka, hingga perlakuan diskriminatif menjadi tantangan sehari-hari yang mereka hadapi. Dalam proses reintegrasi sosial, peran masyarakat sangat penting. Dukungan dan penerimaan dapat membantu mereka memulihkan kehidupan dan kembali berkontribusi sebagai warga negara yang setara.

Salah satu pendekatan inovatif dalam mendampingi keluarga napiter adalah melalui literasi. Silvia Rahmah, pendiri Rumah Daulat Buku (Rudalku), percaya bahwa salah satu kunci untuk memutus paham radikalisme adalah melalui pendidikan dan pembentukan pola pikir baru.

Di Rudalku, para istri dan mantan napiter diberikan tanggung jawab mengelola rumah baca di rumah mereka. Kegiatan ini tidak hanya membantu membangun kembali rasa percaya diri, tetapi juga menciptakan ruang interaksi sosial dengan masyarakat sekitar. Tema yang diusung adalah “Banyak baca jadi terbuka, banyak bacaan jadi toleran.”

Dengan membaca buku-buku yang memberikan perspektif baru, para istri dan mantan napiter mulai mempertanyakan ideologi yang pernah mereka yakini. Diskusi dengan fasilitator yang memiliki pemahaman damai membantu mereka memahami jihad sebagai konsep yang rahmatan lil alamin.

Contoh lain perjuangan perempuan dalam mendampingi istri napiter adalah Erni Kurniati, seorang peneliti dari Division for Applied Social Psychology Research (DASPR), terlibat dalam program ini untuk mendampingi para perempuan ini secara intensif.

Dalam program ini, Erni tidak hanya mengadakan workshop bagi para ibu, tetapi juga menyediakan pendampingan khusus bagi anak-anak napiter. Salah satu tantangan awalnya adalah membangun kepercayaan. Banyak dari mereka curiga bahwa Erni dan tim hanya ingin menggali informasi tentang aksi terorisme. Namun, melalui pendekatan yang empati dan tanpa label, perlahan mereka mulai terbuka dan merasa nyaman.

Selama workshop, psikolog klinis memandu sesi konseling untuk membantu para istri menghadapi trauma. Kegiatan seperti jalan-jalan bersama keluarga juga dilakukan untuk mengurangi tekanan psikologis mereka.

Hasil dari pendampingan ini mulai terlihat. Para perempuan yang semula merasa tidak berdaya kini mulai berani menyuarakan perasaan mereka kepada suami. Mereka bahkan lebih perhatian terhadap aktivitas pasangan, seperti memastikan kajian yang diikuti suami tidak mengarah pada ekstremisme.

Pendampingan yang diberikan kepada istri dan keluarga eks narapidana teroris (napiter) memainkan peran penting dalam mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik. Proses reintegrasi sosial yang melibatkan pendekatan literasi dan dukungan emosional terbukti efektif dalam membantu mereka keluar dari tekanan sosial dan stigma yang melekat. Melalui Rumah Daulat Buku, para istri dan mantan napiter diberi kesempatan untuk membangun kembali rasa percaya diri, menggali pengetahuan baru, dan memperluas wawasan, yang membantu mereka memutuskan ikatan dengan paham radikalisme. Pendampingan intensif seperti yang dilakukan oleh Erni Kurniati juga membantu membangun kepercayaan, mengurangi trauma, dan memperbaiki hubungan dalam keluarga. Dengan dukungan yang tepat, perempuan-perempuan ini tidak hanya berhasil mengatasi tantangan yang mereka hadapi, tetapi juga mulai berperan aktif dalam membimbing suami dan anak-anak mereka untuk menghindari ekstremisme, sekaligus memperbaiki kehidupan keluarga mereka secara keseluruhan.

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top