Ulama Perempuan Melawan Ekstremisme Berkedok Agama

Keterlibatan Perempuan dalam aksi terorisme

Keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme kini mulai menjadi perhatian dari berbagai instansi yang fokus terhadap isu-isu seputar terorisme, intoleran, dan ekstremisme.  Menurut data yang dihimpun oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), perempuan dan anak memiliki peran yang cukup berbahaya dalam lingkaran kelompok teroris. Jika dahulu peran perempuan dalam aksi terorisme dianggap masif, kini perempuan ikut berperan sebagai aktor dalam aksi terorisme.

Ulama Perempuan Melawan Ekstremisme Berkedok Agama

Keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme didukung oleh penggunaan dalil-dalil tentang seruan untuk berjihad serta keharusan membunuh orang-orang musyrik. Adanya dalil semacam ini, kemudian dijadikan pedoman oleh kelompok teroris untuk melibatkan  para perempuan dan anak-anak untuk ikut terlibat dalam amaliyah (tindakan ekstremisme kekerasan) dengan embel-embel jihad. 

Salah satu kasus aksi terorisme perempuan pertama di Indonesia, adala  yang dilakukan oleh Dian Yulia Novi (28). Perempuan asal Cirebon itu bermaksud meledakkan bom panci berkekuatan tinggi di Istana Negara pada tahun 2016.

Dari kasus Dian ini, perlu digarisbawahi bahwa perempuan yang terpapar doktrin radikalisme dapat berpontensi besar menjadi pelaku ekstremisme. Sebagai konter atas hal ini, diperlukan peran serta perempuan dalam menanggapi maraknya aksi teror dengan aktornya adalah perempuan. 

Alasan logis mengapa perempuan harus dilibatkan adalah, perempuan memiliki cara tersendiri dalam melakukan pendekatan kepada sesama perempuan. Terutama mereka  yang terpapar paham radikal. Para peelaku pun dapat lebih terbuka dan lebih merasa aman dan nyaman, jika dihadapkan kepada sesama perempuaan. 

Selain ikut  berperan  sebagai mediator konflik atau penyintas aksi terorisme, perempuan juga penting berperan sebagai sosok yang ikut serta meluruskan kesalahan interpretasi terhadap dalil-dalil eksrremisme yang digunakan sebagai landasan tindakan ekstremisme. 

 

Pengaruh Agama dalam ekstrmis

Dalil-dalil agama yang kerapkali digunakan oleh kelompok radikal ini adalah buah dari cara baca teks yang tekstual dalam arti tidak melihat konteks atau sebab mengapa kemudian muncul teks tersebut. 

Salah satu dalil yang kerap digunakan sebagai landasan melakukan ekstremisme kekerasan adalah surat al-Baqarah ayat 191 yang secara garis besar berisi perintah untuk memerangi, mengusir, bahkan membunuh orang kafir dimana saja ketika dijumpai. Oleh kelompok radikal teks ini dimaknai secara tekstual saja sehingga mereka kemudian melegitimasi ekstremisme kekerasan yang dilakukan dan menganggap bahwa hal itu adalah seruan dari Allah. 

Selain teks diatas, kelompok radikal ini seringkali menggunakan cara baca yang tekstual dan mematikan penggunaan akal dalam memahami teks. Imbas dari cara baca tekstual ini, memungkinkan mereka memahami sebuah teks yang memuat kewajiban bagi seorang istri (perempuan) untuk selalu taat kepada suami (laki-laki) sebagai ketaatan yang bersifat mutlak. 

Narasi ekstrem dari dalil bahwa “istri (perempuan)  wajib taat kepada suami (laki-laki) memberikan pengaruh yang sangat signifikan pada bertambahnya angka keterlibatan perempuan dalam berbagai aksi terorisme. 

Mislanya jika seorang istri memiliki suami yang terdoktrinisasi paham radikal, maka sang istri diwajibkan untuk taat atau melegitimasi tindakan sang suami. walaupun pada hakikatnya tidakan sang suami tersebut bertentangan dengan apa yang ada dalam benaknya. Lebih jauh, keadaan yang demikian dapat berimbas pada legitimasi aksi kekerasan yang kemudian diturunkan kepada anak-anak mereka. 

 

Sikap  Ulama Pereempuan

Kerentaan perempuan terjerat radikalisme melalui doktrin-doktrin agama telah menjadi perhatian berbagai pihak tak terkecuali para ulama perempuan yang terus mendorong peran aktif perempuan dalam melakukan konter narasi terhadap kelompok ekstremis. 

Peran ulama perempuan dalam mencegah ekstremisme kekerasan berkedok agama sangatlah penting mengingat para ulama perempuan memiliki kemampuan dalam meluruskan kesalahan interpretasi terhadap teks-teks agama yang dijadikan legitimasi kekerasan oleh kelompok radikal. 

Dalam upaya menjadikan para ulama perempuan sebagai agen perdamaian, AMAN Indonesia bersama KUPI dan Rahima lewat kongres ulama perempuan pada tahun 2017, terus menyerukan upaya pencegahan ekstremisme melalui berbagai pelatihan serta penguatan peran ulama perempuan. 

Upaya pencegahan ekstremisme melalui pelatihan ini berhasil menjaring 76 ulama prempuan dari berbagai daerah. dengan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam membaca tanda-tanda radikalsime serta ekstremisme, diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat luas dalam memahami bahaya dari radikalisme berbasis agama. 

 

Ulama Perempuan Sebagai Garda Terdepan

Menempatkan ulama perempuan sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan ekstremisme merupakan langkah yang tepat. Ulama perempuan dapat melakukan konter narasi ekstremis menggunakan cara yang terkesan soft dan lemah lembut seperti yang dilakukan oleh Nyai Luluk Farida, ulama Perempuan asal Malang, Jawa Tengah. 

Dalam upaya melakukan konter narasi terhadap kelompok ekstremis, Nyai Luluk Farida melakukan dakwah dengan mengajarkan cara pandang agama yang tekstual dan kontekstual kepada jamaahnya. Selain itu, Nyai Luluk juga mengajarkan tentang toleransi dan cinta kasih sebagai konter terhadap kelompok ekstremis yang mengunakan kekerasan dalam menyebarkan paham radikalnya. 

 

Penutup

Menanggapi maraknya kasus ekstremisme berkedok agama dengan perempuan sebagai korbannya, maka menempatkan perempuan sebagai garda terdepan dalam menghalau ekstremisme merupakan langkah yang harus kita dukung sepenuhnya. 

Para ulama perempuan dari berbagai jaringan seperti AMAN, KUPI, dan Rahima mengecam keras berbagai macam bentuk ekstremisme kekerasan yang sangat merugikan perempuan sebagai korban dari propaganda kelompok ekstremis. 

Upaya mengenalkan cara baca yang kontekstual, menanamkan cinta kasih serta toleransi merupakan dakwah yang terus menerus digaungkan oleh para ulama perempuan sebagai konter narasi terhadap kelompok ekstremis. 

Mari dukung sepenuhnya para perempuan untuk turut serta terlibat menjadi agen perdamaian dan mengembalikan citra baik agama yang pada hakikatnya adalah rahmat atau kebaikan untuk semesta. 

 

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top