Selisik Diri: Ruang Aman untuk Perempuan Melawan Kekerasan, Diskriminasi, dan Radikalisasi (Bagian 1)

Dunia sering kali menjadi ruang yang keras bagi perempuan. Pengalaman saya, sebagai perempuan yang menghadapi pelecehan seksual, bullying, diskriminasi pekerja seni hanya karena perempuan, membuka mata saya akan realitas pahit patriarki yang masih mengakar kuat. Perjalanan panjang ini membawa saya pada sebuah kesadaran untuk menciptakan ruang yang lebih ramah, aman, dan tumbuh bagi perempuan. Dari sana, lahirlah Selisik Diri, sebuah forum perempuan di Gresik yang berangkat dari pengalaman pribadi dan kolektif untuk merangkul perempuan lainnya.

Saya melihat banyak kawan perempuan yang pernah mengalami kekerasan, baik fisik, verbal, KBGO, hingga kekerasan ideologis. Di beberapa kesempatan, saya sendiri menjadi korban diskriminasi, saat itu saya menjadi ketua teater di kampus. Perempuan sebagai ketua masih menjadi minoritas. Saya pernah dipersekusi dan bahkan diboikot saat saya menyuarakan kesetaraan gender di pameran seni, sebuah tindakan yang jelas sangat tidak adil. Semua ini memberi saya pelajaran tentang kerasnya dunia yang sering kali menindas perempuan.

Selisik Diri: Ruang Aman untuk Perempuan Melawan Kekerasan, Diskriminasi, dan Radikalisasi (Bagian 1)

Sesudah kuliah, saya melanjutkan perjalanan sebagai seorang pendidik. Namun, sepi menghantui. Saya hidup di sebuah desa di Kabupaten Gresik, dan kesendirian itu membawa saya pada sebuah pemikiran bahwa saya perlu memiliki teman dan melakukan sesuatu bersama untuk perempuan di sekitar saya. Selisik Diri, forum perempuan Gresik hadir dan menjadi ruang aman, ruang segar, dan ruang tumbuh bagi sesama perempuan untuk menemukan versi terbaik dari diri mereka sendiri.

 

Gerakan dan Kekuatan Kolektif Perempuan

Gerakan ini dimulai pada peringatan International Women’s Day (IWD) 2024, sebuah momen penting bagi perempuan di seluruh dunia. Pada awalnya, saya hanya menargetkan sekitar 15 orang peserta. Namun, respon yang saya terima sangat luar biasa, dengan lebih dari 30 perempuan yang hadir, dan pendaftarannya membeludak. Kami mengadakan berbagai kegiatan apresiasi seni untuk perempuan, seperti membaca puisi, menari, monolog, dan berbagai bentuk ekspresi seni lainnya. Saya juga memberikan materi tentang kesetaraan gender, hak-hak perempuan, pentingnya mendukung satu sama lain, kemudian kami berdiskusi tentang kekerasan, ekstremisme yang juga dapat menyerang perempuan. Sebisa mungkin ruang ini menjadi ruang transformasi ilmu supaya kami terhindar dari pemikiran kolot dan usang. 

Acara ini lebih dari sekadar diskusi dan apresiasi seni. Kami mengadakan sesi healing bersama, dengan meditasi sebagai sarana untuk melepaskan beban emosional yang telah lama dipendam. Banyak isak tangis yang terdengar, mengungkapkan betapa beratnya perjalanan hidup yang telah mereka lalui. Beberapa dari kawan-kawan perempuan yang hadir adalah ibu rumah tangga yang bekerja sekaligus merawat keluarga, ada juga remaja yang tinggal sendiri karena orang tuanya menjadi TKW, perempuan penyintas kekerasan seksual, bahkan ada yang pada saat itu juga masih mengalami kekerasan dalam hubungan pacaran. Dalam ruang Selisik Diri ini, perempuan-perempuan itu saling berbagi cerita, menumpahkan beban yang selama ini mereka pikul sendirian.

Ada pula cerita yang lebih mendalam, seperti seorang ibu yang baru saja kehilangan anaknya, seorang ibu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Salah seorang perempuan bahkan pingsan karena tidak sanggup menahan emosinya. Semua cerita ini bercampur dalam satu ruang, dalam satu ikatan empati yang kuat. Setelah sesi tersebut, kami merayakan pemulihan itu bersama—kami saling memeluk, memberikan dukungan satu sama lain. Saya merasa acara ini hidup, dan Selisik Diri menjadi ruang yang mampu memberi manfaat dan menggerakkan hati setiap perempuan yang hadir.

 

Pencegahan Radikalisasi Ideologi dan Pembangunan Solidaritas Perempuan

Dari pengalaman tersebut, saya menyadari bahwa ruang-ruang seperti Selisik Diri sangat penting dalam konteks Women, Peace and Security (WPS), khususnya dalam pencegahan radikalisasi ideologi (PCVE). Banyak perempuan yang menjadi korban radikalisasi ideologi, baik itu melalui ketidakadilan sosial, kekerasan, maupun pengaruh negatif dari lingkungan. Dalam hal ini, Selisik Diri dapat menjadi ruang untuk memberi perempuan kekuatan kembali, membuka mata mereka tentang hak-hak mereka, dan memberikan mereka ruang untuk menumbuhkan kesadaran diri serta mendalami potensi mereka. Dengan membangun solidaritas sesama perempuan, kami tidak hanya melawan ketidakadilan patriarkis, tetapi juga mengurangi potensi perempuan untuk terjebak dalam ideologi radikal yang bisa menghancurkan kehidupan mereka.

Radikalisasi ideologi sering kali dimulai dari perasaan terpinggirkan, terabaikan, atau tidak dihargai. Banyak perempuan yang merasa tersisih oleh norma sosial yang menekan, dan ini bisa membuat mereka lebih rentan terhadap ajakan untuk bergabung dalam kelompok-kelompok yang menawarkan ‘keadilan’ dengan cara yang salah. Dalam ruang seperti Selisik Diri, perempuan diberikan kesempatan untuk berbicara, berbagi, dan merayakan identitas mereka sebagai perempuan yang kuat dan memiliki hak yang sama dengan siapa pun. Ini adalah langkah preventif yang penting dalam menghindari radikalisasi, karena dengan meningkatkan kesadaran diri dan memperkuat ikatan sosial, perempuan dapat melawan tekanan eksternal yang sering kali menjerumuskan mereka pada ideologi ekstrem.

Selisik Diri tidak hanya sebuah forum, tapi sebuah gerakan. Gerakan yang bertujuan untuk menciptakan ruang yang aman, inklusif, dan penuh kasih bagi perempuan, di mana mereka bisa tumbuh dan berkembang bersama. Ini adalah upaya kolektif untuk membangun kekuatan bersama, untuk perempuan, oleh perempuan, dalam menghadapi tantangan sosial, politik, dan ideologis yang mereka hadapi. Dengan memperkuat jaringan perempuan, kami dapat mencegah munculnya ideologi radikal yang merusak, dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih inklusif dan penuh kasih sayang. Sebab, ketika perempuan saling mendukung dan berdiri bersama, tidak ada yang tidak mungkin.

 

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top