Perlunya Kelembagaan Perempuan dalam Program Pemulihan Korban Terorisme

Dalam menghadapi dampak yang menghancurkan dari terorisme, pemulihan korban menjadi salah satu tantangan terbesar bagi masyarakat. Setiap serangan tidak hanya merenggut nyawa dan menciptakan luka fisik, tetapi juga meninggalkan luka mendalam pada mental para penyintas. Oleh kaarena itu, penting untuk memahami proses pemulihan yang komprehensif dan inklusif, yang tidak hanya fokus pada penyembuhan individu, tetapi juga memberdayakan mereka untuk kembali berkontribusi positif dalam masyarakat.

Dalam konteks ini, peran lembaga, dukungan komunitas, dan pendekatan berbasis gender menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua korban terorisme.

Perlunya Kelembagaan Perempuan dalam Program Pemulihan Korban Terorisme

The Asiam Muslim Action Network (AMAN) Indonesia sebagai lembag non-pemerintah (LSM) hadir untuk bekerja memperjuangkan hak-hak sosial dan kemanusiaan di Indonesia. AMAN Indonesia seringkali terlibat dalam berbagai kasus pemulihan korban terorisme, dengan fokus pada pendampingan dan rehabilitasi bagi para penyintas. Salah satu inisiatif pentingnya adalah berkolaborasi dengan Komnas Perempuan dalam melakukan pemetaan dan kajian terhadap dampak serangan terorisme dan mendokumentasikan kebijakan yang diskriminatif yang dapat memperburuk situasi ekstrimisme.

Pada 28 Mei 2024, Komnas Perempuan meluncurkan hasil pemetaan pengalaman perempuan yang menjadi korban terorisme di Surabaya. Pengalaman perempuan korban terorisme di Surabaya tersebut menunjukkan dampak yang mendalam dan beragam.

Banyak perempuan yang mengalami luka serius akibat ledakan. Contohnya, seorang penyintas bernama Ibu E yang mengalami luka bakar 85 persen di tubuhnya dan telah menjalani lebih dari 30 kali operasi. Ibu E juga mengalami diskriminasi karena bekas luka yang membuatnya terasing dari masyarakat.

Korban juga menghadapi trauma berkepanjangan, depresi, dan kecemasan. Komnas Perempuan mencatat bahwa banyak penyintas merasa bingung, sakit hati, marah, dan stres akibat peristiwa tersebut. Hal ini juga memperburuk kondisi ekonomi mereka juga akibat dari cedera fisik dan trauma psikologinya.

Meski kasus ini mendapat perhatian serius dari berbagai lembaga. AMAN Indonesia dan Komnas Perempuan memberikan perspektif yang berbeda yakni menggunakan perspektif gender sebagai pendekatan utamanya. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami dan mengatasi tantangan yang dihadapi perempuan yang menjadi korban atau terlibat dalam aksi terorisme.

Proses pemulihan korban terorisme memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, mengingat kompleksitas dampak yang ditimbulkan oleh ekstremisme. Korban, terutama perempuan dan anak-anak, sering kali menghadapi tantangan unik yang berkaitan dengan stigma sosial, trauma psikologis, dan kehilangan mata pencaharian. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan komunitas lokal, dalam merancang program pemulihan yang responsif terhadap kebutuhan spesifik penyintas.

Melalui kerjasama yang erat dan pemahaman yang mendalam tentang konteks sosial dan budaya, AMAN dan Komnas Perempuan memberikan solusi yang tidak hanya memfasilitasi penyembuhan individu tetapi membangun ketahanan komunitas secara keseluruhan.

Proses pendampingan yang dilakukan oleh AMAN Indonesia dan Komnas Perempuan dalam mendukung korban terorisme, melibatkan beberapa langkah strategis yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka secara holistik. 

Pertama, pemetaan dan penelitian. Sepanjang Maret hingga November 2023, Komnas Perempuan melakukan pemetaan di berbagai wilayah seperti Surabaya, Bali, Poso, dan Jakarta. Proses ini melibatkan wawancara dengan 45 penyintas serangan teroris, di mana 35 di antaranya adalah perempuan. Pemetaan ini bertujuan untuk memahami dampak serangan teroris terhadap perempuan dan mengidentifikasi kebutuhan serta tantangan yang mereka hadapi.

Kedua, dukungan medis dan psikologis. Dalam kerangka Undang-undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang terorisme, korban berhak mendapatkan bantuan medis dan rehabilitasi psikososial. Namun, Komnas Perempuan mencatat adanya hambatan dalam layanan medis yang tidak memadai dan tidak berkelanjuatan. Oleh karena itu AMAN Indonesia dan Komnas Perempuan berusaha memastikan akses ke layanan kesehatan yang lebih baik bagi penyintas.

Pendampingan psikologis juga dilakukan AMAN dan Komnas Perempuan untuk membantu korban mengatasi trauma, dengan sesi konseling dan rehabilitasi untuk pemulihan mental dan emosional para korban terorisme tersebut.

Ketiga adalah pemberdayaan perempuan. AMAN Indonesia berfokus pada pemberdayaan perempuan melalui pelatihan keterampilan dan program ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian finansial penyintas untuk membantu mereka kembali ke kehidupan normal dan mengurangi ketergantungan pada bantuan.

Komnas Perempuan juga mendorong partisipasi aktif perempuan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan penanganan terorisme. Ini termasuk melibatkan mereka dalam diskusi mengenai perlindungan hak-hak korban dan upaya pencegahan ekstremisme.

Yang keempat yakni advokasi dan kesadaran publik, kedua lembaga ini juga berperan dalam advokasi kebijakan untuk memastikan bahwa perspektif gender diintegrasikan dalam penanganan terorisme. Mereka menyerukan perlunya data terpilah tentang korban untuk memudahkan pemenuhan hak-hak penyintas.

AMAN dan Komnas Perempuan aktif melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran publik tentang isu-isu yang dihadapi oleh perempuan penyintas terorisme, termasuk stigma sosial yang sering mereka alami.

 –

Proses pendampingan yang dilakukan oleh AMAN Indonesia dan Komnas Perempuan sudah cukup komprehensif dan inklusif, mencakup pemetaan kebutuhan, dukungan medis dan psikologis, pemberdayaan ekonomi, serta advokasi kebijakan. Pendekatannya memberikan dukungan menyeluruh kepada korban terorisme, membantu mereka pulih dari trauma, serta memberdayakan mereka untuk berkontribusi kembali kepada masyarakat.

 

 

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top