Kemiskinan di Indonesia memiliki ketimpangan gender yang cukup signifikan, dimana perempuan sering kali berada dalam posisi yang lebih rentan. Data menunjukkan bahwa 9,68% perempuan Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Sementara, tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan juga lebih rendah, yaitu sekitar 54,52%, dibandingkan dengan 83,87% untuk laki-laki di tahun 2023 (Badan Pusat Statistik, 2023). Selain itu, banyak perempuan yang bekerja di sektor informal tanpa jaminan sosial, yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap kemiskinan. Keterbatasan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan semakin memperparah kondisi ini, mengakibatkan kualitas hidup yang lebih rendah bagi perempuan miskin. Situasi ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan individu perempuan, tetapi juga mempengaruhi stabilitas sosial secara keseluruhan. Ketidaksetaraan gender dalam akses ekonomi dan pendidikan dapat memperkuat siklus kemiskinan antargenerasi, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kerentanan terhadap berbagai bentuk eksploitasi, termasuk radikalisasi.
Ketidakstabilan ekonomi sering kali menjadi akar masalah yang mendorong radikalisasi di berbagai wilayah. Kesenjangan ekonomi yang semakin melebar antara kelompok kaya dan miskin dapat memicu rasa ketidakadilan dan frustrasi di kalangan masyarakat. Situasi ini menciptakan kondisi yang rentan terhadap penyebaran paham radikal, karena individu yang merasa terpinggirkan lebih mudah dipengaruhi oleh ideologi ekstremis yang menawarkan solusi instan terhadap permasalahan mereka. Beberapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa kemiskinan dan ketimpangan ekonomi berperan signifikan dalam meningkatkan kerentanan terhadap ekstremisme kekerasan. Misalnya, di Provinsi Lampung, Banten, dan Jawa Barat, ditemukan bahwa kelompok ekstremis memanfaatkan kondisi ekonomi yang lemah untuk merekrut anggota baru. Mereka menawarkan bantuan finansial dan janji perbaikan hidup, yang menarik bagi individu-individu yang berada dalam kondisi ekonomi sulit.(Alam, 2021)

Oleh karena itu, solusi berbasis ekonomi yang berkelanjutan menjadi sangat penting dalam upaya pencegahan radikalisasi. Pendekatan ini mencakup peningkatan akses terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan, penciptaan lapangan kerja yang layak, serta pengembangan program-program pemberdayaan ekonomi di komunitas rentan. Dengan demikian, masyarakat dapat merasakan perbaikan kualitas hidup yang nyata, sehingga mengurangi daya tarik ideologi radikal dan membangun ketahanan terhadap pengaruh ekstremisme.
Perempuan memainkan peran penting dalam memimpin usaha kecil, koperasi, dan inisiatif ekonomi berbasis komunitas di Indonesia. Keterlibatan perempuan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan keluarga tetapi juga memperkuat kohesi sosial dan mendorong pembangunan ekonomi lokal. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, sekitar 64% dari total 65,5 juta UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan, yang menunjukkan dominasi perempuan dalam sektor ini.(Novrizaldi, 2023) Selain itu, 53,76% pelaku UMKM adalah perempuan, dengan 97% pekerjanya juga perempuan, yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Kontribusi signifikan ini menunjukkan bahwa perempuan adalah pilar penting dalam perekonomian nasional. Melalui kepemimpinan dalam UMKM dan koperasi, mereka menciptakan lapangan kerja, memberdayakan komunitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Contoh Nyata Inisiatif Perempuan dalam Ekonomi Perdamaian
Koperasi Cinta Damai (KCD) yang diinisiasi oleh Wahid Foundation menjadi salah satu contoh konkret bagaimana perempuan dapat memainkan peran signifikan dalam mendorong perdamaian melalui pemberdayaan ekonomi. Program ini dirancang untuk membantu kelompok masyarakat yang tertinggal, tidak mampu, dan miskin keluar dari lingkaran kemiskinan melalui akses ke kredit usaha mikro. Dengan memanfaatkan skema kredit ini, perempuan di berbagai desa mampu mengembangkan usaha kecil yang tidak hanya menguatkan perekonomian keluarga, tetapi juga membuka peluang kerja di lingkungan sekitar. Hal ini memperkuat posisi perempuan sebagai pemimpin komunitas sekaligus membangun kapasitas mereka dalam menciptakan lingkungan yang damai dan inklusif. Program ini menjadi salah satu bukti bahwa pendekatan berbasis ekonomi mampu menjadi alat transformasi sosial yang efektif dalam mencegah konflik dan radikalisasi.
Di sisi lain, Family Resilience Program yang dijalankan oleh DASPR sejak 2019 berfokus pada perempuan yang terdampak langsung oleh ekstremisme kekerasan. Program ini memberikan dukungan melalui lokakarya dan pendampingan untuk menciptakan ketangguhan pada perempuan yang menghadapi kondisi sulit. Dengan membangun kapasitas perempuan untuk mengelola tekanan psikologis dan tantangan ekonomi, program ini membantu mereka menemukan kekuatan untuk kembali berkontribusi dalam komunitasnya. Pendekatan yang mengintegrasikan dukungan emosional dan pemberdayaan ekonomi ini menciptakan dampak yang signifikan, baik bagi individu maupun masyarakat luas.
Selain itu, Yayasan Empatiku juga memberikan kontribusi penting melalui pelatihan kewirausahaan yang ditujukan kepada istri-istri mantan narapidana terorisme di Bekasi. Kegiatan ini tidak hanya membekali para perempuan dengan keterampilan usaha, tetapi juga memperkuat kohesi sosial dalam upaya reintegrasi keluarga ke masyarakat. Dengan pendekatan yang berbasis pada pembangunan hubungan sosial, program ini membantu menghapus stigma yang sering kali melekat pada keluarga mantan narapidana terorisme. Dengan keterampilan yang diperoleh, para perempuan mampu membangun kemandirian ekonomi sekaligus menjadi agen perdamaian di lingkungan mereka.
Inovasi Ekonomi dalam Menghancurkan Siklus Radikalisme
Inovasi ekonomi yang dipimpin oleh perempuan telah menjadi solusi strategis untuk menghancurkan siklus radikalisme dengan mengatasi akar masalah seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, dan marginalisasi gender. Salah satu pendekatan kunci adalah pembentukan koperasi berbasis inklusi gender yang memungkinkan perempuan dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi. Koperasi ini memberikan akses ke sumber daya finansial seperti kredit usaha mikro, pelatihan keterampilan, dan pendampingan, sehingga perempuan dapat mengembangkan usaha kecil yang tidak hanya menghidupkan perekonomian keluarga mereka, tetapi juga menciptakan solidaritas di dalam komunitas. Dengan menanamkan nilai-nilai kerja sama dan toleransi, koperasi ini menjadi ruang untuk membangun kepercayaan di komunitas yang sering kali terpecah akibat konflik atau pengaruh ideologi ekstremis.
Digitalisasi usaha mikro merupakan inovasi lain yang berdampak besar, terutama bagi perempuan di komunitas rentan yang sebelumnya memiliki akses terbatas ke pasar. Pelatihan untuk menggunakan media sosial, e-commerce, dan teknologi digital memungkinkan mereka untuk menjual produk seperti kerajinan tangan dan makanan tradisional ke pasar yang lebih luas, termasuk pasar nasional dan internasional. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan pendapatan perempuan tetapi juga membuka ruang interaksi lintas budaya, membantu menghilangkan prasangka yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis. Digitalisasi juga menghubungkan perempuan dengan jejaring ekonomi yang lebih besar, memberikan peluang kolaborasi yang mendorong stabilitas ekonomi di tingkat lokal.
Tentunya, Inovasi-inovasi ini menciptakan dampak ganda: secara ekonomi, mereka membuka peluang yang inklusif dan memberdayakan perempuan, sementara secara sosial, mereka memperkuat kohesi komunitas, membangun rasa saling percaya, dan mendorong dialog lintas kelompok. Dengan memberdayakan perempuan sebagai agen perubahan, inovasi ekonomi ini tidak hanya memutus siklus radikalisme tetapi juga membangun landasan perdamaian yang berkelanjutan dan melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam proses tersebut.
Sumber:
Alam, R. H. (2021). Dinamika Ekstremisme Kekerasan di Indonesia. Republika. https://analisis.republika.co.id/berita/r3m2q2415/dinamika-ekstremisme-kekerasan-di-indonesia
Badan Pusat Statistik. (2023). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin, 2021-2023. https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MjIwMCMy/tingkat-partisipasi-angkatan-kerja-menurut-jenis-kelamin.html
Novrizaldi. (2023). Pentingnya Kewirausahaan Perempuan dan Pemuda Untuk Capai Indonesia Maju 2045. Kemenko PMK. https://www.kemenkopmk.go.id/index.php/pentingnya-kewirausahaan-perempuan-dan-pemuda-untuk-capai-indonesia-maju-2045