Partisipasi Perempuan dalam Transformasi Konflik dan Ekstremisme Kekerasan

Pakistan adalah salah satu negara yang memiliki masalah kompleksitas politik sosial, ekonomi, dan terkait keamanannya. Negara ini berkedudukan hampir 2oo juta orang dengan berbagai kelompok etnis dan minoritas, serta negara ini adalah negara yang telah bergulat dengan ekstremisme kekerasan dalam berbagai bentuk. Misalnya di daerah Khyber Pakhtunkhwa terjadi ekstremisme kekerasan paling parah, korbannya adalah  para janda dan penyintas ledakan bom bunuh diri.

Suami mereka telah tiada karena berperang, sehingga banyak perempuan yang menjadi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab untuk merawat, melindungi, dan memberi makan orang tua dan anak-anak mereka. Namun mobilitas akses fasilitas kesehatan dan pendidikan sulit karena para ekstrimis telah mengeksploitasi putra-putra agar bekerja untuk para ekstrimis.

Partisipasi Perempuan dalam Transformasi Konflik dan Ekstremisme Kekerasan

Melihat kondisi yang memprihatinkan ini terdapat seorang aktivis perempuan yakni  Mossarat Qadeem, beliau mendirikan Yayasan PAIMAN yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan di Pakistan guna adanya radikalisme.

Mossarat Qadeem menyadari bahwa ibu- ibu perlu dididik untuk melawan ideologi ekstremis. Mossarat Qadeem melalui yayasan PAIMAN  mengembangkan strategi untuk melibatkan para ibu dengan memberikan modal pengetahuan terutama dalam membentuk moral dan nilai-nilai toleransi kepada anak-anaknya dan menanamkan rasa tanggung jawab untuk menciptakan hubungan manusia yang positif dalam keluarga dan masyarakat. 

Selain itu, PAIMAN juga membangun hubungan dengan para ibu dalam komunitas untuk mempelajari keterampilan mencari nafkah, berfokus pada konsep kepercayaan diri dan kompetensi. Adapun pemberdayaan melalui dua tahapan. 

Tahap pertama, memberi mereka keterampilan mata pencaharian sesuai dengan bakat mereka karena mereka perlu membangun posisi yang berwenang dalam keluarga mereka. 

Tahap kedua, membekali mereka dengan pengetahuan dan rasa percaya diri yang diperlukan untuk menjadi pelaku aktif dalam keluarga dan masyarakat dengan membangun kapasitas mereka untuk berpikir kritis, yang memungkinkan mereka mengenali indikator ekstremisme kekerasan pada individu dan masyarakat, serta menemukan cara untuk mengatasi tanda-tanda peringatan dini dengan dialog dan membangun perdamaian masyarakat. 

Dalam hal ini membuat perempuan menyadari potensi mereka dalam mempengaruhi, membimbing kehidupan anak-anak mereka, dan dalam mencegah mereka terlibat dalam kegiatan ekstremis. 

Pengetahuan dan pemberdayaan ekonomi yang baru diperoleh memberi mereka kepercayaan diri untuk berkomunikasi secara terbuka dengan putra-putra mereka dan membantu membina hubungan antara ibu dan anak yang lebih erat. Melalui ibu-ibu yang telah bertransformasi ini, PAIMAN mendekati putra-putra mereka yang kemudian didorong untuk mengikuti program deradikalisasi PAIMAN.

Setelah mengikuti pelatihan PAIMAN, para perempuan ini menjadi anggota kelompok perdamaian ibu-ibu PAIMAN yang disebut dengan Mothers TOLANA adalah singkatan dari kata Pashto “together,” yang berarti “bersama.” Program ini bertujuan untuk melibatkan ibu-ibu dan anak-anak muda dalam upaya pencegahan radikalisasi dan deradikalisasi. Serta anak-anak muda dalam program ini,  disebut “Youth TOLANA,” berperan penting dalam mengidentifikasi remaja rentan dan remaja ekstremis untuk program keterlibatan remaja positif dan deradikalisasi PAIMAN.

Mothers TOLANA tentunya berperan penting dalam mengidentifikasi pemuda yang rentan terkena doktrin radikalisme. Untuk program keterlibatan pemuda dan deradikalisasi positif PAIMAN. 

Para Ibu TOLANA mengawasi lingkungan sekitar, selalu waspada terhadap tanda-tanda awal ekstremisme kekerasan dalam keluarga dan di masyarakat. Salah satu kisah keberanian yang patut dicontoh melibatkan anggota Ibu TOLANA PAIMAN ialah Zareen anggota kelompok PAIMAN yang memiliki seorang putra yaitu Adil yang selalu terlibat dalam aksi-aksi ekstremis terhadap prosesi Syiah di Peshawar selama bulan Muharram berkomitmen untuk mengubah perilaku putranya, dimana Zareen bersama dengan anggota kelompok lainnya, menjaga prosesi Syiah tahunan tersebut untuk mencegah serangan yang direncanakan oleh putranya dan teman-temannya.

 Setelah melihat ibu mereka, mereka meninggalkan tempat itu tanpa melukai siapapun. Kemudian, para ibu melakukan dialog dengan putra-putra mereka dan membantu mereka mengatasi prasangka mereka terhadap Syiah. Adil sekarang menjadi salah satu anggota Youth TOLANA yang paling aktif dan memimpin kampanye untuk kerukunan antar agama dan antar sektarian, toleransi, dan kohesi sosial di Peshawar.

Berangkat dari gagasan bahwa perempuan mempunyai kemampuan untuk melampaui batas perbedaan di lingkungan yang tegang, memimpin protes tanpa kekerasan, dan memobilisasi masyarakat, serta kemampuan untuk terlibat dengan aspek teologis peran gender secara damai, memegang janji untuk mengubah wacana dan prasangka tentang bagaimana perempuan yang beriman dapat terlibat dalam membangun kohesi sosial lintas perbedaan agama.

Pelajaran yang dipetik adalah bahwa perempuan dapat sangat efektif dalam mengubah konflik dan menangani isu-isu ekstremisme kekerasan, asalkan mereka berdaya secara ekonomi, berpengetahuan luas tentang isu-isu tersebut dan memiliki keterampilan berdiskusi dan bernegosiasi yang diperlukan.

Kelompok perdamaian perempuan seperti TOLANA bertindak sebagai agen perubahan dengan meningkatkan kesadaran, mencegah radikalisasi, mendukung perempuan untuk diikutsertakan dalam struktur dan komite perdamaian dan keamanan utama, termasuk yang mempengaruhi hukum dan kebijakan.

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top