Kontribusi Sekolah Eyang (Lansia) dalam Mencegah Faham Radikalisme di Era Digital

Perkembangan globalisasi di seluruh dunia tentunya mengubah sudut pandang manusia dari berbagai sektor. Saat ini semua negara dituntut untuk mampu beradaptasi dengan teknologi yang tidak terbatas begitu juga Indonesia. Apapun informasi dari berbagai daerah dan negara dapat diakses secara langsung dan cepat menyebar dalam hitungan detik. Indonesia  telah berada dalam era digitalisasi yang membuat semua orang dapat berekspresi dan berpendapat menggunakan perangkat media sosial. Penggunaan media sosial yang semakin meningkat memiliki dampak positif dan negatif. Adapun dampak positifnya adalah kemudahan akses konten religius, meningkatnya ilmu pengetahuan agama, media berdakwah, dan membangun komunitas. Sedangkan negatifnya adalah banyak konten ajaran islam yang mengarah ke esktrimisme. 

Munculnya gerakan radikalisme dan ekstrimisme yang bertentangan dengan ideologi negara akan mengancam kesatuan bangsa Indonesia, tentunya hal ini akan merusak moral bangsa dan tatanan kehidupan bermasyarakat. Contohnya adalah Kelompok ISIS yang telah memanfaatkan ajaran agama melalui platform Youtube, Twitter, dan Facebook untuk menarik orang dari seluruh dunia agar mau bergabung untuk melancarkan aksi kekerasan dengan dalih jihad (kemenkopemuda.go.id, 2021). 

Kontribusi Sekolah Eyang (Lansia) dalam Mencegah Faham Radikalisme di Era Digital

Berdasarkan riset BNPT 2023, penyebaran paham radikal terorisme yang dibalut dengan ajaran agama seringkali menyasar kelompok perempuan, anak dan pemuda. Kelompok radikalisme masuk secara masif dan terstruktur dengan menggunakan media sosial dan terbukti sebanyak 2.670 konten digital yang berisi intoleransi, radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. Menurut sekretaris forum koordinasi pencegahan terorisme DIY, Dewo Isnu Broto Imam Santoso mengatakan bahwa sepanjang 2023 memang tidak ada aksi terorisme, tetapi ada 148 teroris yang ditangkap dan didominasi oleh kelompok Jamaah Ansharut Daulah dan Jemaah Islamiyah (FKPTcenter.id, 2024). 

Dalam buku “Radikalisme Digital: Jejak Media Sosial Dalam Rekrutmen Teroris karya Muhammad Fauzi”, telah mengeksplorasi bagaimana kelompok radikal menggunakan media sosial untuk menyebarkan ideologi dan merektrut anggota-anggotanya. Dalam buku ini diceritakan pola komunikasi, algoritma media sosial yang mendukung penyebaran konten radikalisme serta strategi-strategi yang dapat kita lakukan untuk mencegah pengaruh faham radikalisme yang bertebaran di media sosial. 

Oleh sebab itu, masyarakat harus mampu menangkal faham radikalisme dan esktrimisme salah satunya yang sudah diterapkan di Sekolah Eyang (Lansia) di Desa Sumberlesung, Kecamatan Ledokomboh, Kabupaten Jember. Organisasi lansia ini menjadi wadah lansia untuk lebih produktif dan berkreasi serta menjadi lansia yang berkualitas. Selain itu, sekolah ini ingin membangun wadah positif untuk kepengasuhan anak seperti memenuhi hak-hak anak. 

Dalam rangka hari lansia nasional yang diperingati setiap tanggal 29 Mei WgwcTalk menghadirkan diskusi bertema “Lansia Menangkal Radikalisme” yang diisi oleh ibu Juhariyah selaku kepala sekolah eyang/aktivis SITI. Beliau menceritakan bahwa cucu-cucu di sekolah eyang berubah perilakunya setelah mengenyam bangku kuliah dan kerap mengharamkan segala sesuatu yang mengarah pada tindakan ekstrimisme. Tidak dapat dipungkiri, penyebaran yang terjadi kepada generasi milennial paling banyak melalui media sosial atau organisasi yang mengatasnamakan Islam yang mendoktrin mereka untuk melakukan gerakan radikal hingga berani melawan orang tua yang dianggap salah.

Hal inilah yang menjadi pemantik bagi ibu Juhariyah memasukkan kurikulum Sistem Deteksi dan Penanganan Dini (SITI) yang bertujuan untuk mencegah penyebaran faham radikalisme dan ekstrimisme kekerasan. Di sekolah eyang, dilakukan sebulan 2 kali dengan menggandeng tokoh potensial yang memiliki pengetahuan tentang penyebaran radikalisme. Selain itu, program SITI melibatkan seluruh lapisan masyarakat seperti keluarga, komunitas desa, dan tokoh-tokoh masyarakat. Adapun pembelajaran dari sekolah eyang yakni: gerakan penyadaran kritis secara inklusif dalam bingkai pluralism, mengangkat isu-isu aktual dan menanamkan sikap toleran serta anti radikalisme. 

Dengan demikian, meningkatkan pemahaman tentang radikalisme serta pola pengasuhan yang positif dan mendidik anak diberikan kepada eyang diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah dalam menangkal tindakan radikal melalui sekolah eyang agar mampu mendidik keluarganya. Keberhasilan program SITI juga harus terus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk mendeteksi tanda-tanda ektrimisme kekerasan agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman dan damai. 

 

Daftar Pustaka 

Arumsari, T., Wulandari, K., & Poerwanti, S. D. (2023). Peningkatan Kapasitas Lansia Melalui Komunitas’ Sekolah Eyang’di Desa Sumberlesung, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember. E-Sospol10(2), 191-204.

FKPTcenter.id (2024). Terorisme masih jadi ancaman bangsa, FKPT ajak generasi Z kulonprogo cegah paham radikalisme. https://fkptcenter.id/terorisme-masih-jadi-ancaman-bangsa-fkpt-ajak-generasi-z-kulonprogo-cegah-paham-radikalisme/ 

https://www.kemenkopmk.go.id/waspadai-ekstremisme-agama-pada-pemuda 

https://youtu.be/t-QMOgwUvog?si=TU5SjMBZ6qPVU2bK

https://tanoker.org/mengenal-sekolah-yang-eyang-di-ledokombo/

https://sekilasbanten.com/program-sistem-deteksi-dan-penanganan-dini-siti-ekstremisme-kekerasan-berbasis-desa-kelurahan/ 

 

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top