Kisah Perempuan di Tengah Perang: Melihat Konflik Melalui Lensa For Sama

Saat sebuah kota luluh lantak akibat perang saudara dan dunia luar hanya menyaksikannya sebagai kehancuran fisik semata, ada kisah-kisah yang lebih dalam terselip di antara reruntuhan. 

Film dokumenter emosional karya Waad Al-Kateab, For Sama (2019) membuka mata kita pada realitas tersebut. 

Kisah Perempuan di Tengah Perang: Melihat Konflik Melalui Lensa For Sama

Film ini didedikasikan oleh seorang ibu kepada putrinya, Sama, yang lahir dan tumbuh di tengah perang Suriah. 

Melalui narasi pribadi yang kuat, film ini menceritakan bagaimana sosok perempuan memegang peran penting sebagai penjaga, pelindung, dan pemulih di tengah konflik suram yang menghancurkan.

 

Pilar WPS dalam For Sama

For Sama (2019) sangat dekat dan relevan dengan kerangka Women, Peace, and Security (WPS) yang menekankan empat pilar utama: pencegahan, partisipasi, perlindungan, serta pemulihan dan rekonstruksi. 

Waad berhasil mengadaptasi pilar tersebut ke dalam realitas sosial dan memberikan ilmu berharga tentang pentingnya perspektif gender dalam isu konflik dan perdamaian.  

 

Perlindungan: Mempertahankan Hidup di Tengah Perang

Sepanjang alur film, Waad memiliki satu misi utama yang krusial: melindungi putrinya dari kekejaman perang. 

Waad dihadapkan dengan dilema yang menyakitkan. Ia harus mengambil keputusan untuk tetap tinggal di Aleppo dan berjuang bersama korban lainnya atau melarikan diri dan melindungi keselamatan keluarganya. 

Kedilemaan Waad membuktikan adanya aspek perlindungan dalam kerangka WPS. Perempuan tidak semata menjadi korban konflik, tetapi juga pelindung utama bagi kehidupan orang yang mereka cintai. 

Kendati berada dalam tekanan dan bombardir, Waad bersama rekannya berhasil membangun rumah sakit darurat untuk korban perang yang di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. 

 

Partisipasi: Suara Perempuan di Tengah Konflik

Waad menolak bungkam dan menjadi pasif. Dengan kameranya, ia mengambil peran aktif sebagai jurnalis warga dan merekam horornya perang.

Dokumentasinya mempertontonkan kekejaman konflik dan keberanian perempuan melawan penderitaan. 

Dalam konteks WPS, tindakan ini mencerminkan pilar partisipasi bahwa perempuan harus berdaya agar dapat berkontribusi aktif dalam narasi konflik dan perdamaian.  

Penderitaan rakyat Suriah dan ketidakadilan yang mereka alami terekam jelas melalui lensa kamera Waad.

Meski berada dalam situasi yang paling sulit sekalipun, Ia membuktikan bahwa perempuan juga dapat memainkan peran kunci sebagai agen perubahan.

 

Pemulihan dan Rekonstruksi: Harapan di Tengah Kehancuran

Selain penderitaan, film ini juga menghadirkan momen-momen kecil yang penuh harapan.

Di tengah kehancuran Aleppo, tampak seorang anak tersenyum dengan latar suara bom berjatuhan dan seorang perempuan yang melahirkan bayi di bawah sergapan peluru. 

Waad menyadarkan bahwa kehidupan akan tetap berlanjut, dan perempuan ialah pusat dari proses pemulihan.  

Dalam konteks WPS, pemulihan dan rekonstruksi tidak hanya bicara soal membangun ulang infrastruktur fisik yang rusak.

Melainkan juga perihal memulihkan trauma kolektif yang dialami masyarakat. Termasuk soal psikososial, rekognisi, dan solidaritas. 

For Sama sukses menyajikan lebih dari sekadar dokumenter perang. Film ini adalah amunisi bagi korban konflik yang tengah berjuang untuk bertahan hidup. 

Dalam kerja-kerja perdamaian dan keamanan, film ini menekankan pentingnya mengintegrasikan perspektif gender ke dalam setiap tahap pencegahan konflik dan rekonstruksi. 

Waad Al-Kateab, berhasil membuktikan bahwa perempuan tidak hanya layak didengar, namun perannya juga mengambil andil besar dalam menciptakan perdamaian dunia yang berkelanjutan.  

 

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top