Bagaimana bisa Indonesia dapat hidup rukun dengan begitu banyak keragaman yang ada? Pertanyaan itu mungkin menjadi pertanyaan yang sering ditanyakan oleh segelintir orang yang takjub dengan keragaman agama, budaya, suku, ras dan bahasa di Indonesia. Keragaman ini menjadi suatu kebanggaan dan tantangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, khususnya dalam menjunjung toleransi untuk mencegah adanya paham radikalisme dan ekstremisme yang umumnya menyasar masyarakat rentan seperti perempuan dan anak-anak.
Deteksi dini konflik tentunya sangat diperlukan melihat paham radikalisme dapat dengan mudah masuk untuk memengaruhi perempuan dan anak-anak melalui ruang lingkup kehidupan bermasyarakat atau melalui akses digital yang dapat dengan mudah diakses kapanpun dan dimanapun.

Dalam kerangka Women, Peace and Security (WPS) salah-satunya ada dengan melakukan deteksi dini pencegahan konflik, dan pada hal ini pendidikan mengambil peran yang begitu penting, sekaligus kunci dari pencegahan masuknya paham radikal dan ekstremisme di Indonesia.
Mengimplementasikan pendidikan multikultural adalah bentuk usaha dari pencegahan munculnya konflik yang berakar dari masalah intoleransi yang mungkin dapat terjadi di Indonesia. Paham radikal dan ekstremisme seringkali muncul dalam bentuk pemikiran eksklusif untuk menolak sebuah perbedaan. Dalam hal ini, pendidikan multikultural memberikan gambaran pendidikan yang sadar untuk mencegah paham radikal dan ekstremisme itu supaya tidak berakar.
Peran dan relevansi pendidikan multikultural dalam mencegah ekstremisme tentunya dapat membuka pandangan perempuan dan anak-anak, sekaligus menjadi upaya dalam mencegah masuknya paham radikal yang mencoba memengaruhi pikiran korbannya melalui narasi kekerasan yang dibalut oleh agama atau ideologi tertentu. Selain itu, peran perempuan dalam pengambilan keputusan menjadi alasan mengapa pendidikan multikultural sangat penting dalam mencegah adanya paham radikal dan ekstremisme, khususnya di lingkungan keluarga.
Pendidikan multikultural menerapkan konsep pendidikan yang mengenalkan, menghargai dan mengintegrasikan keragaman budaya, agama, dan nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat, melalui pendidikan ini masyarakat rentan seperti perempuan dan anak-anak dapat memupuk rasa toleransi dan empati yang tinggi, karena pada dasarnya pendidikan multikultural dapat membentuk pola pikir yang lebih terbuka, kritis dan toleran terhadap sebuah perbedaan.
Penerapan pendidikan multikultural dapat dimulai dari lingkungan keluarga, khususnya bagi orang tua yang bertanggung jawab atas kualitas pendidikan yang diberikan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, pendidikan multikultural berlaku untuk perempuan juga, dimana nantinya seorang ibu akan berperan penting dalam mengenalkan aspek-aspek mengenai nilai keberagaman. Selain itu, sekolah adalah sasaran selanjutnya tempat untuk mengimplementasikan pendidikan multikultural, sekolah dapat melakukan penerapan pendidikan multikultural dengan melakukan pengintegrasian nilai-nilai toleransi dan mengenalkan berbagai macam bentuk keragaman yang ada di Indonesia.
Kemampuan bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat juga dapat dijadikan bentuk implementasi penerapan pendidikan multikultural, dengan mengenalkan anak-anak pada kegiatan sosial seperti, festival budaya lokal dan internasional, atau dalam kegiatan serupa perihal budaya keberagaman dan bentuk persatuan dalam toleransi.
Pendidikan multikultural ini dapat diterapkan pada saat anak-anak berusia dini, atau pada saat anak berada di fase periode emas, yaitu dalam rentang usia 0-6 tahun. Seperti menurut psikologi anak, jika otak anak pada rentang usia tersebut dapat dengan mudah menerima informasi hingga mencontoh nilai-nilai yang sedang anak tersebut pelajari dari rumah dan lingkungannya, karena pada saat itu, otak mereka bekerja secara maksimal.
Pendidikan multikultural juga diharapkan tidak hanya berlaku saat anak usia dini saja, melainkan harus terus diterapkan pada setiap masa pertumbuhan anak, bahkan hingga anak tersebut berada di bangku pendidikan sekolah tinggi, hal ini dinilai relevan dalam upaya pencegahan masuknya paham radikal, karena tantangan dan ancaman dari kelompok radikal bisa dalam berbagai macam bentuk yang kompleks.
Terwujudnya implementasi pendidikan multikultural tidak hanya mengandalkan aspek keluarga dan lingkungan saja, melainkan dalam hal ini pemerintah juga memegang peranan penting dalam menjalankan pendidikan di Indonesia, selain itu, pemerintah bertanggung jawab dalam penguatan nilai-nilai multikulturalisme dalam kurikulum pendidikan yang diterapkan di Indonesia.
Dalam menempuh pendidikan, anak-anak dan perempuan harus sudah dikenalkan dengan nilai-nilai keadilan sosial dan bentuk toleransi terhadap keberagaman. Adanya penguatan literasi digital juga sangat berpengaruh, melihat di era digital saat ini, anak-anak dan perempuan lebih rentan terhadap paparan konten radikal yang tersebar di media sosial.
Dalam literasi digital terdapat nilai-nilai penting yang mampu untuk menyaring informasi, memahami berita hoaks dan propaganda radikal yang tersebar bebas saat berselancar di media sosial. Kemudian dapat juga dilakukan dengan mengadakan partisipasi aktif dalam ruang bersosialisasi agar dapat menumbuhkan kesadaran mengenai poin-poin penting tentang kebersamaan dalam perbedaan. Oleh karena itu, pendidikan multikultural memiliki nilai yang sangat penting, serta merupakan langkah awal dalam membentuk karakter perempuan dan anak bangsa dalam mewujudkan perdamaian, sekaligus menjadi langkah deteksi dini dalam mencegah masuknya paham ekstremisme dan radikalisme di Indonesia.