Pada 2019, Division for Applied Social Psychology Research (DASPR) melakukan Program Resiliensi Keluarga (Family Resilience Program) bagi istri dan keluarga perempuan narapidana terorisme (napiter) maupun mantan napiter. Program ini dilakukan untuk memperkuat resiliensi keluarga baik dalam hal psikologis, ekonomi, sosial, dan ideologi. Selain itu, program ini juga berfokus pada pendampingan individu. Berjalannya waktu, komunikasi dan silaturahmi yang terus dijaga membentuk ikatan psikologis yang kuat di antara para perempuan antar penerima manfaat. Para perempuan ini kemudian terdorong untuk membentuk sebuah forum, yang saat ini kita kenal dengan Forum Support Perempuan Tangguh (FOSPETA).
FOSPETA adalah forum yang didirikan untuk memberdayakan perempuan sebagai agen perubahan dan perdamaian agar tercipta resiliensi keluarga dan masyarakat. FOSPETA dikelola dan beranggotakan perempuan (istri dan keluarga) mantan napiter di Indonesia. FOSPETA bergerak di bidang sosial, pendidikan, ekonomi, dan keagamaan.

Forum ini memiliki visi menjadi wadah yang nyaman dan aman untuk menciptakan dan mengembangkan potensi perempuan (istri dan keluarga) mantan napiter. Visi besar ini kemudian menjadi landasan untuk meramu misi FOSPETA: Meningkatkan kapasitas individu dan organisasi perempuan (istri dan keluarga) mantan napiter, membangun daya tangguh keluarga dan komunitas melalui pemberdayaan ekonomi dan sosial yang bertujuan untuk kemandirian yang berkelanjutan, dan memperkuat ruang-ruang perjumpaan di masyaraakat melalui kegiatan pendidikan, sosial, ekonomi, dan keagamaan yang mendorong pada terciptanya kohesi (keharmonisan) sosial dan perdamaian.
Sejak dibentuknya kepengurusan FOSPETA pada 15 Mei 2023 yang diinisiasi dan didampingi oleh DASPR yang didukung oleh Working Group on Women and Preventing/Countering Violent Extremism (PCVE) (WGWC), serta menggandeng mitra-mitra WGWC seperti Aman Indonesia, Yayasan Empatiku, dan Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP), FOSPETA akhirnya berlayar mandiri. Meski kapal ini baru saja dibuat dan gelombang ombak terkadang tidak bersahabat, tapi semangat dan silaturahmi yang terus terjaga melahirkan angin yang membantu mereka berlayar menyusuri lautan.
FOSPETA selangkah demi selangkah menjalankan rodanya sebagai organisasi. Perjalanannya sebagai sebuah organisasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Mulai dari menempa kepercayaan diri mereka hingga menumbuhkan spirit melakukan perubahan positif dari permasalahan yang mereka hadapi sejak terlabel sebagai keluarga napiter. FOSPETA adalah bukti nyata kemajuan intervensi sosial yang berawal dari pemulihan diri hingga pemulihan kolektif secara sukarela.
Pada 21 Mei 2023, FOSPETA menginisiasi langsung penggalangan dana sebagai bentuk konkret misi mereka. Kegiatan sosial ini mereka lakukan untuk membantu sesama pengurus FOSPETA yang terkena bencana. Kegiatan-kegiatan selanjutnya juga bermunculan di bulan-bulan berikutnya. Kegiatan mereka lakukan secara mandiri maupun mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi seperti Yayasan Forum Komunikasi Akhlakulkarimah Indonesia (FKAAI), DASPR, maupun WGWC. Keterlibatan mereka bukan hanya sebagai individu belaka, namun hadir mewakili identitas baru sebagai lembaga keluarga perempuan mantan napiter.
Belum lama ini, dua pengurus FOSPETA terlibat dalam sebuah film dokumenter yang digarap oleh South East Asian Network of Civil Society Organisations (SEAN-CSO) berkolaborasi dengan PeaceGeneration Indonesia dan Ruangobrol.id. Film yang berjudul “The Invisible Wall”, diluncurkan pada 9 November 2024. Film ini menangkap perjalanan hidup mereka dari aspek istri dan keluarga. Film ini juga memuat kisah inspiratif dan mengangkat pandangan dari tokoh masyarakat tempat mereka tinggal. Keterlibatan mereka membuka perspektif baru dan mengangkat isu peran keluarga begitu penting dan tidak bisa hanya menjadi pelengkap melainkan bagian yang tidak bisa dipisahkan/dilewatkan dalam proses deradikalisasi seorang napiter maupun mantan napiter.
Menjelang akhir tahun per Oktober – November 2024, FOSPETA juga terlibat aktif dalam kegiatan sosial bersama RBQ Rabbaaniyyin untuk membangun Ruang Pojok Baca. Kegiatan ini melebarkan sayap FOSPETA dalam kerja-kerja mandiri mereka sebagai lembaga. RBQ Rabbaaniyyin merupakan salah satu tempat pendidikan Islam bagi anak-anak yang dikembangkan oleh dua perempuan hebat, yang juga merupakan pengurus FOSPETA.
Aktifnya FOSPETA dalam mengembangkan langkah dan keterlibatan mereka dalam kerja-kerja bersama dengan mitra menunjukkan minimalnya empat hal berikut: (1) Kuatnya motivasi para istri dan keluarga mantan napiter untuk berkontribusi dalam mengatasi permasalahan sosial yang muncul di sekitar mereka, (2) Keterbukaan diri dalam menerima, menghargai, dan mengapresiasi perbedaan dan keragaman, (3) Keterbukaan diri dalam melihat pilihan dakwah yang lebih inklusif, dan (4) Meleburkan identitas diri mereka sebagai keluarga mantan napiter menjadi aktor perdamaian.
Perjalanan FOSPETA adalah cerminan transformasi luar biasa dari individu-individu yang mampu mengubah tantangan besar menjadi peluang untuk menciptakan perubahan positif. Dalam perjalanannya, FOSPETA tidak hanya menjadi wadah pemberdayaan perempuan keluarga mantan napiter, tetapi juga simbol harapan akan pentingnya peran keluarga dalam membangun perdamaian dan resiliensi sosial. Dengan semangat yang terus menyala dan kolaborasi yang erat dengan berbagai pihak, FOSPETA telah membuktikan bahwa setiap langkah kecil yang dilakukan dengan ketulusan dapat membawa dampak besar bagi komunitas dan masyarakat luas. Semoga kiprah FOSPETA terus menginspirasi dan menjadi praktik baik bagi upaya membangun dunia yang lebih inklusif dan harmonis.