Daya Perempuan di Tengah Konflik: Kisah Inspiratif dari The Breadwinner

Di sebuah sudut kota Kabul yang terselimuti debu, seorang gadis muda bernama Parvana melangkah dengan hati-hati di antara hiruk-pikuk pasar.

Dengan berbalut kain sederhana, perawakannya tampak seperti anak laki-laki sebaya.

Daya Perempuan di Tengah Konflik: Kisah Inspiratif dari The Breadwinner

Namun siapa sangka, penyamaran itu terpaksa ia lakukan demi menghidupi keluarganya di bawah kekuasaan rezim Taliban.

The Breadwinner (2017), sebuah film animasi karya Nora Twomey, menceritakan perjalanan Parvana yang harus menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya ditangkap secara tidak adil.

 

Perjuangan di Tengah Penindasan

Dampak konflik di Afghanistan tidak hanya menghancurkan infrastruktur fisik semata, tetapi juga penindasan terhadap perempuan. 

Dengan otoriter, Taliban melarang perempuan untuk bekerja, belajar, bahkan keluar rumah tanpa pendamping laki-laki. 

Dalam dunia yang dikuasai oleh ketidakadilan dan penindasan, Parvana menolak untuk tinggal diam dan pasrah akan nasibnya.

Ia justru menunjukkan sikap tangguh, bangkit, dan melawan. 

Parvana memotong rambutnya, mengganti pakaian, dan memasuki dunia laki-laki agar dapat mencari nafkah untuk keluarganya yang kelaparan.

Kisah Parvana memperlihatkan bagaimana sosok perempuan sebagai agen perubahan walaupun berada pada situasi yang tidak manusiawi. 

Parvana adalah simbol ketangguhan, keberanian, dan cinta tanpa syarat.

 

The Breadwinner dan Kerangka Women, Peace, and Security (WPS)

Dalam kerangka Women, Peace, and Security (WPS), perjalanan Parvana mengadaptasi empat pilar utama WPS: pencegahan, partisipasi, perlindungan, dan pemulihan. 

  1. Pencegahan: Keberanian Parvana untuk menyamar dan bekerja dilakukan untuk mencegah keluarganya jatuh dalam kehancuran total. Ia bukan hanya melawan ketidakadilan, namun juga bertarung mengubah narasi ketertindasan perempuan.
  2. Partisipasi: Di balik penyamarannya, Parvana menunjukkan bahwa perempuan punya hak yang sama untuk mencari nafkah. Ia menunjukkan keberadaan perempuan dalam ruang ekonomi adalah pondasi bagi keberlangsungan hidup keluarganya.
  3. Perlindungan: Dalam dunia yang penuh ancaman, Parvana berusaha melindungi orang yang dia cintai. Tidak hanya memastikan keluarganya tidak kelaparan, ia juga menjaga martabat keluarga di bawah kekuasaan rezim otoriter.
  4. Pemulihan: Film ini menggunakan cerita rakyat sebagai media penyembuhan luka emosional bagi para korban konflik, tidak hanya di Afghanistan namun juga di belahan dunia lainnya. 

 

Inspirasi bagi Dunia Nyata

Kendati tokoh Parvana fiksi, namun cerita yang berusaha diangkat dalam The Breadwinner adalah cerminan realita dari pengalaman banyak perempuan di wilayah konflik. 

Film ini juga memberikan pelajaran bahwa perempuan bukan hanya korban konflik yang pasif, tetapi bisa menjadi aktor utama dalam upaya menciptakan perdamaian dunia.

Perempuan harus memiliki keberanian untuk mendobrak keterbatasan. Baik dalam bidang pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan perlindungan hak asasi manusia.

Semua itu dilakukan untuk mencegah keberulangan konflik dan menciptakan kehidupan masa depan yang lebih humanis. 

Meskipun tantangan masih menanti Parvana dan keluarganya, film ini diakhiri dengan semangat optimisme. 

The Breadwinner  juga berhasil menjadi pengingat, bahwa selama ada keberanian untuk bertindak, harapan akan selalu ada walau dalam keadaan paling sulit sekalipun.

Parvana mengajarkan kita bahwa perempuan memiliki kekuatan luar biasa untuk melindungi, membangun, dan merajut masa depan yang lebih baik.

Dari Kabul yang porak-poranda hingga dunia nyata kita, kisah Parvana adalah seruan untuk tidak menyerah. Sebab, seperti yang ia tunjukkan, harapan dan cinta bisa bertahan, bahkan di tengah badai.

 

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top