Bagaimana Kegiatan Pendampingan yang Dilakukan Erni Mampu Mengubah Para Istri Mantan Napiter? (Cerita 2)

Cerita II

Dalam melakukan pendampingan, Erni bersikap sebagai pendengar yang baik dan tidak menghakimi. Sikap itulah yang membuat para istri atau keluarga mantan napiter merasa   nyaman sehingga mereka bertanya sendiri harus berbuat apa. Pertanyaan itu yang menjadi pintu untuk membuka kesadaran.

Bagaimana Kegiatan Pendampingan yang Dilakukan Erni Mampu Mengubah Para Istri Mantan Napiter? (Cerita 2)

Paska mengikuti pelatihan, para istri mantan napiter berani bertanya dan mengonfirmasi kepada suaminya atas apa yang sudah pernah suaminya lakukan ketika berkunjung ke lapas. Proses critical thinking secara tidak sadar terbentuk dalam diri para istri mantan napiter. Mereka juga merasa lebih berdaya, toleran, punya energi untuk menyuarakan keresahannya, percaya diri, dan berani membicarakan perasaan. 

 

Dari Istri Mantan Napiter Menjadi Juru Damai

Erni, sebagai pendamping, merefleksikan bahwa DSPR tidak dapat berjalan sendiri. Pada tahun 2021, DSPR bermitra dengan WGWC dan mendapat dukungan dari AMAN Indonesia untuk mengadakan program ketahanan keluarga. Setelah kegiatan, para istri atau keluarga mantan napiter kerap bertanya, “Setelah ini, apa yang harus dilakukan?” karena masalah dan kebutuhan mereka terus bertambah, seperti isu kekerasan dalam rumah tangga.

Dari situ, terbentuklah forum keluarga mantan napiter. Forum ini merupakan hasil rekomendasi yang ditulis Erni pada tahun 2021 dan akhirnya diwujudkan pada tahun 2022 dengan bantuan berbagai lembaga dan aktivis. Forum ini dirancang untuk memperkuat para perempuan keluarga mantan napiter dan membantu mereka bertransformasi dari individu ke organisasi. 

Bergerak dalam wadah organisasi para istri mantan napiter mampu mewujudkan transformasi individu dari mantan pelaku menjadi juru damai. Mereka menjadikan Erni sebagai role model: ingin mendampingi istri mantan napiter lain yang masih belum terbuka atau terpuruk. 

 

Pembelajaran Terbaik dari Erni Kurniati dan Sebuah Refleksi

Meski gerakan pendampingan yang dilakukan Erni sangat berdampak, Erni juga menemukan proses yang sulit. Baginya, proses yang sulit itu adalah keterbatasan dirinya dan organisasi yang kemudian menuntutnya untuk berkolaborasi. Membuka diri untuk berjejaring dan menurunkan ego bukanlah hal mudah bagi Erni. Tapi, ia berhasil menaklukan egonya. 

Erni merasa bahwa proses pembelajaran terbaik selama menjadi pendamping adalah sikap terbuka untuk belajar hal baru agar membuka kesempatan dan peluang untuk memberikan dampak lebih besar di masyarakat. Erni juga berpesan bahwa menjadi pendamping tidak boleh mengabaikan diri sendiri karena pendamping bukan pahlawan yang sempurna. Memberi ruang untuk diri sendiri juga sangat penting.  

 

Refleksi dari Cerita Erni Kurniati

Cerita Erni Kurniati adalah kisah perjalanan seorang individu yang tanpa sengaja menemukan makna besar dalam hidup melalui pendampingan keluarga dan istri mantan narapidana terorisme. Hal ini mengingatkan kita bahwa dampak terorisme tidak hanya dirasakan oleh pelaku, tetapi juga oleh keluarga pelaku yang sering kali tidak memilih berada di situasi tersebut. Di sinilah pentingnya pendekatan holistik yang tidak hanya fokus pada individu pelaku, tetapi juga keluarganya.

Satu hal yang paling menarik dari kisah ini adalah bagaimana para istri mantan napiter mengalami transformasi. Proses ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, trauma dan pengalaman buruk dapat diolah menjadi kekuatan yang mendorong perubahan positif. 

Nilai kemanusiaan akan mampu menyatukan kita dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Ketika kita mampu memandang orang lain sebagai manusia dengan kompleksitas dan perjuangannya, bukan sekadar label atau stigma, kita menciptakan ruang untuk transformasi bersama. 

Pendampingan yang dilakukan Erni bukan sekadar pekerjaan, melainkan juga panggilan hati. Namun, cerita ini juga mengingatkan kita bahwa pendamping bukanlah pahlawan sempurna. Mereka adalah manusia yang juga memiliki keterbatasan, membutuhkan waktu untuk memulihkan diri ketika merasa lelah. Erni menunjukkan pentingnya keseimbangan antara memberi untuk orang lain dan menjaga kesehatan diri sendiri.

 

Sumber Tulisan:

Podcast berjudul “Seni Menjadi Pendamping: Mendengar dan Tidak Menghakimi” yang diakses melalui kanal YouTube WGWC https://youtu.be/TVLZgs819w0?si=YyKTM3d8r_IYAhCr 

 

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top