32.7 C
Jakarta
Kamis, 12 Desember 2024

Konferensi Nasional dan Konvensi WGWC

Latarbelakang

Keterlibatan perempuan dalam kasus terorisme di Indonesia menjadi perhatian serius baik dari pemerintah maupun masyarakat sipil. Data menunjukkan bahwa sepanjang periode 2000-2023, terdapat 59 kasus yang mencakup terdakwa perempuan dan telah mendapatkan keputusan dari pengadilan. Dalam lima tahun terakhir, 65 orang perempuan telah ditangkap dalam kasus terorisme. Kondisi ini menciptakan keprihatinan terkait faktor-faktor yang mendorong ketertarikan dan keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme, serta perlunya strategi pencegahan yang lebih efektif.

Ketidaksetaraan, tindak kekerasan, dan diskriminasi yang diselubungi oleh doktrin agama dan budaya membentuk lingkungan yang mendukung perkembangan ekstremisme kekerasan. Pemahaman bahwa konstruksi gender tidak terbatas pada pembagian biner tradisional antara “laki-laki dan perempuan” membantu kita memahami perempuan tidak hanya dilihat sebagai kelompok yang rentan terhadap pengaruh pemikiran radikal. Mereka juga dapat berperan sebagai pelaku dan, tak terhindarkan, sebagai korban dari ideologi tersebut.

Fenomena peralihan peran perempuan dari ‘pemberi bantuan’ menjadi aktor utama tindakan terorisme, oleh para peneliti, dinilai juga sebagai strategi kamuflase, atau mengelabui masyarakat dan aparat. Namun kultur perempuan sebagai pihak penurut perkataan atau perintah suami atau pimpinan, tetap dipelihara oleh kelompok ini. Penggunaan perempuan sebagai alat propaganda dalam lingkaran terorisme ini mencerminkan bagaimana sistem patriarki bekerja. Dalam buku saku “Perempuan dan Ekstremisme” (AMAN Indonesia, 2022), Imam Nakhai memberikan penjelasan bahwa ekstremisme tidak hanya terbatas pada ranah keagamaan, tetapi juga merambah ke aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Ekstremisme tidak hanya terkait dengan isu yang dianggap ‘maskulin’, tetapi juga muncul dalam ranah feminim, seperti eksploitasi tubuh perempuan, pembatasan peran, poligami tanpa batas, dan isu-isu lain yang merendahkan martabat perempuan.

Proses pembangunan perdamaian dan pencegahan ekstremisme kekerasan diakui masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Secara spesifik, terdapat kurangnya pengakuan terhadap peran perempuan dan pemuda oleh pihak berwenang, meskipun Perpres No. 7 tahun 2021 mendorong partisipasi aktif dari aktor non-tradisional tersebut. Kurangnya perhatian terhadap peran mereka tentunya dapat menghambat upaya-upaya inklusif dan berkelanjutan. Dari aspek kerangka kerja, ketiadaan alat dan regulasi pencegahan ekstremisme yang responsif gender juga dirasakan sebagai tantangan mendorong institusionalisasi inklusi perempuan dan anak muda.

Perempuan mewakili sebagian besar masyarakat. Mengakui agensi dan pemberdayaan perempuan sangat penting untuk keterlibatan dan pengaruh dalam mendorong perdamaian, ketahanan, dan melawan radikalisasi di komunitas. Pengalaman, perspektif, serta kemampuan mereka sudah seharusnya diakui, didengarkan dan diadopsi dalam kebijakan dan setiap upaya melawan ekstremisme kekerasan. Mengabaikan atau meminggirkan suara perempuan tentunya akan berdampak pada pembatasan keragaman strategi dan solusi dalam inisiatif untuk mencegah ekstremisme. Memahami faktor sosio-ekonomi, politik dan budaya yang berkontribusi terhadap ekstremisme kekerasan tentunya sangatlah penting. Dengan berfokus pada agensi dan pemberdayaan perempuan, upaya PCVE akan lebih mampu mengatasi permasalahan mendasar seperti ketidaksetaraan, dan diskriminasi yang dapat memicu radikalisme.

WGWC telah memulai gerakan kolektif kerja penguatan pengarusutamaan gender dalam PCVE sejak 2017 dengan mengadopsi dan mengembangkan kerangka kerja WPS (Women, Peace and Security) dalam membaca perkembangan radikalisme dan memformulasi strategi peningkatan kepemimpinan dan partisipasi perempuan dalam pencegahan, reintegrasi, dan perlindungan korban ekstremisme kekerasan. Memasuki tahun keenam kiprah dan eksistensinya, tahun lalu WGWC melakukan refleksi dan pendokumentasian kerja-kerja untuk isu perempuan dan P/CVE dalam bentuk buku “Teroris, Korban dan Pejuang Damai” yang merupakan inisiatif bermakna untuk menangkap kisah-kisah dan agensi perempuan jaringan WGWC dalam mendukung para korban dan bekerja di lingkungan berisiko tinggi, termasuk tantangan dan keberhasilannya. WGWC meyakini bahwa memperkuat agensi perempuan sangat penting untuk membentuk masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Pemberdayaan ini diharapkan memiliki dampak positif pada upaya deradikalisasi, memfasilitasi reintegrasi individu ke dalam masyarakat, dan mendukung proses pemulihan bagi korban terorisme secara berkelanjutan.

Tujuan

01

Memfasilitasi ruang bagi para pemangku kepentingan untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman pada isu perempuan dan pencegahan ekstremisme di Indonesia.

02

Memperkuat strategi dan pendekatan yang responsif gender dalam mencegah/menangani ekstremisme kekerasan, termasuk dengan memperkuat kemitraan di antara para aktor termasuk pemerintah, masyarakat sipil, media, universitas dan pihak swasta.

03

Merefleksikan kiprah dan perjalanan enam tahun gerakan kolektif WGWC dalam mendorong penguatan pengarusutamaan gender pada kebijakan dan program yang terkait PCVE.

04

Mengkonsultasikan pengembangan platform gerakan WGWC, tata kelola gerakan yang baru dan suksesi kepemimpinan, serta mengembangkan perencanaan strategis dengan mengadopsi isu-isu prioritas

Agenda

Konferensi WGWC

Agenda Konferensi WGWC akan dilaksanakan Senin (6 Mei 2024) bertujuan untuk mendialogkan perkembangan terkini dalam ekstremisme kekerasan dengan memandangnya dari perspektif Women, Peace, and Security (Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan), serta upaya memperkuat peran dan agensi perempuan dan partisipasi yang signifikan dari perempuan dan pemuda dalam mencegah ekstremisme kekerasan.

Forum ini akan menjadi ajang penting untuk merancang strategi yang efektif untuk mencapai tujuan perdamaian dan pencegahan ekstremisme yang responsif gender. Forum publik sehari ini akan mengundang pemerintah nasional dan daerah, mitra, jaringan, alumni program, lembaga donor, dan mitra pembangunan.

Konvensi WGWC

Konvensi WGWC merupakan pertemuan Internal WGWC yang dijadwalkan pada tanggal 7-8 Mei 2024. Agenda ini menjadi pertemukan para pendiri, Steering Committee, dan mitra WGWC. Tujuan konvensi ini utamanya adalah untuk merefleksikan perjalanan WGWC selama 6 tahun, mengidentifikasi dan mengakui dampak besar dari intervensinya di berbagai tingkatan, dan sekaligus mendiskusikan suksesi kepemimpinan dan tata kelola gerakan yang baru.

Registrasi

Untuk pendaftaran dibuka mulai tanggal 28 Februari – 10 April 2024

Exposure Visit

Exposure Visit akan dilaksanakan pada Minggu (5 Mei 2024). Peserta yang sudah konfirmasi dan tiba di Purwakarta akan diajak mengunjungi beberapa tempat bersejarah dan ikonik di Purwakarta. Peserta akan mempunyai kesempatan unik untuk mempelajari kekayaan warisan budaya wilayah ini dan mendapatkan inspirasi dari makna sejarahnya. Adapun Tempat-tempat sejarah yang dikunjungi sebagai berikut :

Penyelenggara

SC Konferensi dan Konvensi WGWC

  1. Dwi Rubiyanti Kholifah (AMAN Indonesia/SC WGWC)
  2. Taufik Andrie (Yayasan Prasasti Perdamaian/SC WGWC)
  3. Imam Nakhai (Komnas Perempuan/SC WGWC)
  4. Debbie Affianty (LIGS UMJ/SC WGWC)
  5. Nur Laeliyatul Masruroh (C-SAVE/SC WGWC)
  6. Mira Kusumarini (Yayasan Empatiku)
  7. Suraiya Kamaruzzaman (Balai Syura Ureung Inong Aceh)
  8. Neng Hannah (Fatayat Jawa Barat)

Organizing Committee:

Ketua Pelaksana: Khariroh Maknunah (YPP)
Sekretaris: Ardhiana Fitriyanie (Yayasan Empatiku)

Divisi Acara Konferensi:

  • Neny Agustina Adamuka (AMAN Indonesia)
  • Erni Kurniati (DASPR)
Divisi Acara Konvensi:
  • Fina Nihayatul Mazziyyah (AMAN Indonesia)
  • Nur Asih Astari (YPP)
Kepesertaan Konferensi:
  • Nuansa Garini (Rahima)
Kepesertaan Konvensi:
  • Tia Brizantiana (Solo Bersimfoni)
  • Yuyun Khairunnisa (AMAN Indonesia)

Exposure Visit & Transportasi

  • Vivi Normasari (YKP)
  • Septi (YKP)
Akomodasi & Ticketing:
  • Yulita Nugraheni (AMAN Indonesia)

Media:

  • Tim Media Ruang Obrol (Ani Ema Susanti)
  • Tim Media AMAN Indonesia (Nita Nurdiani)
  • Tim Media Solo Bersimfoni

Narahubung

Ketua Pelaksana

-------------------------------------------

Khariroh Maknunah
Yayasan Prasasti Perdamaian

Email: kharirohmaknunah@gmail.com

Divisi Acara Konferensi

-------------------------------------------

Neny Adamuka
AMAN Indonesia

Email: programassistant@amanindonesia.org

Divisi Acara Konvensi

-------------------------------------------

Fina Nihayatul
AMAN Indonesia

Email: staf_dme@amanindonesia.org