31.2 C
Jakarta
Kamis, 12 Desember 2024

Berdaya dan Bergerak Bersama: Catatan Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja dan Mekanisme Kerja Tim Tangguh

Di tengah guyuran hujan yang membasahi Lamongan, tim fasilitator gabungan dari AMAN dan Fatayat NU Jawa Timur berkumpul, menyatukan visi dan strategi bagi keberlanjutan Tim Tangguh desa di pesisir Lamongan, yang belum lama terbentuk. Juga, merapikan agenda serta persiapan teknis untuk lokakarya Tim Tangguh. Bagi WGWC dan pemerintah Lamongan, Tim Tangguh adalah semangat baru yang diharapkan menjadi pioner dan penggerak menghalau ancaman ekstremisme, konflik sosial, dan persoalan yang bisa mengancam keselamatan jiwa, yang dapat mengusik kedamaian.

Sejak pembentukannya, Tim Tangguh telah mendapatkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan. Restu datang dari pemerintah kabupaten, aparat penegak hukum, serta tokoh agama dan masyarakat. Sebuah harapan tertambat pada bahu tim ini, yang dianggap menjadi solusi nyata dalam menjalankan mandat Surat Edaran Gubernur Jawa Timur tentang deradikalisasi dan reintegrasi sosial serta Pergub No.81 tahun 2023 tentang RAD PE, di level desa atau akar rumput.

Walau baru berusia dua bulan, Tim Tangguh sudah memainkan perannya dengan penuh keyakinan. Mereka, bersama WGWC, telah merintis proses dialog terstruktur dan reflektif (Reflective Structured Dialogue/RSD), membuka ruang bagi percakapan yang jujur dari hati tentang isu-isu yang seringkali sensitif dan sulit dibicarakan, termasuk soal merangkul mereka yang pernah terpapar ekstremisme kekerasan.

Di hari pertama lokakarya (10/11/2024) yang bertempat di sebuah ruangan hotel di bibir pantai, di bawah panduan para fasilitator, Tim Tangguh memulai dengan menyusun peta jalan yang akan menjadi panduan langkah mereka. Dengan meminjam pendekatan pengurangan risiko bencana, fasilitator mengajak mereka untuk melihat elemen risiko di desa mereka, mengukur dan membuat profil ancaman, mengenali kerentanan, dan menilai kapasitas yang ada. Di sinilah, mereka menemukenali bahwa ancaman bisa tampak besar atau kecil, tetapi semua bergantung pada kesiapan menghadapi dan menanganinya baik dalam konteks ekstremisme, gesekan antar kelompok dan narkoba yang diniali sebagai ancaman serius desa. Sederhananya, risiko dianggap tinggi jika ancaman dan kerentanannya tinggi, sementara kapasitas pencegahan dan mitigasinya rendah; sebaliknya, risiko dinilai rendah jika kapasitas pencegahannya tinggi.

Diskusi berlanjut dengan intensitas yang tak berkurang. Tim mulai memahami pentingnya membangun sistem deteksi dini dan respon cepat untuk ekstremisme dan konflik sosial. Mereka sepakat untuk mengajukan peraturan desa perlindungan perempuan dan anak, merencanakan festival keberagaman, serta mencanangkan inisiatif literasi anti kekerasan. Semua ini, bukan sekadar agenda di atas kertas, tetapi upaya konkrit membangun jembatan untuk menjaga harmoni desa. Hal tersebut tertuang dalam matrix rencana aksi tim tangguh yang dikerangkai dalam 4 pilar ketangguhan; yaitu pengetahuan dan kesadaran deteksi dini kekerasan, manajemen kasus, penguatan kohesi sosial dan terbangunnya regulasi desa.

Kepala Desa menyatakan kesediaan mengalokasikan dana desa untuk mendukung implementasi rencana ini, dan optimis bahwa dokumen terpadu tersebut akan menjadi panduan Tim Tangguh untuk bertindak cepat dan efektif dalam situasi darurat atau ketika diperlukan koordinasi lintas sektor. Senada dengan kepala desa, perwakilan dari Kesbangpol Lamongan berharap dengan infrastruktur yang memadai, Tim Tangguh ini akan menjadi model ketangguhan bagi desa-desa lain yang juga diharapkan bisa merangkul mereka yang pernah terpapar ekstremisme.

Hari kedua lokakarya tidak kalah dinamis. Tim Tangguh melakukan identifikasi mitra-mitra potensial yang bisa mendukung rencana kerja berjalan efelktif dan mencapai perubahan yang diinginkan. Dengan metode PRA “diagram venn”, mereka memetakan lembaga-lembaga penting yang perlu dilibatkan, termasuk jaringan pemerintah kabupaten yang sejak awal telah memberikan dukungan. “Mekanisme koordinasi adalah kunci,” ungkap salah satu anggota tim. Mekanisme koordinasi antar pihak juga menjadi bahasan penting, mengingat peran beragam yang melibatkan pemerintah desa, kelompok masyarakat, dan aparat keamanan. Dengan koordinasi yang jelas, Tim Tangguh dapat bekerja lebih harmonis dan sinergis untuk menjaga stabilitas dan ketahanan desa secara menyeluruh.

Bagi Tim Tangguh, lokakarya ini memberikan manfaat yang besar. “Kami jadi lebih memahami peran dan tanggung jawab masing-masing, sehingga kita bisa solid dalam membangun desa yang lebih baik,” pungkas Ketua Tim Tangguh menutup sesi lokakarya.

TERBARU

Konten Terkait