Jakarta – Dalam rangka meningkatkan kapasitas Forum Support Perempuan Tangguh (FOSPETA) fospeta, Division for Applied Social Psychology Research (DASPR) berkolaborasi dengan FOSPETA dan CSSC UNIKA Atmajaya yang didukung oleh WGWC menyelenggarakan pelatihan “Mendengar Aktif” di Jakarta, Jumat (20 September 2024). Pelatihan ini berlangsung di Hotel Acacia Jakarta dan diikuti oleh 13 orang anggota FOSPETA serta tiga orang tim dari DASPR.
Menurut Peneliti dan Koordinator Program Resiliensi Keluarga DASPR Erni Kurniati pelatihan ini merupakan bagian dari Program Resiliensi Keluarga yang telah berjalan sejak 2019. Program tersebut bertujuan memberdayakan istri dan anggota keluarga perempuan dari napiter, mantan napiter, returni, dan deportan agar lebih tangguh menghadapi tantangan hidup. “FOSPETA, yang terbentuk pada 2022, menjadi wadah bagi para perempuan ini untuk saling mendukung dan mengembangkan diri,” terangnya.
Dalam pelatihan ini, menurutnya, peserta diajak untuk memahami pentingnya mendengar aktif sebagai salah satu bentuk empati yang dapat memperkuat komunikasi. Materi pelatihan disampaikan oleh dua narasumber dari CSSC, Stefani H.S. Nugroho, Ph.D. dan Justinus Budi Santoso, M.Psi. Psikolog, yang memandu peserta melalui serangkaian sesi teori dan praktik mendengar aktif.
Di awal pelatihan, peserta mengikuti pre-test untuk mengukur pemahaman awal mereka mengenai mendengar aktif. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar peserta masih mengaitkan empati dengan rasa kasihan dan cenderung memberikan nasihat daripada mendengarkan dengan penuh perhatian. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan pemahaman tentang konsep mendengar aktif yang sebenarnya.
Selama sesi praktik, peserta dipasangkan dan diminta untuk mendengarkan cerita pasangan mereka tanpa interupsi atau memberikan nasihat. Diskusi setelahnya mengungkapkan bahwa banyak peserta mengalami kesulitan dalam menahan diri untuk tidak memberikan solusi, namun pelatihan ini membantu mereka memahami pentingnya hadir secara emosional bagi lawan bicara.
Setelah pelatihan, peserta kembali mengisi post-test untuk mengevaluasi peningkatan pengetahuan. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman tentang mendengar aktif, meskipun masih ada beberapa peserta yang merasa perlu lebih banyak latihan untuk benar-benar menguasai keterampilan ini.
”Pelatihan ini diakhiri dengan sesi refleksi, di mana peserta berbagi pengalaman tentang cara mengatasi kegugupan saat berbicara di depan umum. Beberapa metode yang diusulkan antara lain melakukan pernapasan dalam, jeda sesaat sebelum bicara, dan berpikir optimis,” ungkapnya.
Diungkapnya, peserta juga menyampaikan harapan agar pelatihan serupa dapat dilaksanakan lebih sering, bahkan melibatkan keluarga mereka. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas anggota FOSPETA dalam mendukung keluarganya, terutama dalam menghadapi tantangan yang berkaitan dengan keterlibatan anggota keluarga mereka dalam ekstremisme.
”Selain kemampuan mendengar aktif yang diperoleh dapat diterapkan dalam interaksi sosial sehari-hari, baik di rumah maupun di lingkungan yang lebih luas,” pungkasnya.