Film ”Road to Resillience” yang diproduksi oleh Kreasi Prasasti Perdamaian diputar pada seminar (workshop) bertajuk “Diseminasi Peta Jalan Komunikasi Strategis Nasional Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan Yang Mengarah Pada Terorisme”, Selasa (27 Agustus 2024). Film itu menceritakan perjalanan Febri Ramdani, mantan returni terafiliasi FTF ISIS berjuang menjalani kehidupan sepulang dari Suriah. Kisah yang dimulai dari proses bagaimana dia berangkat ke Suriah yang ternyata didasari ingin mencari ibunya, perjuangan untuk menemukan ibunya, proses kepulangannya, hingga bagaimana dirinya dan keluarganya memulai lagi hidup baru dengan menyandang status “WNI eks pendukung ISIS”.
Film tersebut menjadi salah satu contoh strategi komunikasi kreatif yang dibuat oleh KPP. Melalui film, Kreasi Prasasti Perdamaian ingin menunjukkan persoalan yang akan dihadapi oleh sebagian WNI yang kini masih terperangkap dalam konflik Suriah. Yang mana suatu saat nanti mereka bisa jadi akan kembali ke Indonesia dan mau tidak mau harus kita terima.
Produser eksekutif Film Road to Resillience, Dr. Noor Huda Ismail menjelaskan, bahwa dalam pembuatan film terkait isu ekstremisme, salah satu tantangan utama adalah membangun kepercayaan, yang merupakan bagian penting dari etika pembuatan film. Penting untuk memastikan bahwa tokoh-tokoh yang terlibat dalam film memberikan persetujuan mereka, agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Dirinya menekankan, sebagai produk komunikasi, film dokumenter perlu memegang prinsip HAIL: Honest (Jujur), Authentic (Otentik), Integrity (Integritas), dan Love (Cinta). ”Dalam setiap pesan yang disampaikan, harus diselipkan unsur love berupa hope atau harapan, untuk memberikan dampak positif dan inspiratif,” tegasnya.
Pada kesempatan yang lain Pemeran utama dalam film tersebut, Febri Ramdani mengungkapkan Film Road to Resillience menyampaikan tujuan yang dicapainya melalui film ini adalah pesan tentang pentingnya bersuara di media dan masyarakat untuk mengajak mereka terlibat dalam upaya pencegahan ekstremisme.
”Dengan mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda, mengenai bahaya ekstremisme dan pentingnya sikap toleransi, kita dapat membangun masyarakat yang lebih resilien dan berdaya dalam menghadapi ideologi radikal,” pungkasnya.