“Wah, itu ada kristenisasi dengan bagi-bagi beras dan mie instan!” prasangka buruk ini kerap dilontarkan oleh orang tua ke anaknya agar waspada dan membatasi pertemanan dengan orang yang beda identitasnya.
Ketika orang tumbuh di lingkungan yang homogen (identitas suku, agama, ras, bahasa sama), besar kemungkinan ia akan terkejut ketika menemui kelompok lain yang berbeda. Kurangnya pertemuan dengan orang yang beda kelompok bikin kita penuh prasangka buruk. Prasangka buruk yang muncul berpotensi menimbulkan kecanggungan, penghindaran, diskriminasi, bahkan kekerasan.

Irfan Amalee dari PeaceGeneration (PeaceGen) mengatakan bahwa 85% orang Indonesia tidak punya meaningful contact (hubungan bermakna) dengan kelompok yang berbeda. Wah, sangat sedikit, ya ternyata. Orang-orang merasa tidak saling terhubung dengan orang yang berbeda identitas, mereka hanya ingin bergabung dengan kelompoknya. Padahal, prasangka buruk bisa dikurangi dengan adanya saling interaksi, dialog lintas iman, dan hubungan yang setara antara kelompok mayoritas dan minoritas.
PeaceGen merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli dengan perkembangan toleransi yang Indonesia. Untuk menumbuhkan perdamaian perlu dukungan dari banyak pihak, seperti keluarga, saudara, pendidik, dan media yang menarik dan senantiasa beradaptasi dengan perkembangan zaman. PeaceGen secara konsisten menumbuhkan rasa senang dengan perdamaian, baik pada orang muda maupun pendidik dengan media kreatif, seperti boardgame dan mengadakan pertemuan lintas agama dan budaya.
Pemahaman dan pengalaman kepada orang muda disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Selain itu, PeaceGen menciptakan modul pengajaran mengenai damai dengan diri, damai dengan orang lain, resolusi konflik yang hadir dalam ragam versi agama, seperti Islam, Kristen, dan Buddha yang tersedia dalam bahasa Indonesia, Inggris, Aceh, dan Filipina, dan diadaptasi ke beragam usia dan kebutuhan. Masalah mengenai pembiasaan budaya damai di Indonesia begitu kompleks. Masih banyak anak kecil diwajarkan melakukan perundungan hanya karena ‘masih kecil’ dan guru yang malah ikut-ikutan membedakan murid.
Ajaran mengenai budaya damai sejak di rumah berpengaruh terhadap sikap murid dan guru di sekolah. PeaceGen sudah melakukan hal yang dampaknya baik untuk pendidikan jangka panjang. Bahkan sekarang radikalisme disebarkan kepada anak-anak Taman Kanak-Kanak (TK).
Banyak orang tua bangga dan memasrahkan anak sepenuhnya kepada sekolah tahfidz. Model sekolah-sekolah seperti ini sangat perlu diperhatikan dan diantisipasi oleh orang tua, tidak sepenuhnya melepaskan dan mempercayakan anaknya belajar, orang tua sangat berhak untuk mencari tahu. Melansir dari jatim.nu.or.id, rumah tahfidz harus mengantongi izin dari warga setempat dan harus memuat tentang NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), Kebhinekaan, dan Pancasila.
Selama ini, masyarakat kebanyakan hanya tahu kalau rumah tahfidz itu melakukan kegiatan baik, yaitu menghafalkan Alquran, tanpa tahu di balik itu. PeaceGen hadir dengan mengadakan fasilitasi mengenai toleransi dan nilai-nilai keberagaman kepada orang muda dan para pendidik. Pendidik di sekolah sangat berdampak karena mereka diteladani oleh anak-anak, apa yang ia lakukan besar kemungkinan untuk ditiru.
Media tidak hanya dimanfaatkan agar orang saling terhubung, media juga disalahgunakan untuk menyebarkan konten-konten radikalisme, mempromosikan kelompok dan paham ekstrem dan doktrin-doktrin yang merendahkan gender atau jenis kelamin tertentu. Oleh karena itu, PeaceGen membuka kesempatan yang luas untuk berkolaborasi dengan individu maupun komunitas yang fokus kepada nilai-nilai perdamaian. Kolaborasi membuat kita menjadi lebih banyak belajar, memiliki audiens baru, dan menemukan pemecahan masalah lebih efektif.
Inisiatif PeaceGen pun menyentuh cara-cara kreatif untuk menyebarkan nilai-nilai perdamaian, seperti menggunakan boardgame, podcast, musik mini lessons (infografis), dan video. PeaceGen beradaptasi menggunakan media agar bisa relevan dengan zaman yang makin berkembang. Melalui boardgame beragam seri ini, guru dan siswa di sekolah belajar mengenai ragam bencana sosial dan alam serta cara mencegahnya, menanggulangi perundungan, dan mencegah ekstremisme kekerasan.
PeaceGen aktif memproduksi video-video series, dokumenter, musik, seperti video series Peace Sociopreneur Academy yang membawa pesan mengenai cara berdamai dengan lingkungan. Produksi video dokumenter yang menceritakan mengenai kisah dan gerakan perdamaian, serta video musik sebagai interpretasi dari musik-musik yang telah dibuat.
Praktik-praktik baik yang dilakukan oleh PeaceGen yang membentuk budaya kebersamaan untuk mencegah radikalisme dan bahaya lainnya perlu didukung dan kerja sama oleh ragam pihak. Pemerintah harusnya bisa meniru praktik baik dan mengajarkan kurikulum yang memuat mengenai pendidikan toleransi di sekolah.