29.5 C
Jakarta
Minggu, 8 September 2024

Dhania: Terjerat Radikalisme dan Keinginan untuk Pulang

Nur Dhania pernah membujuk 26 anggota keluarganya untuk pindah ke Suriah di bawah Negara Islam. Dia sempat berpikir bahwa warga Suriah sehat. Dia menemukan informasi itu melalui fanpage Facebook. Sekitar tahun 2013, dia membaca kisah seorang wanita yang pergi ke Suriah sebelumnya, yang menceritakan kehidupan yang aman dan indah di negeri yang diberkahi Tuhan.  Ia sampai pada titik di mana ia membandingkannya dengan situasi di Indonesia.

Dalam hal keadilan, misalnya, hal paling tampak adalah bahwa dia percaya bahwa koruptor sebelumnya telah menerima hukuman yang tidak sebanding dengan perbuatannya. Kemudian ia menceritakan hasilnya kepada keluarga intinya, paman, dan sepupu, dan bahkan membacakan ayat-ayat jihad kepada neneknya yang berusia 70 tahun, yang akhirnya tertarik untuk berhijrah ke sana. Saat itu, Dhania berpikir bahwa tempat itu akan memberikan keluarganya kehidupan yang baik karena semuanya akan baik-baik saja. Singkatnya, seseorang dapat menjadi apapun, dengan kesejahteraan dan penuh keadilan.

“Bumi Syam yang diberkahi, yang dinaungi sayap-sayap malaikat. seperti nabi jaman dulu dan sahabatnya,” ujar Dhania dalam cerita yang dibagikannya melalui Youtube TEDx Jakarta (15/7/2019).

Akhirnya tibalah masa, Dhania bisa mengumpulkan sebanyak 26 orang anggota keluarganya. Bukan hal yang mudah memang, sebab berbagai cara Dhania lakukan sampai hal yang ekstrim sekalipun. Hingga akhirnya, orang tuanya luluh. Dhania mengungkapkan jika dikeluarga Dhania dikenal sebagai anak yang nekad.

“Karena mereka tahu, salah satu anaknya ini bonek, bocah nekat, takut kalau misalnya saya pergi sendiri,” kata dia.

Pada tahun 2015, Dhania sekeluarga akhirnya berangkat. Mereka berangkat ke Turki sampai menuju sebuah negeri, yang menurut orang ‘diberkati’ itu. Ada beberapa keluarga yang harus kembali ke Indonesia, namun ada yang bisa masuk, termasuk Dhania karena ada yang membantu menyelundupkan.

“Saya langsung sujud syukur, negeri yang diberkahi, senang akhirnya masuklah kami di sana,” ujarnya.

Sesampainya di sana, ternyata di pos pemeriksaan, mereka harus menyerahkan seluruh barang elektronik dan paspor. Mereka pun harus dipisah antara laki-laki dan perempuan. Dhania dan perempuan lainnya dibawa ke asrama perempuan. Mereka berasal dari berbagai belahan dunia. Di titik itulah, sebetulnya dia sudah mulai merasakan kejanggalan.

“Di dalam hati, kok beda sama yang saya lihat di media saat itu, mulai yang simpel aja, masalah kebersihan, di situ kotor,” ucapnya.

Saat itu, Dhania juga menyaksikan beberapa tingkah dan kelakuan orang-orang di sana yang menurutnya tidak mencerminkan kerukunan dan kedamaian. Hanya karena masalah sepele misalnya, mereka ada yang berantem sampai mau melempar pisau.  Di asrama perempuan yang Dhania tempati, penghuninya rata-rata adalah perempuan dengan status single, janda dan perempuan yang menikah.

Di tempat itu fighter-fighter ISIS kemudian datang dan meminta istri kepada pimpinan asrama. Pimpinan itu lalu memberikan rekomendasi merujuk pada list data-data perempuan sesuai dengan keinginan fighter-fighter ISIS.  Selain itu, Dhania juga mendapatkan sebuah realita bahwa perempuan disana diperlakukan secara tidak baik dan hanya dinilai sebagai objek saja. Salah satunya perempuan di sana dijadikan sebagai ‘pabrik’ anak.

Usai berbulan-bulan itu, akhirnya Dhania baru bisa bertemu dengan anggota keluarganya yang laki-laki. Senang karena bisa berjumpa, namun juga sedih, karena menerima kenyataan bahwa di antara saudaranya itu, ada yang ditahan karena melawan kala akan diterjunkan di medan perang.

“Kami sempat protes tapi tak ada balasan, bagaimana agar keluarga kami gak dibawa ke pertempuran, akhirnya ada satu rumah kosong di bawah tempat kami, dan kami menyewanya untuk menempatkan yang laki-laki (menyembunyikan),” terangnya.

Sehingga dalam masa itu, kata Dhania, perempuan lah yang menjadi banyak keluar rumah. Pernah suatu waktu, tante Dhania mengalami intimidasi dari polisi syariah. Padahal, saat itu tantenya hanya menyampaikan kritikan, namun responnnya negatif.  Di saat yang lain, tante Dhania juga pernah ditangkap polisi syariah karena dianggap berpakaian tidak sesuai syariah setempat. Sehingga, mereka memaksa tantenya untuk membeli pakaian yang mereka jual dengan dibanderol begitu mahal.

Berbagai rentetan tekanan dan ancaman pun hilir mudik. Tak ada kedamaian seperti yang diceritakan di sosial media. Kondisi yang sangat kontras itu, sempat menjadikan Dhania merindukan tanah air.  “Pas itu puasa ramadhan, kalau di Indonesia dibanguninnya pakai kentongan, kalau di sana dibanguninnya sama bom, itu kami jalani,” katanya.

Selama dua tahun dia terjebak di Suriah bersama keluarganya, dan mengalami beberapa perjalanan yang sulit seperti dituding munafik, dikejar, ditembaki. Dhania dan keluarga pun, akhirnya memantapkan diri untuk bisa kembali ke Indonesia. Meskipun, sama sekali tidak mudah.  Rencana keluar dari wilayah itu, harus mereka lakukan secara sembunyi-sembunyi.

Tak terhitung berapa ribu dolar uang mereka lenyap akibat kena tipu saat upaya melarikan diri. Barang berharga seperti tas dan handphone mereka pun terpaksa mereka juga relakan. Setahun lamanya proses itu, hingga nyaris membuat Dhania dan keluarganya frustasi dan menyerah.

“Alhamdulilah di balik orang-orang licik, Tuhan masih menyisakan orang baik, kami ada kesempatan untuk bisa keluar. Dibantu seorang kakek dan teman-temannya, menuju faksi lain di Suriah yang merupakan sekutu AS,” katanya.

Meskipun ternyata tak mudah juga masuk ke wilayah itu, sebab Dhania dan keluarganya harus memanjat jembatan yang sudah hancur dibom. Juga melewati sungai dan berupaya keras menghadapi penembakan. Hingga akhirnya, mereka berhasil keluar dari wilayah faksi sebelumnya. Dari kejadian yang menimpanya, Dhania belajar untuk bisa lebih hati-hati dalam menerima sumber informasi. Dia juga sadar, untuk tak lagi menelan mentah-mentah ‘janji manis’ yang nyatanya berkebalikan.

“Di sinilah kami menjadi pengungsi internasional (UNHCR), selama dua bulan di sana, Agustus 2017, kami bisa menginjakkan kaki kembali ke Indonesia,” ucap Dhania.

 

TERBARU

Konten Terkait