Purwakarta – Sebanyak 229 orang hadir dalam agenda Konferensi dan Konvensi the Working Group on Women and Preventing or Countering Violent Extremism (WGWC) di Purwakarta, 5-8 Mei 2024. Agenda yang dihadiri oleh unsur masyarakat sipil, pemerintah, peneliti, praktisi, akademisi, dan media mengambil tema “Perempuan, Agensi, dan Pemberdayaan dalam Melawan Ekstremisme Kekerasan”. Sebagai pembicara kunci adalah Komjen Pol. Prof. Dr. H. Mohammed Rycko Amelza Dahniel, M.Si, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI dan Perwakilan dari Kementerian Pemberdayan dan Perlindungan Anak (KemenPPA).
Dalam agenda tersebut, hadir juga dr. Siska Gerfianti,Sp.DLP.,M.HKes, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan , Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Barat, yang mewakili Plt Gubernur Jawa Barat, Andhika Chrisnayudhanto, SIP, SH, MA, Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT, serta Dicky Darmawan, SH. M.Hum, staf ahli Bupati Purwakarta bidang Pemerintahan, Hukum dan Kesejahteraan Rakyat, Steering Committee WGWC serta perwakilan 28 mitra WGWC, perwakilan OPD di lingkungan Pemda Purwakarta, perwakilan beberapa Kedutaan Besar, lembaga-lembaga mitra Pembangunan, serta peninjau.
Sejak berdiri tahun 2017, WGWC bersama-sama dengan 28 mitranya telah membantu pemerintah Indonesia dan organisasi masyarakat sipil dalam memperkuat prinsip pengarusutaman gender dalam kebijakan maupun program-program yang terkait dengan pencegahan dan penanggulangan ekstremisme kekerasan. Kerja-kerja WGWC berpijak pada landasan kerja Resolusi 1325, yaitu Pilar Pencegahan, Pilar Perlindungan, Pilar Partisipasi, dan Pilar Rehabilitasi dan Reintegrasi. WGWC yang tergabung dalam Pokja Tematis di bawah koordinasi Sekber RAN PE BNPT telah melakukan advokasi pembentukan RAD PE di sejumlah Provinsi seperti Aceh, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten.
Kabupaten Purwakarta juga memiliki semangat yang sama dalam upaya implementasi RAN PE. Hal ini ditunjukkan dengan disahkannya Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 114 Tahun 2023 Tentang RAD Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan Mengarah Terorisme Tahun 2023 -2024.
Pemerintah Akan Terus Berkolaborasi dengan WGWC dalam Melawan Terorisme
Pada pidato kuncinya, BNPT mengucapkan apresiasi kepada WGWC dan pemerintah Kabupaten Purwakarta yang secara bersama-sama menjadi penyelenggara konferensi nasional WGWC tahun 2024. “Kolaborasi WGWC dan Pemerintah Purwakarta menjadi bukti semangat kebersamaan antara unsur pemerintah dan non pemerintah untuk bekerja keras dalam mendukung upaya-upaya P/CVE di tanah air,” ujar Rycko.
Sepanjang tahun 2023, BNPT mencatat tidak ada satu pun serangan terorisme secara terbuka yang terjadi di Indonesia atau zero terorism attack. Laporan Global Terrorism Index tahun 2024 menempatkan posisi Indonesia pada kelompok negara terendah yang terdampak terorisme. “Ini merupakan keberhasilan bersama kolaborasi antara penegakkan hukum yang tegas, efektif, masif secara pre-emptive strike oleh penegak hukum, juga dengan pencegahan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan di tanah air, termasuk masyarakat sipil dan teman-teman dari WGWC dalam membangun public resilience, ketahanan publik melalui public awarenes and public engagement,” ujar Rycko.
BNPT juga siap bekerjasama dengan WGWC untuk terus mengedepankan prinsip pengarusutamaan gender, dalam pengambilan kebijakan maupun pengembangan program-program P/VCE yang telah dijalankan. “Terkait hal ini BNPT mengharapkan partisipasi aktif WGWC dalam pembahasan Perpres RAN PE periode selanjutnya yaitu tahun 2025 sampai tahun 2029,” ujar Rycko.
Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Bintang Puspayoga dalam pidato kuncinya yang dibacakan oleh Ratna Susianawati, Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pembedayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran WGWC yang sudah banyak melakukan kerja-kerja nyata dengan mendorong pengarusutamaan gender dan mengembangkan kerangka kerja Women, Peace and Security (WPS) serta meningkatkan kepemimpinan dan partisipasi perempuan, dalam pencegahan, reintegrasi dan perlindungan korban.
“Semoga pertemuan hari ini tidak hanya membuka ruang bagi pelaku-pelaku kepentingan untuk saling bertukar pikiran, praktek-praktek baik namun juga memantik komitmen dari seluruh hadirin yang ada di sini untuk mengawal dan mengentaskan berbagai kasus konflik sosial hingga ekstrimisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme yang terjadi, dialami, didengar maupun dilihat,” ujarnya.
Isu yang dibahas dalam Konferensi WGWC
Menurut Steering Committee WGWC, Debbie Affianty, konferensi yang dilaksanakan pada 6 Mei 2024 membahas beberapa isu dalam delapan sesi paralel yang akan dipandu oleh beberapa mitra WGWC. Sesi-sesi ini menampilkan praktik baik yang sudah dilakukan mitra-mitra WGWC, mulai dari pendampingan terhadap narapidana terorisme melalui proses rehabilitasi reintegrasi sosial, upaya pencegahan esktremisme kekerasan di ranah pendidikan, perlindungan perempuan dan anak terpapar terorisme, konstruksi gender dan kekerasan berbasis gender pada kelompok ekstremisme kekerasan serta pemberdayaan perempuan untuk menjadi juru damai dalam melawan terorisme, serta implementasi RAD PE. “Organisasi Masyarakat Sipil hanya memiliki satu sayap, sehingga kami perlu sayap lain dari pemerintah pusat maupun daerah untuk bersama-sama mencegah dan menanggulangi ekstremisme kekerasan”, ujarnya.
Sedangkan Konvensi WGWC yang dilaksanakan pada 7 dan 8 Mei 2024 menjadi momen untuk merefleksikan perjalanan tujuh tahun WGWC. Agenda Konvensi adalah mendiskusikan hal-hal baru terkait ekstremisme kekerasan, tantangan ke depan, serta strategi mitigasiny. Konvensi juga membahas dokumen Tata Kelola WGWC dan pemilihan lima Steering Committee WGWC Periode 2024 – 2025,
Strategi Penguatan Agensi dan Pemberdayaan Perempuan dalam Melawan Ekstremisme Kekerasan
Konferensi Nasional yang dilaksanakan pada 6 Mei 2024, menghasilkan konsep, strategi, dan pendekatan baru yang bisa digunakan untuk meningkatkan agensi dan pemberdayaan perempuan dalam memerangi ekstremisme kekerasan. Hal ini terinspirasi dari praktik-praktik baik yang telah dilakukan mitra-mitra WGWC di tingkat nasional maupun daerah.
Menurut Ruby Kholifah, Direktur The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia yang juga menjabat sebagai Steering Committee WGWC, mengangkat kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sebagai strategi nasional tidak hanya membangun pemikiran kritis, tetapi juga memperkuat kohesi sosial, Dengan memperkuat pemikiran kritis dan memberdayakan perempuan, Ruby berharapkan, dapat secara alami menolak ekstremisme kekerasan. Oleh karena itu, semua pihak, baik masyarakat sipil maupun pemerintah, perlu terus berkontribusi dalam membangun pemikiran kritis dan pemberdayaan perempuan. “Dengan fokus pada peran perempuan dalam konteks ini, diharapkan dapat melahirkan pahlawan tanpa senjata yang membawa perubahan positif dalam masyarakat,” pungkasnya.