29 C
Jakarta
Kamis, 12 Desember 2024

Kreasi Prasasti Perdamaian Gelar Pemutaran Film ”Pilihan”

Jakarta – Kreasi Prasasti Perdamain gelar pemutaran film “Pilihan” di America, Pasific Place Jakarta, Jumat (19 April 2024). Acara ini dibuka Andhika Chrisnayudhanto, Deputi Bidang Kerjasama Internasional, Badan Penanggulangan Terorisme Nasional (BNPT). Film tersebut merupakan dokumenter yang diproduksi oleh Kreasi Prasasti Perdamaian untuk melawan narasi tentang Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang terus berkembang di sosial media.

Ruang Migran (RUMI) menjawab fungsi literasi digital di kalangan pekerja migran Indonesia. Dengan program literasi digital salah satunya membentuk komunitas online yang menyatukan para pekerja migran Indonesia di manapun berada. Sehingga lebih memudahkan para pekerja migran untuk beradaptasi baik budaya, perilaku, termasuk menjadi penghubung antara pekerja migran, pemangku kepentingan maupun professional agar para Pekerja Migran Indonesia memiliki lingkungan yang aman, baik secara fisik dan psikis dalam menjalankan tugasnya sebagai Pekerja Migran sampai kontrak berakhir dan kembali ke Tanah Air.

Ruang Migran (RUMI) telah hadir pada tahun 2022 dengan peluncuran platform website pertama kali di KBRI Singapura. Aplikasi RUMI –Ruang Migran Indonesia yang bisa didownload di Google Playstore juga telah diluncurkan di KBRI Singapura pada tanggal 25 Februari 2024. Sejumlah narasumber hadir dalam penayangan film tersebut, diantaranya Dr Noor Huda Ismail (Founder PT Kreasi Prasasti Perdamaian), Ani Ema Susanti (Credible voice, Mantan Pekerja Migran Indonesia) dan Listyowati (Credible voice, Protagonist film “Pilihan”).

”Film ini diharapkan bisa menjadi alat bantu Orientasi Pra- Pemberangkatan (OPP) bagi Calon Pekerja Migran Indonesia,” ungkap Ani Ema dalam agenda tersebut.

Film pendek “Pilihan” mengisahkan kisah tiga Pekerja Migran Indonesia yang saling bertolak belakang. Penggunaan teknologi di kalangan Pekerja Migran menjadi penyelamat atau boomerang. Sutradara film Ani Ema Susanti kebetulan seorang mantan pekerja migran Hongkong menelusuri kisah mantan pekerja migran lainnya yang punya latar belakang berbeda.

Teknologi yang digunakan Masyitoh, seorang Pekerja Migran Indonesia cerdas yang mengejar impiannya dengan menyelesaikan kuliahnya di Singapura hingga siap pulang ke Indonesia dengan investasi yang telah dipersiapkannya selama menjadi pekerja migran. Sementara di sisi lain, Listyowati, Pekerja Migran Indonesia yang juga menggunakan teknologi malah terlibat jaringan ekstremisme kekerasan yang mengarah pada terorisme.

”Melalui film ini penonton diajak untuk melakukan refleksi dan melihat pentingnya literasi digital,” pungkasnya.

TERBARU

Konten Terkait