28.4 C
Jakarta
Senin, 9 September 2024

Bagaimana Radikalisme Mengarah Kepada Pemuda?

Radikalisme, suatu konsep yang sering kali dihadapi dalam konteks sosial dan politik, mengemuka sebagai pemahaman terhadap aliran yang mengusung keinginan perubahan atau pembaharuan dalam kedua aspek tersebut, sosial dan politik, melalui metode kekerasan atau tindakan drastis. Dalam tinjauan ilmiah, kata ”radikal” sebenarnya memiliki konotasi positif, merujuk pada kemampuan berpikir secara radikal dan fundamental untuk menggali substansi masalah dalam kerangka ilmu pengetahuan.

Radikalisme, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai pemahaman terhadap aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Dalam perspektif ilmiah, kata “radikal” sebenarnya memiliki makna positif, mengacu pada berpikir secara radikal dan fundamental untuk mencari substansi masalah dalam ilmu pengetahuan.

Namun, ketika kata ”radikal” berkembang menjadi “radikalisme”, konotasinya menjadi negatif dan berpotensi berkembang menjadi terorisme. Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 2018, terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, dan dapat menimbulkan korban massal atau merusak objek vital dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.

Dalam konteks Indonesia, banyak kalangan muda, terutama siswa SMA dan mahasiswa, terlibat dalam kasus radikalisme. Pemerintah menekankan perlunya penanganan serius dari civitas kampus dan sekolah. Jika tidak ditangani, generasi muda dapat menjadi korban, dan persatuan bangsa terancam. Fenomena radikalisme di Indonesia merupakan ancaman serius terhadap keberagaman negara.

Belakangan ini, radikalisme semakin menguat dan menyasar generasi muda, melibatkan berbagai sektor seperti pendidik, pedagang, dan siswa. Untuk memutus regenerasi kelompok ini, pendidikan agama di setiap jalur pendidikan menjadi krusial, dengan peran guru agama yang strategis. Beberapa faktor yang dapat menjelaskan fenomena radikalisme di kalangan kaum muda termasuk dinamika sosial politik dalam transisi menuju demokrasi, membuka peluang politik baru di tengah gejolak dan ketidakpastian.

Faktor kedua adalah tingginya angka pengangguran di kalangan kaum muda, yang memicu radikalisme. Peristiwa radikalisme terhadap generasi muda menjadi perhatian serius, dengan pelaku dan pendukungnya berasal dari berbagai kalangan muda di seluruh Indonesia. Faktor-faktor yang dapat menjelaskan munculnya radikalisme di kalangan generasi muda termasuk perubahan politik dan sosial saat transisi menuju demokrasi.

Transisi ini membuka peluang baru dalam politik, namun juga menciptakan gejolak dan ketidakpastian. Faktor kedua adalah tingginya tingkat pengangguran di kalangan generasi muda, yang bisa menjadi pemicu munculnya radikalisme. Penting untuk tidak membiarkan fenomena ini terus berlanjut. Generasi muda Indonesia perlu kembali mengkaji dan mencegah kemungkinan adanya radikalisme di antara mereka. Virus radikalisme dapat menjangkit siapa saja, terutama generasi muda yang rentan.

Hal ini dapat menyebabkan tindakan merusak, konflik, penganiayaan, dan serangan terhadap kelompok yang berbeda pandangan. Jika tidak segera diatasi, radikalisme bisa menyebar lebih luas dan membahayakan persatuan bangsa Indonesia. Harapan besar bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencegah berkembangnya ideologi radikalisme, terutama di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, perlu adanya kajian dan respons serius, serta penanganan khusus melalui program preventif dan edukatif di tingkat regional, nasional, dan internasional.

Jika generasi muda terpengaruh oleh pemahaman radikalisme, ekstremisme, dan terorisme, mereka bisa kehilangan masa depan cerah. Sebaliknya, generasi muda yang baik dan damai akan membawa peradaban, memimpin dengan baik, dan menghindari kekerasan. Dalam menyikapi realitas perang dan jihad pada zaman ini, perlu diingat bahwa bukanlah dengan kekerasan kita memenangkan pertarungan, melainkan dengan upaya belajar dan meraih cita-cita setinggi mungkin.

Musuh utama yang perlu kita hadapi saat ini bukanlah musuh yang tampak dalam bentuk fisik, melainkan kebodohan, kemiskinan, dan kemunduran. Membangun ketahanan terhadap musuh-musuh tersebut akan membentuk kita sebagai generasi pemenang. Melalui usaha bersama untuk mengatasi tantangan tersebut, kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di masa depan dapat diwujudkan menjadi kenyataan yang berkelanjutan. Dengan semangat belajar dan semangat mencapai cita-cita tinggi, kita dapat membawa perubahan positif dan membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa dan negara.

TERBARU

Konten Terkait