Pancasila sebagai ideologi bangsa tentu menghadapi banyak tantangan setiap harinya. Ideologi asing yang menjadi dilema ideologi bagi Indonesia adalah komunisme, kapitalisme, dan radikalisme. Di era komunisme yang kembali kuat di Indonesia dan Asia Tenggara, banyak pihak yang tidak ingin Asia Tenggara jatuh ke tangan komunis. Amerika Kapitalis berusaha menekan pengaruh komunisme hingga akhirnya Perang Vietnam terjadi. Vietnam yang ngotot pada komunisme sangat tidak menyukai kapitalisme, sehingga pecahlah Perang Vietnam. Amerika Serikat berusaha mempertahankan pengaruhnya di Asia Tenggara.
Meski tidak semua negara di kawasan ini menganut komunisme, namun hingga saat ini setidaknya kita bisa melihat bahwa Laos dan Vietnam tetap menjadi negara komunis. Indonesia yang sudah memiliki ideologi pancasila setidaknya sudah terselamatkan oleh ideologi komunisme dan tetap tidak memakai ideologi yang dipakai Amerika Serikat, yaitu Kapitalisme.Ideologi yang sangat keras, yaitu Radikalisme menjadi tantangan juga. ISIS yang menjadi salah satu penyebar ajaran keras ini mengajarkan militan jihad yang mereka mulai mengajarkannya melalui gerakan “bawah tanah” seperti buku, pamflet, sosial media, dan masih banyak lagi.
Radikalisme sangat menggagngu kedaulatan pancasila. Sila ke-3 yaitu persatuan Indonesia dan ke -1 yaitu ketuhanan yang maha essa, bisa goyah dengan munculnya paham ini. Sering kita jumpai sebagian mereka mengalami overdosis agama atau berlebihan. Misalnya, dalam berdakwah mereka mengesampingkan metode gradual, “step by step”, yang digunakan oleh Nabi dan Walisanga. Sehingga bagi orang awam, mereka cenderung kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara dan emosional dalam menyampaikan.
Tujuan dari adanya ideologi ini adalah mengadakan perubahan sampai keakarnya untuk mengupayakan usaha mereka melakukan “kekerasan” serta menenatang struktur yang sudah ada. Gerakan bawah tanah yang mereka lakukan itu bertujuan untuk menghalalkan segala cara untuk melakukan kegiatan demi meraih tujuan mereka. Paham ini juga merusak mental rakyat karena paham agama yang diberikan secara berlebihan. Mereka berkeyakinan jika meledakkan diri mereka akan mati syahid atau yakin masuk surga. Dengan munculnya paham ini, seharusnya kita harus bisa menyaring paham ini agar tidak mempengaruhi pikiran serta mental kita.
Peran Pancasila dalam Menyaring Paham Radikalisme
Peran Pancasila jelas penting dalam menyaring ideologi-ideologi yang tidak sesuai dengan praktik kenegaraan. Karakter Pancasila telah menjadi acuan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Penanaman nilai-nilai Pancasila harus diintegrasikan dalam pengembangan ideologi masyarakat sejak dini. Pengembangan karakter juga merupakan salah satu cara untuk mengembangkan rasa memiliki Pancasila itu sendiri. Pancasila harus menjadi tolok ukur dalam menjalankan kegiatan di semua tingkatan. Ideologi Pancasila menjadi benteng pertahanan terhadap ideologi keras tersebut.
Perlunya penanaman nilai-nilai Pancasila dan penguatan pendidikan karakter. Pancasila yang dipersiapkan oleh para pendiri negara kita telah menjadi landasan yang cocok dan sejalan dengan budaya negara kita. Budaya kita jelas sangat berbeda dengan budaya Timur Tengah. Geografi dan geopolitik juga berbeda. Perintah 1 sampai 5 cukup efektif untuk bertahan melawan ideologi yang keras.
Pada sila pertama, kebebasan beragama disahkan oleh pemerintah. Paham radikal ini sangat berbeda jika kita “mengaitkan dengan” agama islam yang menjadi mayoritas di Indonesia. Indonesia menganut sistem islam moderat, sedangkan timur tengah islam nya ada yang sunni dan radikal. Kemudian, pada sila kedua, menjamin setiap warga indonesia untuk mendapatkan keadilan dimata hukum serta rakyatnya dimanusiawikan.
Pada sila ketiga menjelaskan Indonesia merupakan dengan negara yang sangat luas serta keberagaman yang berbeda ditiap wilayah, dengan keberagaman yang disatukan menjadi satu kesatuan yang dimiliki bangsa, bisa membentengi diri dari radikal. Sila keempat, terbentuk sejak dari indonesia melawan ideologi penjajahan. Sebagai bangsa yang pernah dijajah, ideologi ini bisa kita pakai untuk membentengi diri.
Terakhir, Sila kelima yang menjadi benteng ini yang paling sangat “hati-hati” jika ingin menggerakkan benteng jika kita ilustrasikan dalam permainan catur. Mengapa? Kebebasan organisasi diatur didalam ini. Jangan sampai kita sebagai warga negara “kebablasan” dalam berorganisasi. Apalagi jika organisasi itu punya arah ke arah radikal. Perlu diungat, gerakan bawah tanah yang dilakukan mereka, harus diwaspadai dan sila ke-5 ini harus dijaga. Baik dijaga secara mandiri ataupun secara bersama-sama.