Bagaimana Peran Mahasiswa dalam Pencegahan Ajaran Radikalisme?

Ketika seorang siswa SMA melangkah menjadi mahasiswa, dia memasuki fase perubahan besar, terutama dalam hal lingkup pertemanan. Perguruan tinggi bukan hanya tempat untuk mengejar ilmu, melainkan juga panggung bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan rekan-rekan sejawat dari berbagai daerah, suku, agama, dan latar belakang budaya. Dinamika keberagaman di lingkungan kampus menjadi tantangan dan peluang sekaligus, dan di tengah semuanya, rasa toleransi muncul sebagai kunci utama untuk menciptakan lingkungan kampus yang inklusif di antara sesama mahasiswa.

Pertumbuhan mahasiswa tidak hanya terbatas pada aspek akademis, melainkan juga mencakup perkembangan kepribadian. Sikap dewasa menjadi kualitas yang esensial, memungkinkan mahasiswa untuk membedakan antara tindakan yang baik dan buruk, serta mempertimbangkan konsekuensinya dengan matang. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengurangi risiko, termasuk risiko terpapar ajaran radikal.

Bagaimana Peran Mahasiswa dalam Pencegahan Ajaran Radikalisme?

Pemikiran terbuka dan luas merupakan pertahanan yang kuat melawan paham radikal. Mahasiswa dengan pemikiran terbuka cenderung melihat berbagai perspektif, memudahkan mereka untuk menilai ide atau pandangan secara obyektif. Sikap ini berkontrast dengan paham radikal yang cenderung mengklaim kebenaran mutlak dan menolak sudut pandang alternatif.

Dalam kondisi lingkungan kampus yang serba beragam, mahasiswa dapat memperluas wawasan mereka dengan terus membuka diri terhadap perbedaan. Hal ini tidak hanya berlaku untuk keberagaman etnis, agama, dan budaya, tetapi juga mencakup keberagaman pemikiran. Penerimaan terhadap keberagaman ini dapat memperkaya pengalaman belajar mahasiswa dan memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan karakter mereka.

Pemahaman agama yang baik dan komprehensif menjadi pondasi penting untuk menangkal pengaruh ajaran radikal. Banyak individu yang terpapar radikalisme kurang memiliki dasar agama yang kuat, sehingga pemahaman agama yang benar dapat menjadi pertahanan yang kokoh. Mahasiswa perlu mendalami agama mereka secara mendalam agar tidak mudah terpengaruh.

Rasa cinta tanah air berkembang seiring dengan pemahaman yang tinggi terhadap wawasan nusantara. Mahasiswa diharapkan tidak hanya mahir dalam bidang studi masing-masing, tetapi juga memiliki pemahaman yang luas tentang keberagaman dan persatuan di Indonesia. Dengan demikian, paham radikal sulit merasuki mahasiswa yang memiliki cinta tanah air yang kuat.

Mahasiswa, yang sering dijuluki sebagai “Agent of Change,” memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Dalam konteks pencegahan radikalisme, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan dengan berkontribusi pada lingkungan kampus dan masyarakat luas.

Menurut Umar Saptono, Kapolda Sulawesi Selatan, mahasiswa dapat memberikan kontribusi konkret dalam mencegah radikalisme. Beberapa langkah yang dapat diambil oleh mahasiswa melibatkan saling menghargai, membantu, dan mengingatkan satu sama lain. Hindari kegiatan keagamaan yang bersifat eksklusif dan lakukan introspeksi diri terkait rasa toleransi. Mahasiswa juga diminta untuk bijak dalam menggunakan media sosial, menghindari konten intoleran, dan menghabiskan waktu dengan aktivitas positif.

Peran mahasiswa dalam pencegahan ajaran radikalisme dan intoleransi di Indonesia sangat signifikan. Dengan sikap dewasa, pemikiran terbuka, pemahaman agama yang benar, wawasan nusantara yang tinggi, dan peran sebagai agent of change, mahasiswa dapat membentuk lingkungan yang tahan terhadap pengaruh radikal. Kontribusi mahasiswa melibatkan aspek interpersonal, pembinaan sikap, dan peningkatan kesadaran terhadap lingkungan sosial. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan mahasiswa dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan dan persatuan di Indonesia.

Dengan demikian, peran mahasiswa dalam mewujudkan lingkungan kampus yang inklusif, dewasa, dan berpikiran terbuka sangat krusial. Tindakan-tindakan kecil seperti saling mendengarkan, menghormati perbedaan, dan terlibat dalam kegiatan bersama dapat menjadi langkah-langkah konkret untuk membangun kampus yang tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga sebagai tempat yang mendorong pertumbuhan kepribadian dan pemikiran positif.

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top