Kesenjangan ekonomi tidak hanya menjadi momok pada pemilik modal, melainkan pada beberapa hubungan horizontal lain. Kesenjangan ekonomi atau problem ekonomi juga menjadi alasan atas terjadinya kasus-kasus yang melibatkan hubungan vertikal. Nyatanya, kekuatan ekonomi dapat memengaruhi banyak hal termasuk cara beragama seseorang. TIdak bisa dipungkiri bahwa Islam sebagai agama tidak hanya pada tatanan teologi melainkan sudah menjamur diberbagai bidang, termasuk ekonomi, politik dan lainnya.
Permasalahan ekonomi nyatanya bisa mempengaruhi berbagai kondisi hidup seseorang. Lemahnya ekonomi menjadikan seseorang mudah dipengruhi untuk masuk ke dalam lingkar radikalisme. Melemahnya ekonomi menyebabkan adanya kesenjangan di dalam dunia pendidikan karena keterbatasan pengetahuan dan minimnya akses menerima pengetahuan itu sendiri. Wakil Gubenur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menjelaskan bahwa motif ekonomi menjadi salah satu pemicu itu yang jadi pemicu adanya pemahaman radikal bukan semata-mata karena pemahaman agama atau suku.
Dengan melemahnya ekonomi, seseorang mudah direkrut menuju pada jaringan radikalisme, seperti memasukkannya ke dalam sekolah atau dunia pendidikan dengan perspektif yang cenderung radikal.Selain itu, pemuda-pemuda yang masuk ke lingkar ekstremisme juga mudah terpengaruh karena melemahnya ekonomi. Dengan ini, mereka terafirmasi dengan lemahnya ekonomi dengan paham-paham yang utopis mengenai konsep pahala, surga dan neraka sampai akasi-aksi yang justru menjerumuskan seperti melakukan aksi-aksi terorisme.
Selain faktor pendidikan, faktor ekonomi menjadikan seseorang mudah terbawa arus. Semakin baik ekonomi seseorang maka semakin sulit terpapar radikalisme, begitupula sebaliknya, semakin lemah ekonomi seseorang maka semakin mudah terpapar radikalisme (https://nu.or.id/). Kemudian, Said Aqil Siraj menyebutkan bahwa Data menunjukkan, diluar faktor ideologis dan propaganda keliru dari aspek agama, iming-iming kemapanan ekonomi menjadi magnet paling banyak menyedot massa radikal.
Dengan ini, permasalahan ekonomi menjadi isu yang pelik di dalam ingkar radikalisme, sehingga dibutuhkan adanya penguatan ekonomi sebagai salah satu penanganan dalam radikalisme. Karena sejatinya, manusia hidup membutuhkan suatu hal yang bisa menopang hidupnya, termasuk ekonominya. Sehingga, ia akan melakukan berbagai macam cara untuk menopang masalah ekonomiya. Dengan demikian, mudahnya terpapar pemikiran yang radikal bisa disebabkan oleh fator ekonomi demi kecukupan ekonominya tersebut, baik dilihat dari perspektif materi maupun imateri seperti wacana-wacana utopis dan doktrin-doktrin yang menenagkan lain seperti pemakluman-pemakluman terhadap keterpurukan dan lain sebagainya.
Dewasa ini, radikalisme benar-benar menjadi isu yang terus digodok oleh pemerintah, sampai ada badan-badan yang secaraa khusus menanganinya. Kendati demikian, suatu hal yang harus dititik beratkan adalah tentang hal yang seharusnya bisa membasmi. Hemat penulis, penstabilan ekonomi bisa mengurangi penyebaran-penyebaran radiklaisme sampai ekstremisme bahkan terorisme. Sehingga masyarakat tidak hanya disuguhi dengan wacana dan teks-teks yang harus dipejari dengan waktu yang cenderung lama.
Dengan ekonomi yang stabil, seseorang bisa menempuh pendidikan, memiliki kekuatan finansial sehingga tak mudah terpengaruh dengan berbagai guncangan dari luar. Kemudian dengan pendidikan yang baik pula bisa menjadikan seseorang kritis terhadap banyak hal sehingga tidak mudah menelan mentah-mentah terhadap sebuah isu termasuk permasalahan agama.
Tak bisa dipungkiri, kadanga faktor ekonomi luput dari perhatian, karena tentunya memerlukan berbagai macam dukungan finansial yang tinggi untuk menyetabilkan ekonomi itu sendiri, sehingga banyak diantara kita yang gerakannya masih seputar pemahaman teks-teks tertentu. Sekalipun pemahaman teks juga diperukan, tetapi memperhatkan masalah ekonomi juga diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk penyetabilan dari keilmuan dan juga finansial yang saling dibutuhkan, agar isu radikalisme bisa sedikit menepis. Kendati seluruh aspek juga saling menopang dan mendukung.
Sehingga, karena kita selalu persinggungan dengan kebutuhan finansial, maka permasalahan mengenai ekonomi juga tidak boleh luput dari perhatian baik dari kalangan pemegang kuasa atau pemegang otoritas. Dengan demikian, perlu diperhatikan dengan detil mengenai isu-isu radikalisme dengan melihat faktor ekonomi. Sehingga, wacana-wacana penumpasan radikalisme memiliki titik terang mengenai penyelesaiannya. Kendati demikian, permasalahan ini tidak bisa diselesaikan secara sepihak, melainkan dengan berbagai dukungan, mulai dari materi sampai imateri seperti penguatan-penguatan kritisasi individu sehingga tak mudah terperangkap pada masalah radikalisme.(wallahu a’lam bishshawab)