Internet dapat digunakan oleh kelompok ekstremisme kekerasan sebagai wadah untuk mendistribusikan informasi, melakukan diskusi, menyebarkan propaganda, menghasut, melatih anggota, merencanakan serangan, melakukan serangan siber, mengumpulkan intelijen, dan menggalang dana. Situs web dan media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram memungkinkan kelompok radikalisme ini untuk secara terbuka berkomunikasi dan menyebarkan propaganda, memudahkan mereka untuk terhubung dengan berbagai individu, khususnya generasi muda.
Beberapa faktor yang berperan dalam penyebaran ekstremisme online termasuk minimnya regulasi dan pengawasan yang ketat, jangkauan global, kecepatan penyebaran informasi, serta sifat multimedia dari konten (teks, audio, foto, dan video). Media online ini juga merupakan salah satu sumber utama informasi bagi banyak orang, sehingga memiliki pengaruh signifikan dalam mendorong radikalisme. Selain itu, internet dan media sosial memberikan kesempatan yang lebih besar bagi individu untuk menyampaikan pandangan ideologis mereka tanpa takut dicemooh atau diasingkan oleh kelompok mereka.

Kebebasan berpendapat dan anonimitas yang diberikan oleh platform online dapat membuat seseorang merasa berada di luar jangkauan hukum, yang dapat mendorong mereka untuk lebih terbuka dalam menyatakan pandangan mereka atau bergabung dengan kelompok ekstremis. Radikalisasi online sering kali dimulai dengan penyebaran ideologi melalui situs web, dan kemudian kelompok ekstremis menggunakan fitur interaksi seperti forum dan ruang obrolan (chat room) untuk berinteraksi dengan individu lain dalam upaya mereka untuk merekrut dan mempengaruhi orang lain.
Penggunaan sosial media seperti youtube, facebook, twitter, dan instagram yang semakin populer kemudian mempermudah penyebaran radikalisme sehingga akhirnya orang-orang yang tidak menyaring informasi dengan baik akan termakan dengan radikalisme dan terbawa arus. Namun, remaja akan lebih mudah untuk mengalami radikalisasi online karena pengguna internet terbanyak adalah remaja. Selain itu, pemikiran remaja yang masih labil serta kondisi emosi yang masih belum stabil juga membuat remaja lebih mudah untuk terbawa arus informasi dan trend yang ada di internet.
Radikalisasi online juga memungkinkan terjadinya lone wolf terrorist. Lone wolf terrorist adalah pelaku teror yang berasal dari aksi seorang diri tanpa dukungan kelompok. Tanpa adanya doktrin dari orang lain, seseorang bisa saja percaya dengan informasi yang ada di internet karena informasi yang masuk sesuai dengan logika orang tersebut. Akibatnya, doktrin radikalisme dapat terjadi tanpa adanya dukungan dari kelompok.
Pada lone wolf terrorist radikalisasi terjadi secara mandiri, seseorang aktif mencari informasi mengenai radikalisme, tidak memiliki mentor atau kelompok yang melakukan doktrin secara langsung, dan tidak ada pemimpin yang memaksa untuk berkomitmen dan memberikan perintah. Pola komunikasi yang semakin canggih memerlukan pengembangan lebih lanjut dalam upaya pencegahan, termasuk pengawasan aktif.
Kerja sama antara pemerintah dan perusahaan media sosial, serta pendidikan masyarakat tentang literasi digital dan risiko radikalisasi online. Selain itu, orang tua dan anggota keluarga harus berperan sebagai garda depan. Orang tua adalah tempat berlindung seorang anak. Jika sang anak sudah tak merasa aman lagi di sana maka kau harus belajar menjadi orang tua lagi.
Kata kata ini memiliki arti Kata-kata tersebut mengandung makna bahwa orang tua adalah tempat berlindung bagi anak-anak mereka. Namun, jika anak-anak merasa tidak aman di sana, maka orang tua harus belajar menjadi orang tua lagi. Ini berarti bahwa orang tua harus terus belajar dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi mereka.
Peran orang tua sebagai pendamping dan sahabat bagi anak-anak mereka menjadi semakin penting. Membangun hubungan yang kuat dan terbuka dengan anak-anak dapat membantu mereka menghadapi tantangan yang mungkin mereka hadapi, termasuk isu-isu radikalisme dan SARA. Sehingga, Orang tua harus menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan menyenangkan di rumah. Ini penting agar anak merasa betah dan nyaman berbicara tentang hal-hal yang mereka alami. Dengan menciptakan atmosfer positif di rumah, anak akan lebih cenderung berbagi pengalaman dan perasaan mereka.
Meskipun penting untuk memantau kegiatan anak-anak, orang tua juga harus memberikan ruang dan kebebasan yang cukup. Penting untuk memahami kebutuhan privasi anak dan memberikan kepercayaan pada mereka. Memantau kegiatan anak dengan bijak dan penuh pengertian adalah kunci. Orang tua harus membuka diskusi dengan anak-anak mereka mengenai radikalisme. Jika ada tanda-tanda bahwa anak memiliki pengetahuan yang keliru atau bahkan toleran terhadap ekstremisme, orang tua harus menghadapinya dengan penuh pengertian. Penting untuk menghormati pandangan anak dan bertahap memperbaiki persepsi mereka.
Menghadapi radikalisme dan isu-isu SARA adalah tugas yang kompleks, tetapi orang tua memiliki peran penting dalam membimbing anak-anak mereka. Dengan menciptakan hubungan yang kuat dan terbuka, serta memberikan pendidikan yang benar, orang tua dapat membantu anak-anak menghadapi tantangan ini dengan bijak. Semoga tips ini membantu orang tua mengidentifikasi dan mengatasi tanda-tanda potensial terpaparnya ekstremisme dalam keluarga mereka, terutama di kalangan anak-anak.