Rahima menggelar peningkatan kapasitas untuk Ulama Perempuan di Wisma Hijau, Depok, 9-11 Februari 2023. Agenda tersebut digelar untuk alumni PUP untuk memahami pengorganisasian komunitas. Menurut Direktur Rahima, Pera Sopariyanti agenda juga dilakukan sebagai meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ulama perempuan terkait kefasilitatoran.
”Ada sebanyak 20 ulama perempuan hadir mengikuti pelatihan ini. Mereka datang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan,” ungkapnya, belum lama ini.
Sejumlah materi dimateri diberikan oleh Helmi Ali, Desti Murdjiana dan Pera Sopariyanti. Materi yang disampaikan mulai dari pendidikan orang dewasa kepemimpinan Perempuan Konsep Ulama (Mengacu pada KUPI), Tugas Keulamaan, dan Citra Diri Ulama Perempuan.
Pada pelatihan ini, lanjutnya, para peserta diperkenalkan dengan prinsip-prinsip kerja-kerja jaringan perempuan. Mulai dari Pengalaman perempuan adalah sumber pengetahuan, solidaritas terbangun, interseksionalitas, dan dampak dari kegiatan yang dibuat juga masuk ke dalam perhatian gerakan.
Di saat yang bersamaa, salah satu narasumber, Desti Murdjiana mengungkapkan jika solidaritas sudah terbentuk maka akan mudah membangun kekuatan untuk mengupayakan kemaslahatan bagi perempuan ke depan. Sedangkan peserta, mengungkapkan Aniroh mengungkapkan jika seni berperan peserta lakukan karena salah seorang peserta ada yang melakukan praktek fasilitasi bagi peserta disabilitas, yang dilakukan oleh Ibu Aniroh.
“Kemarin saya cukup sentimentil sekali ketika menjadi peserta disabilitas, kalau dia juga punya kepentingan dan hak yang sama yang harus difasilitasi negara. Dan salah satu fungsi NGO itu di sana, bergerak agar hak-hak mereka bisa difasilitasi baik oleh pemerintahm,” tanggap Ibu Ulfah.
Dalam agenda tersebut, peserta juga banyak yang mengungkapkan kesenangannya mendapat bank ice breaking. Lalu, para peserta berkomitmen akan implementasikan hal-hal yang sudah diberikan dalam agenda pelatihan.
Selain itu, rang pelatihan menjadi ruang aman, tempat teman-teman peserta healing, menangis, menceritakan hal-hal yang tidak bisa diceritakan di ruang lain. Dengan itu terbangunlah solidaritas. Peserta mengungkapkan kepuasannya dengan apa yang mereka dapat berupa seni berperan, bank of ice breaking, evaluasi yang diberikan dari peserta yang lain salah satunya.