32.4 C
Jakarta
Jumat, 13 Desember 2024

Dunia Digital dan Posisi Perempuan dalam Ideologi Khilafah

Seandainya kita berpikir ke belakang beberapa tahun silam, pengetahuan untuk mencari ilmu, khususnya ilmu agama, sangat jauh berbeda dibandingkan dengan hari ini. Jika beberapa tahun lalu, kita belum marak untuk mengaji dan melakukan diskusi-diskusi keagamaan yang dilaksanakan dalam ruang digital, tidak dengan hari ini. Beberapa tahun belakangan ini, aktivitas-aktivitas digital yang berkenaan dengan agama, menjadi hal krusial untuk dilakukan. Ruang keagamaan yang awalnya privasi, menjadi konsumsi publik dan menjadi identitas keagamaan seseorang.

Fenomena tersebut juga berdampak pada narasi keagamaan di ruang digital. Kita perlu memahami bahwa, narasi keagamaan di ruang digital kian didominasi oleh kalangan konservatif. Narasi yang muncul sangat beragam mulai dari isu politik, lingkungan, kesehatan hingga peribadatan sehari-hari yang tidak lepas dari paham keagamaan kelompok.

Narasi keagamaan yang berkembang di media sosial, apabila diurai dalam beberapa hal, ada tiga persoalan mendasar yang mempengaruhi kontestasi tersebut di ruang digital, yakni: Pertama, keterbatasan pemahaman keagamaan. Tidak semua orang mendapatkan akses untuk memperoleh pengetahuan agama dari tokoh agama yang mumpuni di bidangnya. Ruang digital sangat terbuka dan tidak terbatas menjadi lahan subur konten yang menarasikan agama tidak moderat. Bentuknya bermacam-macam mulai dari video, quotes, artikel hingga ceramah audio visual yang mudah diterima oleh masyarakat.

Kedua, bergesernya otoritas keagamaan. Merebaknya narasi keagamaan di ruang digital menyebabkan bergesernya otoritas keagamaan. Media sosial menjadi ruang seseorang untuk memiliki otoritas yang besar terhadap kemampuan agama yang dimiliki. Pengetahuan yang lahir dari ruang sangat luas itu liar dan menghilangkan subtansi. Pada akhirnya akan melahirkan kelompok yang fanatic, eksklusif dan tidak bisa menerima keragaman.

Ketiga, pola pikir dan perilaku berlebihan. Dengan banyaknya narasi keagamaan yang tersebar di media sosial, akan menciptakan pola pikir berlebihan karena tidak bisa memfilter narasi keagamaan yang mau dikonsumsi sebagai sarana pengetahuan.

MuslimahNews dan Dominasi Ideologi Khilafah
Berdasarkan tiga persoalan di atas, kehadiran MuslimahNews sebagai media cyber yang memproduksi narasi keagamaan merupakan salah satu dari sekian media yang merepresentasikan kelompok keagamaan tertentu. MuslimahNews adalah media cyber yang merepresentasikan kelompok khilafah dengan pijakan narasi untuk menyebarkan ideologi khilafah.

Menariknya, website ini menggunakan kata “Muslimah” sebagai frame untuk menunjukkan identitas sebagai seorang perempuan Muslim. Dalam setiap narasi yang disampaikan, perempuan menjadi frame utama. Akan tetapi, posisi perempuan dalam narasi yang disampaikan oleh website ini hanya memiliki ruang kekuasaan di daerah domestik untuk meminimalisir pola pikir yang dapat mengontaminasi pemikiran dari luar, salah satunya di tempat bekerja.

Kehadiran perempuan dalam ranah politik sangat ditentang oleh aktivis khilafah karena membawa ide kesetaraan gender yang bertentangan dengan ideologi khilafah. Pekerjaan di ruang publik menjadi momok dan dianggap kejam untuk menjaga kecuain gaya hidup yang dilandasi ideologi tersebut. narasi yang ditampilkan oleh website mendudukan perempuan sebagai barang mewah yang terdapat di rumah untuk memperkuat dan memproduksi ideologi khilafah kepada anak didiknya. Tidak hanya itu, kehadiran anak-anak yang dilahirkan oleh perempuan, harus didik menjadi pejuang ideologi khilafah dan mereproduksi ilmu terdahulu kepada generasi berikutnya.

Secara sederhana, perempuan hanya dijadikan alat untuk menghasilkan anak dan ruang geraknya dipersempit. Rayuan dan ancaman berjalan seirama dalam naras yang terdapat di media tersebut. Perempuan menjadi ancaman yang turut serta menyuarakan pengharaman terkait perannya sebagai manusia. Melalui narasi yang disebarkan oleh media tersebut, pembaca akan menginternalisasi dan menormalisasi segala narasi yang berisi peminggiran perempuan dengan berkedok agama.

Secara tidak sadar, rayuan dan ancaman turut serta dalam narasi tersebut sehingga akan membentuk mindset dalam diri kita sebagai perempuan. Di satu sisi, perempuan diberikan gelar kehormatan yang berdasar pada ajaran agama. Perempuan dihormati sebagaimana ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Quran. narasi ini akan meninabobokkan perempuan sebagai manusia yang seharusnya berusaha untuk berdaya dan memanfaatkan pemikirannya.

Sebenarnya ini adalah bentuk kemunduran perempuan yang dirampas kehidupannya untuk berpikir kritis, menjalankan agama dengan membuang nalar pikiran. Website MuslimahNews adalah media yang merampas kebebasan perempuan untuk berpikir dalam menjalankan agama. Dalam bayang-bayang ideologi khilafah, perempuan dihancurkan dan direnggut kebebasannya untuk hidup.

TERBARU

Konten Terkait