Nampaknya Islamic State of Iraq dan Syria (ISIS) tidak pernah kehabisan akal dalam melakukan gerakan terorisme. Tren peningkatan kasus terorisme semakin menjadi-jadi melihat berbagai kasus yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan Detasement Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri telah menangkap 247 tersangka terorisme sepanjang tahun 2022. Keberadaan para teroris ini tidak hadir dalam ruang kosong. Artinya mereka sudah melewati proses radikalisasi, sehingga memutuskan untuk membunuh dengan melakukan pengeboman yang bertujuan untuk melakukan jihad atas nama Islam.
Salah satu kelompok teroris global yang memiliki gerakan cukup besar dan dijadikan contoh bagi teroris yang berkembang di seluruh negara adalah ISIS. ISIS memiliki perbedaan yang sangat siginifikan dengan kelompok teroris lain. Ia pernah menguasasi wilayah yang cukup di Syria dan Irak. ISIS merupakan organisasi teroris yang sangat berbahaya secara global karena gerakan liciknya menjadi sudah tersebar di berbagai negara.
Selain itu, keberadaan ISIS juga menjadi framework pada organisasi teroris di dunia, termasuk di Indonesia. Baik secara strategi gerakan, susunan organisasi, ataupun visi besar yang dimiliki oleh ISIS menjadi landasan atau pijakan organisasi teroris. Keunikan yang dimiliki oleh ISIS adalah mereka seperti pemerintahan yang sayah pada umumnya. ia memiliki institusi pengadilan, perpajakan, kesehatan, keamanan, perawatan infrastruktur, lembaga pencatatan pernikahan. Diperkirakan ISIS memiliki tentara dengan jumlah 20.000-200.000 orang.
Kenyataan ini pernah diungkapkan oleh Nursadrina Khaira Dhania yang pernah terpapar rayuan ISIS ketika di bangku SMA. Ia bahkan berhasil mengajak seluruh keluarganya seperti ayah, ibu, kakak, adik, nenek, paman dan lainnya pergi ke Suriah untuk bergabung ISIS pada tahun 2016 silam. Kehidupan di Suriah selayaknya hidup di sebuah negara pada umumnya. Akan tetapi, imajinasi hidup dalam pemerintahan khilafah yang makmur, memberikan kesejahteraan.
Nyatanya, dihadapkan dengan dengan realitas keabiadaban dan kesadisan yang dilakukan oleh ISIS. Janji manis yang sebelumnya ia terima dari media sosial untuk mengajak Dhania pergi ke Suriah, berujung penyesalan yang tidak terhingga. Kenyataan bahwa Dhania adalah orang yang terbuai dengan buju rayuan ISIS melalui media sosial, membuktikan bahwa strategi yang dilakukan oleh ISIS untuk menyebarluaskan ideologinya dengan mengembangkan “Virtual Calliphate”.
Melalui strategi ini, ISIS memanfaatkan seluruh media sosial, seperti Facebook, Telegram, Twitter, Tumblr, Whatsapp, dan Youtube sebagai sarana propaganda komunikasi dan perekrutan anggota baru. Selain strategi itu, ISIS juga mengembangkan kombinasi strategi franchise terrorism dan lone wolf terrorism. Persamaan dari kedua strategi ini, untuk melakukan aksi terorisme, para pelaku tidak perlu terhubung dalam kelompok teroris inti. Aki terorisme dapat dilakukan secara mandiri oleh kelompok sel-sel teroris ataupun individu yang setuju dengan ideologi kelompok teroris inti.
Dalam praktisnya, franchise terrorism dilakukan secara berkelompok oleh sel-sel teroris di berbagai negara. Artinya, organisasi-organisasi teroris yang ada di Indonesia, dengan berkiblat kepada ISIS, baik secara organisasi ataupun visi, bahkan strategi gerakannnya, adalah wujud dari keberhasilan ISIS dalam menerapakan strategi franchise terrorism. Saya kira dalam konteks ini secara sederhana kita bisa melihat franchise yang diterapkan di Indonesia. Perkembangan franchise dalam bidang usaha cukup banyak, seperti halnya McD, KFC, Janji Jiwa, atau produk-produk yang lain.
Kita bisa melihat strategi franchise dalam produk usaha untuk melihat franchise ala ISIS untuk mengepakkan sayap pergerakan yang sudah direncanakan. Sedangkan lone wolf terrorism, adalah pelaku teroris yang menyerang seorang diri. Adalah Zakiah Aini, yang pernah menggemparkan masyarakat Indonesia pada tahun 2021 silam, ketika melakukan penyerangan terhadap Mabes Polri. Sosok Zakiah Aini adalah simpatisan ISIS yang tidak tergabung dalam kelompok teroris manapun yang berkembang di Indonesia.
Seperti halnya simpatisan pada umumnya, seseorang tidak perlu di Suriah langsung untuk bergabung ISIS. Ia cukup melihat pergerakan ISIS secara kompleks, baik dari visi, strategi gerakan hingga cara melakukan pembunuhan. Dengan demikian, ia sudah disebut bagian dari ISIS. Lone wolf terrorism ini dilakukan seorang diri. Ia tidak terikat dengan kelompok manapun yang berafiliasi kepada teroris. Sebab ia hanya belajar secara mandiri untuk melakukan penyerangan. Baik franchise terrorism ataupun lone wolf terrorism merupakan strategi yang sangat licik, diterapkan oleh ISIS dalam melakukan kejahatan atas nama agama.