Pendampingan Literasi bagi Keluarga Eks-Napiter di Kota Tasikmalaya

Kisah inspiratif seorang masyarakat sipil yang berani mendampingi keluarga eks-napiter di Kota Tasikmalaya menjadi sorotan utama. Dia adalah Silvia Rahmah. Saat ini, dirinya tergabung dalam Pengurus Cabang Fatayat Kota Tasikmalaya. Bagi masyarakat sipil, memutuskan untuk terlibat dalam kegiatan pendampingan ini tentu bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan motivasi kuat untuk memberikan bantuan dan dukungan bagi para korban, maka keputusan untuk bergabung dalam program pendampingan ini pun diambil.

Awalnya, pada tahun 2020, komunitas yang fokus pada pendampingan eks-napiter mengajak orang-orang untuk ikut bergabung dalam program mereka di Kota Tasikmalaya. Salah satu orang yang terpilih adalah orang yang kemudian menjadi pendamping keluarga napiter. Merasa tergerak oleh situasi keluarga eks-napiter yang dianggap sebagai korban dan dituduh sebagai teroris, membuat sang pendamping termotivasi untuk terjun dalam program ini.

Pendampingan Literasi bagi Keluarga Eks-Napiter di Kota Tasikmalaya

”Program pendampingan yang dijalankan oleh komunitas RUDAL (Rumah Daulat Buku) menggunakan pendekatan literasi. Dalam proses pendampingannya, RUDAL menggunakan buku sebagai media untuk mendekatkan diri dengan keluarga eks-napiter,” teranganya.

Dalam agenda WGWC Talk 24, dirinya menjelaskan jika pendekatan tersebut ternyata sangat disukai oleh pendamping, karena selain memberikan manfaat bagi keluarga yang dibantu, pendamping juga bisa menyalurkan hobinya dalam membaca. Rehabilitasi dan reintegrasi sosial juga menjadi faktor yang memotivasi sang pendamping.

Ia percaya bahwa dengan rangkul dan mengajak para pelaku, warga masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pendampingan bisa memberikan dampak positif bagi keluarga eks-napiter. Sehingga, harapannya adalah kebaikan yang ditanamkan dalam program ini bisa menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia.

Bagi Silvia, sangat penting dukungan dan pendampingan bagi keluarga eks-napiter yang dianggap sebagai korban. Dalam program pendampingan ini, pendekatan literasi melalui buku menjadi cara yang efektif untuk mendekatkan diri dengan keluarga eks-napiter. ”Selain itu, rangkul dan ajak para pelaku untuk terlibat dalam kegiatan positif juga menjadi kunci untuk memberikan dampak positif bagi keluarga eks-napiter dan masyarakat secara umum,” pungkasnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Tentang WGWC

Working Group on Women and Preventing/ Countering Violent Extremism (WGWC) merupakan sebuah platform jaringan bagi masyarakat sipil dan pemerintah yang bekerja untuk memperkuat pengarus-utamaan gender (gender maintreaming) dalam policy maupun intervensi penanggulangan radikalisme dan ekstrimisme (terorisme) di Indonesia. Dideklarasikan pada tanggal 24 Juli 2017 di Bogor, WGWC telah menjadi rumah bersama bagi para aktor yang bekerja dalam pengarusutamaan gender dalam pencegahan ekstremisme kekerasan.

Newsletter

Scroll to Top