Proses deteksi dini terhadap ekstrimisme membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Salah satunya adalah masyarakat yang berada di grass root. Karena benih ekstrimisme memang tersebar di kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan adanya deteksi dini ekstrimisme inipula, diharapkan virus radikal bisa ditumpas sebelum menjelma sebagai sebuah ideologi.
Meskipun demikian, perlu dipahami bahwa peroses deteksi dini ekstrimisme ini juga harus disertai dengan kehati-hatian. Ada banyak pertimbangan yang harus dipatuhi masyarakat sebelum menuduh seseorang terafiliasi dengan kelompok ekstrimis. Terlalu cepat menuduh jusru berpotensi melahirkan kekerasan baru dalam masyarakat.
Prinsip yang Harus Dipatuhi Saat Melakukan Deteksi Dini Ekstrimisme
Dikutib dari buku Panduan Mengenai Tanda Peringatan Diri Ekstrimisme Kekerasan yang ditulis oleh Mira Kusumarini, dkk, Terdapat 5 prinsip yang harus dipatuhi dalam proses deteksi dini ekstrimisme kekerasan. Dua prinsip sebelumnya sudah dijelaskan dalam artikel dengan judul yang sama pada part satu. Sedangkan tiga prinsip lainnya akan dijelaskan dalam artikel berikut ini.
Ketiga, pahami tanda peringatan dini dalam konteksnya. Ekstrimisme memang dekat dengan kekerasan, namun perlu dipahami bahwa tidak semua kekerasan berafiliasi dengan ekstrimisme. Kekerasan bisa terjadi saat seseorang atau suatu kelompok tidak mampu me-manage emosinya. Seseorang bisa menjadi tempramen ketika mendapati masalah baik dalam pekerjaan, rumah tangga, relasi pertemanan, dan lain sebagainya.
Maka ketika melihat ada sebuah kasus kekerasan, tidak melulu langsung dikaitkan dengan ekstrimisme. Perlu ditelusuri terlebih dahulu kejadian apa yang menyebabkan tindakan kekerasan terjadi. Dengan mengatahui penyebab terjadinya kekerasan, yang perlu disoroti adalah sumber yang memantik tindakan kekerasannya.
Keempat, Kehati-hatian. Dari ketiga prinsip sebelumnya, bermuara pada pentingnya kehati-hatian dalam setiap tahapan deteksi dini ekstrimisme. Sebelum melapor, menggerebek, dan menindak, proses verifikasi harus dilakukan secara maksimal. Jangan sampai tindakan tersebut justru mengarah pada victim blaming yang bertentangan dengan prinsip kemanusiaan dan keadilan.
Perlu diwaspadai juga kemungkinan adanya beberapa orang atau kelompok yang memanfaatkaan momen untuk menjatuhkan orang atau kelompok lainnya dengan menuduh terlibat dalam gerakan ekstrimis. Proses verifikasi harus didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan, bahwa tujuan utama deteksi ini ekstrimisme adalah untuk menghalau gerakan radikalnya, bukan yang lainnya.
Kelima, kesetaraan gender dan perlindungan anak. Prinsip ini perlu dijadikan pedoman dalam upaya penegakan Hak Asasi Manusia. Proses deteksi dini ekstrimisme ini jangan sampai merugikan hak anak. Misalnya dengan melemparkan tuduhan dini pada suatu keluarga. Akibat tuduhan dini tersebut, satu keluarga teraleniasi di masyarakat. Tak hanya merugikan orang dewasa, tuduhan dini tersebut menyebabkan anak teralienasi dari sekolah dan pada akhirnya tidak mendapatkan hak Pendidikan yang layak.
Pun jika dugaan tersebut sangat kuat dan sudah terdapat bukti-bukti yang mengarah pada gerakan ekstrimis, hak anak harus diutamakan. Karena bagaimanapun anak adalah korban dari keputusan kedua orang tuanya. Jangan sampai anak juga harus menanggung kesalahan yang bukan pilihannya sendiri. Sebagai anak, ia memiliki masa depan yang panjang dan masih sangat mungkin diarahkan ke jalan yang moderat.
Begitupula dengan dugaan yang mengarah kepada perempuan, juga perlu menggunakan pendekatan gender. Bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak akses yang sama dan perempuan memiliki ciri khas khusus yang melekat dengan perbedaan kebutuhan. Keterlibatan perempuan dalam gerakan ekstrimis harus diverifikasi hingga ke akar. Apakah pilihan tersebut sebagai bentuk ketimpangan ekonomi yang harus ditanggung perempuan, ataukah karena doktrin dari pasangan, ataukah karena narasi domestikasi yang terus digaungkan?
Lantas Apa Langkah Selanjutnya?
Jika kelima prinsip sebagaimana tersebut diatas telah dipatuhi, langkah selanjutnya adalah dengan menindaklanjuti dugaan tersebut dengan proses verifikasi. Dalam kelompok apakah keluarga atau seseorang tersebut mempelajari ideologi ekstrimis? Apakah sikap-sikapnya menunjuk pada dukungan mendirikan Islamic State? Bagaimana mereka memandang system demokrasi di Indonesia?
Jika poin-poin diatas telah terjawab, maka pihak aparat desa terkecil yaitu RT harus segera memberikan peringatan. Bisa dilakukan dengan mengadakan forum warga, pertemuan tingkat desa, dan acara rembug warga. Namun jika ideologinya sudah mengarah pada sebuah gerakan, maka pihak desa atau kelurahan harus segera mengambil langkah tegas.
Baik dengan memberikan surat peringatan, maupun himbauan lain yang lebih tegas. Bisa juga dalam bentuk larangan untuk membentuk perkumpulan yang mengarah gerakan radikal di wilayah desa. Dengan adanya kerjasama dan juga langkah-langkah yang strategis sebagaimana tersebut diatas, diharapkan mampu menghalau penyebaran virus radikal di tataran masyarakat.