29 C
Jakarta
Kamis, 12 Desember 2024

Bagaimana Proses Radikalisasi?

Radikalisasi adalah sebuah proyek jangka panjang dan harus melalui tahapan yang cukup rumit hingga sampai ke doktrin ideologi tersebut. Seseorang yang terlibat dalam gerakan radikal, butuh untuk meyakinkan dirinya terlebih dahulu hingga pada akhirnya benar-benar terlibat dalam gerakan. Dan jika sudah benar-benar meyakini, maka akan muncul sikap fanatisme hingga susah untuk diajak kembali ke jalan yang moderat.

Karena proses panjang itulah, sebenarnya penyebaran ideologi radikal bisa dihentikan disetiap tahapan-tahapannya. Namun sayangnya, belum banyak pihak yang mengetahui bagaimana proses yang dilalui seseorang hingga pada akhirnya terjangkit virus radikal. Mereka umumnya diketahui berpaham radikal ketika sudah terlibat dalam gerakan ekstrimis. Barulah pihak-pihak yang berwenang dan berkepentingan mengambil tindakan.

Maka sebagai bentuk langkah preventif dalam menekan penyebaran ideologi radikal, perlu untuk dipahami bagaimana tahapan yang dilalui dalam proses radikalisasi. Dikutib dari buku Panduan Mengenai Tanda Peringatan Diri Ekstrimisme Kekerasan yang ditulis oleh Mira Kusumarini, dkk, beginilah tahapan proses radikalisasi yang perlu dipahami oleh semua orang.

4 Tahapan Proses Radikalisasi
Pertama, Pra Radikalisasi. Ditahap awal ini, kelompok radikal mempropagandakan ideologi radikal secara massif baik secara online maupun offline. Beberapa narasi yang diproduksi untuk mempengaruhi antara lain narasi politis, narasi historis, narasi psikososial, narasi instrumental, dan narasi teologis.

Narasi tersebut selalu dimulai dari realitas yang paling dekat dengan problem masyarakat. Seperti kemiskinan, ketidakpecusan pemerintah dalam menangani problem sosial, ketimpangan ekonomi, kesejahteraan yang tidak merata, sehingga orang akan merasa bahwa apa yang dipropagandakan memang sesuatu yang real terjadi.

Kedua, Identifikasi Diri. Setelah termakan dengan propaganda yang terus menyalahkan pemerintah bahkan system negara yang dianggap tidak pecus dalam mengatur, maka seseorang merasa dirinya lebih nyaman ketika berada di kelompok tersebut. Karena merasa satu visi dan misi, kemudian seseorang akan menarik diri dari kelompok masyarakat yang umum. Intensitas untuk bertemu dan bersosialisasi dengan kelompok radikal semakin kerap. Mulai terlibat dengan kegiatan keagamaan, menggunaan atribut yang sesuai dengan kelompok, dan mulai memilah in group dan out group.

Ketiga, Indoktrinasi. Seseorang yang terpapar ideologi radikal hanya akan bergabung dengan kelompoknya saja. Aktifitas yang dilakukan juga terbatas di lingkungannya saja. Karena sudah jauh dari kelompok masyarakat yang ada di sekelilingnya, maka proses pencucian otak akan lebih mudah dilakukan. Narasi ekstrimis yang dibalut dengan paham agama terus diproduksi. Hal itu bertujuan untuk meyakinkan bahwa gerakan yang akan dilakukan kedepan adalah sebuah perjuangan (jihad) bagi negara.

Cerita mengenai kejayaan Islam di masa lalu yang diraih dengan peperangan akan terus mengiri proses indoktrinasi. Karena tahapan selanjutnya yang akan dilalui berkaitan dengan nyawa orang banyak dengan menggunakan cara kekerasan. Cerita kejayaan Islam di masa lalu yang kemudian hancur di abad ke-19 dijadikan romantisisme. Tak lupa membumbui kisah kegagalan Islam yang disebabkan oleh pengaruh agama lain.

Alih-alih memunculkan kebanggan, yang ada justru menumpuk dendam dalam jiwa. Dendam bagi agama lain yang dianggap merusak Islam, dendam dengan system kenegaraan yang dianggap tidak sejalan dengan tuntunan dalam syariat Islam. Sehingga muncul keyakinan bahwa kekerasan merupakan kunci satu-satunya untuk menata kehidupan bernegaran yang lebih baik.

Keempat, Aksi Terorisme. Tidak semua pihak yang terlibat dalam aksi radikal bisa langsung menjadi kombatan. Untuk sampai ke tahap kombatan, seseorang harus melakukan persiapan militer, lolos dalam uji pembuatan bom, bisa merakit senjata, telah melakukan bai’at setia, dan dinyatakan sudah layak amaliyahnya untuk menuju kehidupan yang abadi di sisi Tuhan.

Karena proses panjang yang telah dilalui ditahapan sebelumnya, maka ketika seseorang dinyatakan layak dan memenuhi syarat untuk menjadi kombatan, ia akan menerima dengan suka cita. Bahkan ia akan mendapat ucapan selamat dari anggota kelompok radikal lainnya karena dianggap telah lulus ujian. Menjadi kombatan adalah cita-cita tertinggi kelompok radikal.

Demikianlah empat proses tahapan radikalisasi yang perlu untuk dipahami. Jika menemui saudara, kolega, tetangga, teman atau siapapun yang mulai memunculkan gejala diatas, maka perlu untuk segera diwaspadai. Sebelum jauh terjerumus pada proses tahapan yang lebih intens, maka perlu untuk segera diingatkan. Tentunya dengan menggandeng pejabat pemerintah, agar Langkah preventif yang dilakukan bisa berjalan lebih maksimal.

TERBARU

Konten Terkait