Global Terorisme Indeks atau yang dikenal dengan singkatan GTI adalah sebuah data internasional yang diproduksi oleh Institute for Economics and Peace (IEP). Data tersebut bersumber dari database terorisme global yang disusun oleh nasional Consortium for the Study of Terrorism and Responses to Terrorism (START).
START merupakan salah satu bagian dari departemen Homeland Security Center of Excellence yang dipimpin oleh Maryland University di Amerika Serikat. Sebuah perguruan tinggi berbasis riset yang juga universitas terbesar di area Washington. Di tahun 2022 ini, GTI telah mengeluarkan laporan edisi ke-9. Di edisi ke-9 tersebut, GTI memerikan laporan yang komprehensif berkaitan dengan tren pola gerakan terorisme, dan juga melakukan pemeringkatan dampak terorisme terhadap negara-negara di dunia.
Laporan yang dikeluarkan oleh START berkaitan dengan GTI dikeluarkan setiap 5 tahun sekali. Dibandung dengan GTI di edisi sebelumnya, Indonesia mengalami kenaikan peringkat. Berdasarkan laporan di GTI edisi ke-8, Indonesia berada di peringkat ke 35 dari 138 negara. Sedangkan di tahun 2022 pada laporan GTI ke-9, Indonesia berada di posisi ke 24 dari 163 negara yang terdampak gerakan terorisme.
Indonesia tercatat sebagai negara yang mengalami kenaikan angka kematian dengan peringkat tertinggi kedua di wilayah Asia Pasifik. Angka kematian akibat terorisme di Indonesia meningkat hingga 85%. Di satu sisi, Indonesia juga mengalami penurunan serangan terorisme sebesar 24%.
Beberapa indicator pemeringkatan GTI didasarkan pada jumlah kematian penduduk, insiden, cedera, sandera yang disebabkan oleh insiden terorisme. Serangan terorisme menurun namun angka kematian mencuat tinggi. Lantas kenapa Indonesia bisa mengalami kenaikan peringkat dalam GTI 2022? Berikut ini analisisnya.
Menguatnya Organisasi Papua Merdeka (OPM)
GTI mendefiniskan terorisme sebagai sebuah ancaman yang sistematis, disertai dengan ancaman dan kekerasan yang dilakukan oleh actor non negara. Tujuan dari terorisme adalah untuk menggugat otoritas negara dan menempatkan dirinya sebagai actor oposan negara. Selain itu, terorisme bertujuan untuk menyampaikan sebuah pesan politik, agama, maupun ideologi yang mereka anut kepada kelompok yang lebih besar.
Pesan tersebut disampaikan dengan menebarkan ketakutan, dan berusaha mengubah pandangan serta ideologi kelompok yang lebih besar tersebut agar terlibat dengan kelompoknya. Pun jika tidak terlibat setidaknya kelompok yang lebih besar mengakui keberadaannya.
Berdasarkan pemaknaan arti terorisme sebagaimana disampaikan, maka GTI memasukkan gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai sebuah gerakan terorisme yang mematikan di Indonesia. Serangan OPM di tahun 2021 menyebabkan 1,5 kematian pada tiap serangan. Sedangkan di tahun 2020, menyebabkan 0,6 kematian di setiap serangannya. Meningkatnya indek kematian di setiap serangan OPM ini menyumbang naiknya peringkat GTI di Indonesia.
Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso Sulawesi Tengah
Selain itu, di tahun 2021 juga terjadi serangan yang menyebabkan kematian empat orang petani di Lembah napu, Desa Kalimongo, Kecamatan Lore Timur, Poso Sulawesi Tengah di tangan pasukan bersenjata. Serangan tersebut dilakukan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang menargetkan pemeluk Nasrani.
Keempat korban serangan kelompok MIT tersebut ditemukan didua tempat berbeda dengan luka senjata tajam. Mayat korban ditemukan 2 km dari perkampungan warga. Naasnya, kejadian keji tersebut justru dilakukan di tengah bulan puasa. Dan hingga saat ini, terdapat 9 buronan anggota MIT yang juga sisa sisa kelompok Santoso di Poso yang masih diburu oleh aparat penegak hukum.
Setelah peristiwa ini mencuat, ISIS mengklaim bertanggungjawab atas serangan yang menewaskan empat petani di Poso tersebut. Kejadian ini pula yang menyumbang naiknya peringkat GTI di Indonesia berdasarkan laporan yang disampaikan oleh START. Selain menewaskan empat korban, peristiwa tidak manusiawi yang dilakukan oleh kelompok MIT tersebut juga menyebabkan relasi non harmonis antara muslim-Nasrani.
Dari dua laporan diatas, diketahui bahwa meningkatnya peringkat GTI Indonesia di tahun 2022 disebabkan oleh dua hal. Pertama, terorisme nasionalis atau separatis kelompok yang menginginkan kemerdekaan sebagaimana terjadi di kelomppok OPM. Kedua, terorisme agama dalam bentuk gerakan radikalisme mematikan sebagaima terjadi di kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).