Apa itu Incel?
Pertumbuhan teknologi dan kemudahan komunikasi antara satu individu dengan individu lainnnya. Hal tersebut membawa dampak positif bagi kehidupan. Akan tetapi, teknologi dan komunikasi membawa dampak negative juga. Salah satu, efek buruk dari forum dunia maya adalah munculnya forum “incel”. “Incel” singkatan dari “Involuntarily Celibate”, atau selibat (keadaan tidak menikah, berpantang secara seksual) dengan terpaksa karena keadaan.
Forum incel ini dibentuk oleh sejumlah laki-laki heteroseksual yang tidak menikah atau tidak melakukan hubungan seksual. Kondisi tersebut disebabkan oleh kesalahan perempuan dan gerakan feminisme. Rasa emosi dan frustasi mereka selanjutnya mendorong kaum Adam untuk secara rutin berbagi postingan yang mengarah pada komentar dan sentimen negatif terhadap kaum perempuan.
Ditengarai, perkataan kasar dan ejekan yang beredar di forum online tersebut diawali oleh perasaan marah. Karena mereka tidak dapat meyakinkan wanita untuk berhubungan seks dengan mereka. Mirisnya, sebagian besar anggota dari forum Incel ini usianya masih sangat muda dan ada pula yang tergolong remaja. Bila dilihat secara seksama, para anggota grup incel mayoritas amat frustasi akan kehidupan seksual mereka dan membenci diri mereka sendiri karena ditolak oleh perempuan.
Perasaan tertolak dan kesendirian ini, kemudian mendorong mereka untuk menyalurkan emosi mereka dalam bentuk postingan/meme atau bentuk konten lain di dalam grup. Hal itu dilakukan agar mendapatkan persetujuan atau validasi dari sesama anggota. Berdasarkan konten yang tersebar dalam grup incel, tidak semua anggota grup merasa rendah diri.
Memang ada yang mengakui bahwa mereka terlalu jelek atau tidak sempurna secara fisik. Sehingga terlihat tidak menarik yang mengakibatkan kehidupan cinta mereka tidak berjalan mulus. Namun, sebagian dari mereka justru merasa sebaliknya merasa superior dan terlalu out of the league. Penolakan yang mereka dapatkan justru menjadi dasar bahwa perempuan yang menolak mereka itu bodoh dan terlalu banyak pertimbangan.
Budaya Incel dan Potensi Kekerasan Misoginis
Meski terkesan sepele, ternyata forum peluapan emosi yang disediakan oleh sejumlah platform daring tersebut kian mengarah pada kebencian. Bahkan, tindak kekerasan terhadap perempuan. Melihat komposisi anggota, mayoritas anggota memang berasal dari kelompok kulit putih. Akan tapi, jaringan mereka telah mengglobal dan menyebar ke seluruh dunia.
The American Southern Poverty Law Center (SPLC) memperkirakan bahwa budaya incel mengarah pada supremasi maskulin toksik yang jika dibiarkan terus menerus dapat mendorong individu untuk melakukan tindak kekerasan terhadap perempuan. Menurut data sementara dari The Economist, budaya incel kian menjamur di kalangan anak muda. Terlebih ketika forum tersebut terbuka secara umum dan semua dapat berbagi konten dengan gratis.
Menurut riset sementara, tindak kebencian online yang berakar dari budaya incel sudah tercatat seribu kasus dan semakin hari jumlahnya terus bertambah. Akademisi dari University of Exeter, Lewys Brace, juga mencatat peningkatan signifikan yang saling terkait antara pengikut incel dan kelompok nasionalis sayap kanan. Jika ditelusuri lebih lanjut, penyebab interaksi kedua hal tadi berhubungan dengan algoritme online yang mendorong postingan bernada sayap kanan juga terbaca oleh para pengikut forum incel.
Selain itu, Lewys Brace, mengestimasi bahwa terdapat rata-rata, 112 referensi atau konten per hari yang menyuarakan misoginis ekstrem bersama dengan kata-kata “pukul, tusuk, tembak, serang” dalam forum daring incel (data dari tahun 2016). Perkiraan Lewys, jumlahnya terus meningkat sejak ia teliti, dan sekarang angkanya bahkan mencapai sekitar 849 postingan per hari. Situasi yang kemudian memicu kekhawatiran tersendiri karena bisa jadi berpotensi untuk memunculkan serangkaian serangan teroris yang terkait dengan misoginis online.
Gerakan incel sebagai subkultur online dulu dipandang sebagai forum pelampiasan patah hati kaum laki-laki heteroseksual semata. Namun, dalam perkembangannya gerakan tersebut semakin tidak terkendali karena sejumlah postingan tidak hanya sebatas menyalahkan wanita karena kurangnya aktivitas seksual yang ia lakukan. Akan tetapi juga mendorong pembaca kontennya untuk melakukan pemerkosaan dan bahkan kekerasan seksual terhadap perempuan.
Dengan dinamika kultur incel yang berpotensi memicu tindak terorisme atau kekerasan, memblokir forum daring tersebut tidaklah cukup. Perlu ada tindakan dan kebijakan komprehensif agar gerakan berbahaya ini tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih luas.