Tanda-Tanda Seseorang Terkena Paham Radikalisme

Penggunaan kata radikalisme pada beberapa waktu belakangan ini selalu menarik perhatian masyarakat karena selalu dikaitkan dengan percaturan politik yang belum selesai. Apalagi di tahun politik yang akan datang, khususnya menjelang tahun 2024 ini, persoalan radikalisme menjadi topik yang menarik untuk sebagai bahan isu dan membuat kondisi politik semakin panas. Refleksi yang selalu muncul dalam sebuah pertanyaan adalah, benarkah radikalisme ini ada? Atau jangan-jangan ini hanyalah isu yang dibuat-buat untuk mengalihkan berbagai masalah kebangsaan yang belum selesaikan ditangani oleh pemerintah. Argumen semacam itu, sering sekali kita temui, dan dilontarkan oleh para musuh negeri yang berupaya untuk melengserkan Pancasila dengan menggantikannya kepada Islam.

Akan tetapi, titik poinnya adalah bukan persoalan tentang sekelompok orang yang sampai hari ini menggemborkan isu khilafah. Sebab sejak Indonesia merdeka, ancaman sejenis itu sudah ada dan menjadi fokus bangsa Indonesia. Hal itu tercermin dengan pendiriannya Negara Islam Indonesia (NII) yang menjadi salah satu ancaman besar bansga Indonesia untuk terus merawat kebangsaan. Akan tetapi, di tengah perlawanan arus besar pemahaman kenegaraan dan keislaman yang muncul dalam berbagai spektrum cukup luas, bagaimana sebenarnya untuk mengenali seseorang yang sudah terpapar paham radikalisme?

Tanda-Tanda Seseorang Terkena Paham Radikalisme

Pertama, intoleran. Sikap ini merupakan lawan dari toleransi. Seperti yang kita pahami bahwa, kesadaran seseorang dalam melihat perbedaan, sangat penting untuk dimiliki. Bibit perdamaian untuk melihat segala keniscayaan merupakan dasar dari melaksanakan kehidupan sosial yang sangat kompleks. Sikap intoleran ini muncul ketika seseorang sudah tidak mau melihat perbedaan yang ada di dalamnya, termasuk dalam sebuah organisasi, ataupun melihat kehidupan yang lain.

Kedua, fanatik. Pemaknaan yang cukup luas atas kata fanatik ini sangat beragam. Di satu sisi, dalam sebuah organisasi atau pemahaman seseorang terhadap sesuatu, sikap fanatik ini justru diperlukan sebagai penguatan keteguhan dan kepercayaan atas apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Fanatik terhadap organisasi/ Lembaga/bahkan pemahaman tertentu, akan membuat seseorang loyal terhadap keyakinannya tersebut. Akan tetapi, sikap fanatik ketika dibentukan dengan pemahaman yang berbeda atau organisasi yang berbeda, akan menyebabkan taklid buta. Sehingga tidak ada beda antara kebenaran dan kesalahan. Sebab yang benar adalah apa yang diyakini, ataupun diikutinya. Sikap ini akan membuat seseorang berada di fase yang tidak wajar karena akan memberikan loyalitas penuh meskipun menciderai orang lain.

Ketiga, eksklusif. Sikap ini dimaknai tidak berbaur dengan kelompok/orang lain. Hal ini memicu prasanga, stigma yang diberikan kepada orang lain karena tidak ada ruang untuk berjumpa, berdialod dan mengenal sama lain. Sehingga tercipta praduga buruk karena tidak ada ruang perjumpaan.
Keempat, revolusioner. Sikap ini dibuktikan dengan penggunaan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan. Apabila dikaitkan dengan agama, sikap revousioner yang ditampilkan oleh seseorang yang terpapar radikalisme, ia cenderung melihat sesuatu dengan ayat Tuhan, kemudian mengambil jalan dengan cara-cara yang keras, tanpa melihat konteksnya. Sehingga ajaran agama yang ditampilkan, tidak diperlihatkan sebagai agama yang ramah ataupun damai, akan tetapi justru sebaliknya.

Keempat tanda tersebut apabila ada dalam diri seseorang, makai a sudah terpapar radikalisme. Radikalisme sendiri, dimaknai sebagai suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekeraan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem. Keempat tanda tersebut bisa saja berubah seiring dengan proses kehidupan seseorang yang dijalani. Hal ini karena, seseorang akan menjalani proses kehidupan yang sangat panjang dengan berbagai pola pemahaman yang berbeda.

Alhasil, 4 tanda yang dimiliki oleh seseorang, apabila ditunjang dengan sikap bijak untuk terus belajar, memahami dari berbagai peristiwa dan memanfaatkan banyak ruang untuk belajar. Maka, sikap itu perlahan akan hilang, berganti dengan sikap bijak yang menerima diri bahwa setiap pemahaman yang keluar dari orang lain adalah berbeda dengan dirinya. semestinya kita harus mampu melihat perbedaan dengan cara yang lapang, dan mampu menerima bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dan sangat beragam. Tugas kita adalah berupaya agar negara kesatuan ini tetap utuh dengan banyaknya ancaman, musuh yang terus mengintai.

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top