Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) resmi dibubarkan oleh pada 19 Juli 2017. Melalui rentang waktu tersebut, artinya sudah 5 tahun organisasi yang membawa gerakan untuk mendirikan negara Islam tersebut dihapus secara keorganisasian. . Pembubaran HTI yang dilakukan oleh pemerintah dikarenakan tidak menjalankan asas, ciri dan sifat ormas yang termaktub dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (UU Ormas), yaitu “tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.”
Banyak sekali penolakan ataupun pihak di dalamnya pada 5 tahun lalu. Pembubaran tersebut menurut HTI, pemerintah tidak punya dasar. Menurut Ismail Yusanto, juru bicara HTI pada itu, HTI adalah organisasi yang berbadan hukum. Artinya, HTI memiliki hak konstitusional untuk berdakwah. Hak tersebut diperlukan untuk perbaikan Indonesia. Meskipun alasan penolakan tersebut tetap dilontarkan oleh para aktifis HTI. Akan tetapi, penolakan tersebut tidak berarti apa-apa bagi pemerintah. Organisasi yang keukeu memperjuangkan khilafah tersebut tetap dibubarkan oleh pemerintah. Setelah 5 tahun pembubaran, bagaimana nasibnya kini?
Media sosial dan ruang penyebaran ideologi khilafah
Eksistensi Ismail Yusanto sebagai juru bicara HTI, ketika posisi HTI masih belum dibubarkan, nyatanya masih berlanjut sampai hari ini. Pada hari ini, sekalipun HTI sudah dibubarkan oleh pemerintah Indonesia, Ismail Yusanto tidak segan-segan memperkenalkan dirinya sebagai juru bicara HTI Internasional. Dalam ruang media sosial, segala dakwah yang diusung oleh Ismail, bernafaskan khilafah. Di media sosial yang cukup ciamik digunakan oleh anak muda, yakni tiktok. Ismail Yusanto juga merambah pada tiktok. Pemnafaatan media sosial sebagai ruang dakwah yang cukup luas, dimanfaatkan oleh betul oleh dirinya untuk memperoklamirkan khilafah di negara Indonesia.
Tidak hanya itu, Ismail Yusanto adalah pemimpin Yayasan Insantama. Sekolah yang cukup memiliki pasar ciamik dengan branding Islam Terpadu di dalamnya, menjadi ancaman dan tantangan besar bagi pemerintah tentang ideologi yang dimiliki oleh pemimpinnya. Bagaimana penerapan kurikulum yang diterapkan di sekolah tersebut? perlu ditelaah lebih jauh, penyebaran ideologi khilafah yang berlangsung di dalamnya. Selain itu, produksi narasi yang dilakukan oleh aktifis khilafah cukup massif.
Salah satunya adalah website muslimahnews.net. sebelumnya, website tersebut bernama muslimahnews.com, pernah juga berubah nama menjadi muslimahnews.id. Website tersebut tetap kokoh dengan reinkarnasi yang cukup keukeuh meskipun sudah diblokir beberapa kali oleh pemerintah. Produksi narasi melalui website tersebut cukup masif. Perlawanan kepada pemerintah, kritik terhadap setiap kebijakan dan kekurangan pemerintah, dialihkan dengan dengan narasi khilafah di dalamnya. Bahkan, di tengah musibah Covid-19 lalu, dengan banyaknya nyawa yang hilang akibat pandemi itu, aktifis khilafah justru sibuk untuk mendirikan negara Islam. Dalam penyebaran narasi di media sosial, betapapun masalah yang dimiliki oleh Indonesia, narasi yang muncul adalah penegakan khilafah solusinya.
Tidak hanya berhenti pada penyebaran narasi melalui website. Di akun media sosial seperti Instagram, mereka sering melakukan kajian tentang isu-isu terkini yang memantik anak muda untuk ikut, seperti topik Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), kenaikan BBM, hingga fenomena Citayam Fashion Week beberapa waktu lalu. Mereka mengkritik yang bermuara pada solusi tegaknya khilafah.
Lain dari pada itu, figur ustaz-ustaza yang memiliki otoritas di media sosial cukup tinggi tetap eksis dengan ideologi khilafah. Felix Siauw, misalnya. Ia adalah ustaz, aktifis khilafah yang tidak segan-segan dalam ceramahnya mengkampanyekan khilafah. Bahkan ia secara sangar menyatakan cinta kepada NKRI tidak ada hadisnya. Kalimat tersebut memantik kritik keras dari para ulama, kiai, yang selama ini keukeuh mengkampanyekan Pancasila dan semangat nasionalisme.
Di satu sisi, ustaz-ustaza di media sosial memiliki otoritas akun media sosial dengan posisinya centang biru dan memiliki banyak pengikut di dalamnya. Melalui gaya dakwahnya yang keren dan ciamik serta khas anak muda banget, mereka mampu mengambil hati anak muda supaya ikut gerakan hijrah yang diusung oleh para aktifis khilafah.
Di kalangan mahasiswa, gerakan pembebasan mahasiswa (GEMA Pembebasan) di kalangan mahasiswa tetap eksis, yang dulunya merupakan sayap gerakan HTI bagi mahasiswa. Sampai hari ini, mereka tetap ada di kampus untuk mengkampanyekan khilafah. Terbukti, di UIN Jakarta, masih eksis Gema Pembebasan tersebut. Ini artinya, secara keorganisasi, eksistensi HTI sudah dibubarkan oleh pemerintah. Tidak ada lagi orang yang mengatasnamakan HTI dalam setiap gerakan. Namun, secara nafas perjuangan, ideologi gerakan, mereka bermain di bawah tanah, tidak terlihat akan tetapi terus bergerak. 5 tahu pasca pembubaran HTI, organisasinya sudah mati, akan tetapi reinkarnasi dari gerakan dan semangat perjuangannya tetap ada dan terus berkobar.