Tren radikalisme dan terorisme yang kini sedang dihadapi oleh mayoritas negara dunia, termasuk Eropa kemudian mendorong para akademisi dan praktisi di sana untuk mengembangkan suatu strategi untuk meminimalisir tindakan kekerasan dengan basis ekstremisme yang bernama Gamma plus. Gamma plus sendiri merupakan strategi yang tersusun dari tujuh elemen yakni, Goals (tujuan), Audience (Audiens), Message (Pesan), Messenger (Aktor pembawa pesan), Medium (Media), Action (Tindakan), and Evaluation (Evaluasi).
Model ini tidak hanya bertujuan membantu praktisi untuk memaksimalkan dampak kampanye pencegahan radikalisme, baik online maupun offline; GAMMMA+ juga mempertimbangkan risiko dari kampanye agar jangan sampai terbentuk medan polarisasi atau malah konflik sosial politik. Misalnya saja ketika agen negara yang bertindak untuk mencegah ekstremisme tanpa menyadari potensi yang tidak diinginkan, dikhawatirkan justru yang muncul adalah konsekuensi negatif, misalnya, keamanan diri dari si agen tersebut yang dipertaruhkan. Untuk menghindari ini, pastikan aktor-aktor atau penggerak kampanye anti radikalisme memiliki kedalaman pengetahuan yang diperlukan untuk menghindari polarisasi yang terjadi secara tidak sengaja.
Komisi Uni Eropa yang membidangi penanggulangan radikalisme dan terorisme yang diwakili oleh Stefania Koskova mengungkapkan bahwa mereka berharap bahwa model ini dapat mendorong perubahan perilaku individu agar mereka dapat berpikir kritis dan memiliki perilaku yang dapat mengantisipasi propaganda negatif dari kelompok-kelompok radikal.
Langkah pertama yang perlu dibangun dari model ini mengedepankan terbentuknya tingkat kepercayaan tinggi dari kelompok target, termasuk ketika pihak pemerintah dan LSM ingin melakukan kampanye. Bahkan sebisa mungkin, Stefania menyarankan bahwa semua pihak bisa setransparan mungkin dalam menjalankan promosi toleransi dan dakwah moderasi. Namun, di satu sisi perlu diingat bahwa dalam menjalankan promosi pencegahan esktremisme, pihak berkepentingan harus tetap menghormati privasi dari audiens target dan isu keamanan yang berkenaan dengan mereka. Kondisi saling menghormati ini selanjutnya diharapkan dapat membangun empati sesama yang dapat memberikan feedback positif dari kelompok sasaran.
Langkah berikutnya menekankan pada terbangunnya empati dari pengalaman personal individu yang menjadi dasar strategi preventif pencegahan radikalisme selanjutnya. Dalam sesi ini, dibutuhkan kesabaran dalam mendengarkan apa yang mereka rasakan, lihat, pikirkan, dan lakukan. Hasil dari pendalaman pengalaman individu tersebut tidak langsung bisa kita hakimi. Namun, perlu pelan-pelan kita catat dan analisis agar dapat dibuat peta jalan sederhana dari teori matriks ekstremisme untuk mengetahui tingkat simpati awal dari individu terhadap gerakan-gerakan radikalisme yang ada.
Selain merujuk teori matriks ekstremisme, penyusunan strategi pencegahan radikalisme dari sisi individu pada metode Gamma plus didasarkan pada konsep perubahan perilaku. Sebab, kerangka teori ini mengecek apa penyebab eksplisit dan akar penyebab kekerasan berbasis ekstremisme pada konteks target audiens dan membantu memandu menjelaskan asumsi kausal tentang mengapa dan bagaimana kampanye pencegahan radikalisme dapat mencapai tujuannya.
Banyak organisasi yang menerapkan program pencegahan ekstremisme (baik secara online atau offline), memulai strateginya dengan asumsi, misalnya, jika ada lebih banyak pemuda yang terjuan ke politik, maka hal ini akan membantu mempromosikan toleransi. Tentu tidak ada salahnya berasumsi seperti itu. Tapi ada baiknya hipotesis tadi dilengkapi dengan strategi aplikatif lainnya, misalnya dengan membina situasi sosial politik dan mendorong inklusi nyata di lingkungan masyarakat.
Setelah semua langkah-langkah tadi dilakukan, tahapan final yang perlu dilakukan yaitu mengevaluasi seluruhnya dari awal. Tujuan evaluasi yaitu untuk memastikan apakah model dan strategi Gamma plus telah diterapkan sesuai dengan kampanye dan juga akan membantu untuk menilai apakah tujuan telah tercapai, sehingga meningkatkan efektivitas kampanye pencegahan radikalisme di masa depan.