Saya pribadi tidak pernah bertemu secara langsung dengan sosok Ainun Jamilah. Namun kiprahnya sebagai penggerak perdamaian lintas iman dan perjuangannya untuk menolak inklusivisme perempuan bercadar mewarnai beberapa media online dan juga social media. Dari situlah, saya kemudian berselancar mencari siapa dan bagaimana sosok Ainun Jamilah.
Salah satu yang membuat Ainun Jamilah menjadi sosok unik bahkan langka adalah preferensi busananya dan gerakan serta pemikirannya yang terbuka terhadap perbedaan. Selama ini, perempuan bercadar acapkali mendapatkan pandangan yang negatif. Di tahun 2019, Diamant J merilis sebuah penelitian bahwa meskipun 87,1 % penduduk Indonesia beragama muslim, namun mayoritas menolak penggunaan cadar di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Putri di tahun 2018 juga merilis bahwa perempuan bercadar juga sering mendapat pengalaman tidak menyenangkan. Seperti mendapat komentar negatif dari orang-orang sekitar, dijauhi oleh teman, mengalami berbagai rintangan, mendapatkan berbagai godaan serta mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan.

Saya secara pribadi, juga pernah merasakan pengalaman tidak menyenangkan saat berinteraksi dengan perempuan bercadar. Namun kemudian saya sadar bahwa pengalaman tersebut juga lahir dari stigma negatif terhadap perempuan bercadar yang terus melekat dalam diri saya. Sehingga ketika bertemu dengan perempuan bercadar, saya langsung berfikir perempuan tersebut radikal, tertutup, dan tidak berinteraksi dengan kelompok selainnya.
Padahal saat ini, sudah banyak perubahan yang terjadi. Industri fashion memiliki peran yang signifikan sehingga perempuan bercadar terus bertransformasi. Seperti pemilihan warna busana yang colourful, gaya foto yang instagramable, sehingga pereferensi busana perempuan bercadar menjadi stylish. Pun dengan kegiatannya, sudah banyak perempuan bercadar yang menunjukkan aktifitas kesehariannya yang nyaris tak ada bedanya dengan perempuan lainnya. Tak melulu memposting potongan ayat al-Quran dan screenshoot kajian-kajian yang didapat melalui penelusuran google.
Nun Jamilah dan Organisasi Lintas Iman
Penelitian yang dihasilkan oleh Diamant J ini sebenarnya juga dirasakan oleh Ainun Jamilah. Namun tidak tinggal diam, melalui komunitas cadar garis lucu, Ainun berusaha untuk melakukan kontra narasi tentang stigma perempuan bercadar.Ia tidak menafikan fakta bahwa mayoritas perempuan bercadar memang menjalankan agama secara inklusive. Namun ia juga berusaha untuk terus mengkampanyekan bahwa cadar adalah salah satu bentuk kebebasan berekpresi perempuan. Banyak juga niqabis yang sangat nasionalis, mencintai keberagaman, dan menolak kekerasan yang diinterpretasikan dengan jihad.
Ainun selalu mengedepankan sisi kemanusiaan tatkala berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa memandang perbedaan suku, agama, golongan, dan ras. Saat terjadi pengeboman di gereja katedral Makassar jelang perayaan Paskah, Ainun datang dengan membawa bunga. Tak hanya itu, bersama dengan komunitas lintas iman, Ainun juga menggelar doa bersama untuk semua korban pengeboman gereja katedral Makassar tersebut.
Di sebuah sesi talkshow, saya ingat betul bagaimana Ainun menjelaskan kekalutan dirinya saat melihat peristiwa pengeboman di gereja Katedral Makassar. Dengan menahan suara tangis, ia menceritakan bagaimana hancurnya sebuah rumah ibadah karena kebencian yang datang dari penganut keyakinan lainnya. Ia menekankan bahwa konflik yang seakan melibatkan dua keyakinan tersebut sama sekali tidak merepresentasikan agama tertentu. Tindakan radikal lahir dari pemahaman agama yang salah, bukan dari agamanya. Karena jika agama benar-benar dipahami dengan baik, maka manusia beragama tak akan sampai hati melukai hati, perasaan, dan fisik manusia lainnya.
Melalui sebuah postingan di instagram, Ainun tampak berfoto dengan para Romo dan Suster di Gereja. Pro kontra memenuhi laman instagram alumni UIN Alaudiin Makassar tersebut. Perempun berjilbab masuk ke geraja saja sudah menuai kontroversi, apalagi seorang perempuan bercadar. Namun bukan Ainun jika tidak bisa menghadapi cercaan dengan cara yang elegan.
Ia memang banyak berinteraksi dengan pemuda lintas iman. Ia ingin menunjukkan bahwa pertemuannya dengan pemuda lintas iman mendatangkan banyak manfaat untuk gerakan perdamaian. Dalam menghadapi pro kontra kebolehan mengucapkan natal untuk non muslim contohnya. Ternyata tidak hanya muslim yang memperdebatkan, pun demikian dengan pemeluk Nasrani. Masih melalui media yang sama, Ainun memberikan tips untuk meminimalisir perdebatan ikhtilaf ulama tentang ucapan natal.
Adapun tips tersebut dengan melakukan 4 M, yaitu;
1. Mendengar: menyampaikan niat untuk mengajak berdiskusi dan menjadi pendengar yang baik (dengarkan dengan seksama tanpa meninterupsi) pandangan teman lain.
2. Menghargai: menghargai cara bertoleransi teman lain, meskipun tidak sependapat dan sejalan dengan cara yang dipilih.
3. Memahami: tujuan diskusi bukan untuk memaksakan pemahaman kepada orang lain. Namun untuk mendengarkan dan mengetahui bagaimana pandangan pihak lain terkait isu yang sama.
4. Menerima: pada akhir diskusi, tidak boleh ada yang merasa kalah maupun menang. Melainkan menerima perbedaan pandangan masing-masing karena berbeda itu tidak mengapa.
Belum lama ini, melalui sebuah podcast dengan judul “Cerita Perempuan Bercadar sebagai Penggiat Perdamaian” Ainun Jamilah banyak menceritakan suka, duka, dan juga pengalamannya dalam berinteraksi dengan pemuda lintas iman. Dukanya sudah jelas, stigmatisasi, marginalisasi, dan dituduh keluar dari ajaran Islam. Bahkan dalam kolom komentar, seorang netizen juga menuangkan umpatan yang menyatakan pemikiran Ainun tidak mencerminkan pakaiannya.
Dan untuk sukanya? Jauh lebih banyak dan lebih berkesan daripada luka atas stigma yang disampaikan beberapa netizen. Salah satu kebahagiaan Ainun adalah ketika ia diberi kesempatan untuk menjelaskan apa itu Islam di dalam gereja, di depan banyak pemuda lintas iman. Ainun menjelaskan bagaimana kecintaan Islam terhadap perdamaian, dan juga bagaimana Islam mengangkat derajat perempuan.
Apa yang disampaikan Ainun tentu bertentangan dengan apa yang non muslim lihat dan amati tentang Islam. Dan disinilah, Ainun merasa sangat bahagia karena bisa memberikan pandangan lain tentang wajah dan bagaimana Islam di mata agama lainnya. Bahkan saat sesi diskusi sudah berakhirpun, dilanjutkan dengan sesi yang lebih privat khusus untuk para peserta yang masih penasaran dengan bagaimana Islam yang sesungguhnya.