The Mosque Next Door: Memotret Bagaimana Komunitas Masjid di Australia Menyebar Toleransi

“Islam is a disease; we need to vaccinate ourselves against that.”

Bagi senator Pauline Hanson, Islam adalah sesuatu yang asing dan sangat jauh berbeda dengan kultur Australia. Dalam berbagai pidatonya, demi mengumpulkan suara publik, ia terus menyebarkan kebencian akan kelompok imigran muslim. Ia menyebut Islam sebagai sumber konflik, dan cara satu-satunya agar mereka memperoleh perdamaian adalah menghentikan penyebaran Islam dengan menolak para pengungsi dan imigran Muslim yang datang ke tanah air mereka.

The Mosque Next Door: Memotret Bagaimana Komunitas Masjid di Australia Menyebar Toleransi

Propaganda populis ini sayangnya berhasil meraih simpati rakyat. Retorikanya tersebut berhasil membawanya terpilih menjadi Senator mewakili Queensland dalam Parlemen Australia. Sentimen negatif yang beredar luas di kalangan warga Australia tak diacuhkan begitu saja oleh komunitas Muslim di negeri kanguru. Alih-alih membalas ujaran kebencian dengan cara yang sama, lewat film dokumenter “The Mosque Next Door”, komunitas masjid di Brisbane memperlihatkan bagaimana cara mereka ‘menyerang’ balik komentar-komentar pedas dari senator mereka sendiri.

Salah satu langkah yang mereka ambil adalah berbagi snack pack gratis. Snack pack, yang terdiri dari kentang goreng dan campuran daging iris seringkali dijadikan alat kampanye negatif para kelompok sayap kanan. Alasannya tidak bukan karena mereka khawatir irisan daging yang berlabel halal dalam makanan tersebut akan membuat mereka otomatis menjadi Muslim. Padahal halal berarti diperbolehkan, jika dikaitkan dengan makanan berarti makanan yang diperbolehkan.

Belum lagi isu-isu yang menyatakan bahwa penyembelihan dengan cara halal adalah hal yang paling kejam sedunia. Padahal justru yang terjadi adalah sebaliknya, hewan yang disembelih secara diperlakukan dengan baik sebelum berakhir menjadi bahan konsumsi manusia. Berbagi informasi tentang miskonsepsi label halal ternyata tak mudah dilakukan, beberapa kali relawan dari Masjid Holland Park ini diacuhkan dan bahkan dicemooh.

Ada juga yang dituduh memaksakan agama Islam kepada warga. Padahal, tujuan mereka sebenarnya hanyalah ingin melakukan klarifikasi singkat agar kesalahpahaman yang digencarkan oleh kelompok sayap kanan tidak semakin menjadi-jadi. Namun respon beberapa warga yang acuh tak membuat mereka berhenti. Sebagian lain justru tertarik dan akhirnya berdiskusi panjang lebar untuk kemudian saling berbagi cerita bahwa label halal tidak seburuk yang diberitakan.

Selain membagikan makanan, komunitas masjid yang berasal dari latar belakang ini juga kerap melakukan aktivitas publik lainnya dengan tujuan untuk memperkenalkan Islam sebagai agama yang cinta damai. Nilai-nilai moderasi juga tak lelah mereka promosikan dalam beragam kegiatan internal maupun eksternal. Pada Australian Day misalnya, mereka pun turut mengibarkan bendera di depan masjid dengan harapan bahwa masyarakat umum melihat bahwa Islam pun mengajarkan umatnya untuk menjunjung tinggi nasionalisme.

Terlebih, banyak orang Australia kulit putih mengira Islam adalah agama yang ekstrim dan terlalu memberatkan. Akibat berita palsu dan kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam, orang awam mengira Islam benci negara. Islam amatlah ekslusif, asumsi mereka. Sehingga, kondisi ini membuat terciptanya jarak untuk saling mengenal antara satu dengan yang lain. Tak heran, gesekan-gesekan sosial pun tercipta.

Walau begitu, umat Islam di Brisbane tidak tinggal diam. Alih-alih menutup diri, mereka malah membuka pintu jika ada yang ingin mengetahui lebih dalam tentang Islam. Terbukanya komunitas masjid yang berlokasi di Brisbane itu juga membuat para pelajar tidak takut untuk mengunjungi masjid sebagai bahan pembelajaran dalam mengenal komunitas masyarakat yang heterogen. Hal ini tentunya sangat penting karena generasi muda adalah tongkat estafet yang nantinya mewarisi kehidupan di bumi selanjutnya.

Jika mereka tidak diajak mengenal karakter masyarakat yang berbeda ras, agama, dan budaya, ke depannya mereka akan tumbuh menjadi individu yang mudah curiga dan membenci. Dan bukan tidak mungkin bila itu dibiarkan, akan membuka peluang timbulnya konflik serta pertikaian. Ragam kehidupan komunitas Masjid Holland Park di Brisbane tadi digambarkan dengan apik melalui seri dokumenter Netflix The Mosque Next Door yang pertama kali rilis di Australia pada tanggal 8 November 2017.

Serial ini berada di bawah arahan produser eksekutif, Laurie Critchley dan produser serial, Ross Wilson, serta digawangi oleh perusahaan Southern Pictures. Jika belum ada waktu lowong, bisa juga melihat trailer serial The Mosque Next Door yang dirilis melalui kanal Youtube milik SBS Australia sejak tanggal 5 Oktober 2017.

Penulis

Opini

Di sini kita membahas topik terkini tentang perempuan dan upaya bina damai, ingin bergabung dalam diskusi? Kirim opini Anda ke sini!

Scroll to Top