32.4 C
Jakarta
Jumat, 13 Desember 2024

Kondisi Pengungsian ISIS Tidak Layak, Perempuan dan Anak Menjadi Korban

Pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) Eks ISIS sampai saat ini masih belum ada kejelasan. berdasarkan data terakhir yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada September 2021, total ada sekitar 2.113 WNI yang terjebak ISIS di luar negeri. Dari jumlah tersebut 1.251 WNI termasuk anak-anak mereka masih berada di daerah konflik, dengan 529 orang di antaranya tersebar di kamp-kamp di Suriah, perbatasan Turki, dan di beberapa penjara.

Berdasarkan data yang dihimpun, Indonesia sempat memulangkan sejumlah WNI Eks ISIS. Tercatat pada tahun 2017, terdapat ada 18 WNI eks ISIS yang dipulangkan setelah dideportasi dari Suriah. Dari jumlah tersebut, 3 di antaranya menjalani penahanan dan 15 di antaranya dibina selama satu bulan sebelum akhirnya dipulangkan ke kampung halaman.

Menurut Peneliti Terorisme IPAC Nava Nuraniyah mengungkapkan, jika kondisi para korban terorisme tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Para korban ini berada di Turkey, Lebanon, Irak dan Jordan. ”Saat ini ada sekitar 11.000 perempuan dan anak-anak terdampar di Kamp Al-Hol, perbatasan Turki-Syria mereka berada di bawah control tentara Kurdi,” terangnya.

Kondisi kampong tersebut juga sangat tidak layak. Mulai dari kondisi penjara yang minim air bersih. Selanjutnya, 70% anak-anak kekurangan gizi, rentan kekerasan fisik, seksual, psikologis – oleh apparat Kurdi maupun ”polisi Syariah” ISIS. Namun Indonesia, AS, mayoritas negara Eropa enggan memulangkan warganya.

Selain itu, terdapat data perempuan yang saat ini terdapat Kamp pengungsian Al-Hol dan Al- Roj. Saat ini, terdapat 154 orang perempuan dewasa dan 367 orang anak. Selanjutnya, penjara Syria terdapat 34 orang lelaki dewasa dan 12 orang anak. Dari data yang dihimpun, terdapat beberapa motivasi perempua dewasa untuk berangkat ke Syria.

”Para perempuan ini banyak yang memiliki kesadaran penuh, lalu mengikuti suami, terbuai janji Daulah Islamiyah,” terangnya.

Saat perempuan berangkat ke Syria, terdapat tingkatan radikalisme yang berbeda-beda. Saat ini, ada banyak orang yang sudah sadar jika kondisi Syria tidak seindah yang dibayangkan. Akan tetapi, masih ada beberapa orang yang memiliki militansi yang tinggi kepada ISIS. Walaupun begitu, mereka lebih mementingkan cara bertahan hidup ketimbang persoalan ideologi.

Saat ini, lanjutnya, sangat penting dilakukan pendataan di Kamp Pengungsian sebelum melakukan repatriasi. Ada beberapa kategori anak yang berada di kamp pengungsian. Perlu ditekankan, jika anak adalah korban. Kategori tersebut adalah anak yang menjadi yatim/piatu karena terpisah dengan keluarga.

”Lalu, anak yang lahir karena salah satu orangtuanya adalah orang asing. Terakhir, pengantin anak. Mereka ini melahirkan di usia remaja,” pungkas perempuan yang akan menjadi PhD Candidate di Australian National University.

TERBARU

Konten Terkait