Hari itu, saya merasa sangat bersyukur bisa menyempatkan bermain kepada beberapa yayasan diantaranya: DED (Dinamika Edukasi Dasar) dan Institut DIAN (Dialog Antar Iman /Interfidei, Yogyakarta. Keduanya merupakan yayasan yang tidak asing bagi masyarakat yang bergelut dalam isu-isu perdamaian, lintas iman, dan sejenisnya. Salah satu tokoh perempuan yang cukup menarik bagi saya pada saat berkunjung, yakni nama Ibu Gedong. Tentu, perjumpaan saya dengan Ibu Gedong Bagoes Eka tentu tidak secara langsung.
Sebab saya hanya bisa melihatnya melalui lukisan yang terpampang secara gamblang pada dua yayasan tersebut. diantara lukisan-lukisan yang ditempel di dinding, yang membuat saya bertanya-tanya yakni adanya lukisan seorang perempuan di tengah-tengah lukisan Gus Dur dan Romo Mangun. Di DED, saya bersama teman-teman bertemu dengan Romo Edi.
Orang yang kami temui mengatakan bahwa “Ibu Gendong merupakan sahabat karib Gus Dur. Menurut penjelasan yang saya dengarkan dari bebarapa orang, keduanya sangat akrab sekali”, Ucap Romo Edi.
Maklum, Romo Edi umurnya tidak terlalu tua, sebab itu ia tidak satu generasi dengan Gus Dur. Perjumpaannya dengan Gus Dur, Romo Mangun, dan Ibu Gendong juga sama seperti kami, tidak secara langsung. Berbeda halnya ketika di Interfidei, kami bertemu dengan Elga Sarapung, direktur Iterfidei. Kami memanggilnya Mbak Elga. Di tempat itu, Mbak Elga bercerita banyak tentang tiga tokoh serangkai tersebut. Mbak Elga saksi hidup perjuangan ketiga sahabat tersebut, khususnya Ibu Gedong.
Sosok yang Konsisten dalam Membangun Perdamaian
“Ibu Gedong itu perempuan luar biasa. dia melampaui perempuan pada umumnya. Orangnya gesit, pemikirannya bagus, terinspirasi dari Mahatma Ghandi”, Ucap Mba Elga dengan nada selayaknya bercerita.
Bertemu dengan Mbak Elga bagi saya adalah perjumpaan yang istimewa, kami diceritakan banyak hal, termasuk kisah hidup tiga tokoh luar biasa itu. Disamping itu, menurut Mbak Elga, sosok Ibu Gedong merupakan sosok yang gesit serta konsisten dalam melakukan berbagai hal.
“Dalam hal kecil saja, misalnya seperti Yoga. Ibu Gedong itu konsisten, tidak pernah putus, termasuk kegiatannya dalam mengawal isu-isu perdamaian juga terus konsisten. Apalagi waktu itu, jarang sekali perempuan tangguh semacam dia, “ Jelas Mbak Elga.
Sahabat Gus Dur melalui kegiatan-kegiatan lintas iman Seperti yang kita ketahui bahwa gagasan Gandhi selalu menjadi inspirator dalam setiap upaya-upaya perdamaian. Tokoh Ghandhi tidak hanya menjadi idola Gus Dur, akan tetapi juga idola Ibu Gedong. Nilai-nilai perjuangan Ghandhi seperti Ahimsa (tanpa kekerasan), Swadesi (kemandirian), Satyagraha (kekuatan kebenaran).
“Ibu Gedong spirit juangnya tinggi, mungkin karena tidak memiliki privilege seperti gus Dur. Tapi spiritinya besar sekali untuk kerja-kerja perdamaian. Kemudian bertemu Gus Dur, nyambunglah mereka, dan solidlah hubungan”, demikianlah Mba Elga menjelaskan.
Ibu Gedong merupakan sosok perempuan pergerak perdamaian. Sosok Hindu dari Bali yang dalam spirit perjuangannya tidak pernah lepas dari ajaran-ajaran Ghandhi. Tidak hanya itu, ia juga seorang vegetarian. Hal itu sejalan dengan nilai yang dimiliki yakni ahimsa. Dia tidak ingin menyakiti siapapun termasuk hewan yang menjadi salah satu bahan makanan banyak orang.
Ia lahir dengan nama Ni Wayan Gedong (lahir 1921). Pada tahun 1964 Ibu Gedong lulus dari Universitas Udayana Denpasar dan mengajar bahasa Inggris di Universitas tersebut hingga tahun 1972. Melihat banyak sekali aspek spiritualitas masyarakat Hindu di Bali, ia cukup kritis dalam melihat semua itu. Menurutnya, nilai-nilai perdamaian harus terus dimiliki oleh masyarakat untuk membangun hubungan yang baik. Akhirnya, Mendirikan Yayasan Bali Santi Sena (Gerakan Perdamaian Masyarakat Bali) pada tahun 1970.
Mendirikan Ashram Gandi
Pada tahun 1976, Ibu Gedong mendirikan mendirikan Ashram Gandhi di wilayah Candidasa kabupaten Karangasem Bali. Tempat itu menjadi lembaga pendidikan seperti pesantren untuk masyarakat Hindu. Anak-anak muda belajar nilai-nilai perdamaian seperti apa yang diajarkan dalam agama Hindu.
Selanjutnya, ia mendirikan yayasan Kosala Wanita dan Yayasan Kesejahteraan Perempuan untuk mengupayakan meningkatan pendidikan dan ekonomi bagi para perempuan Bali. Pada 1996 beliau mendirikan Asram untuk para mahasiswa, yaitu Gandhi Vidya Pith di Denpasar dan mendirikan mendirikan asram serupa di Yogyakarta.
Ghandhi menjadi inspirator Ibu Gedong dalam melakukan gerakan-gerakan perdamaian. Di Interfidei ataupun di DED, hubungan Ibu Gedong dengan tokoh-tokoh perdamaian, seperti Gus Dur, Romo Mangun, dll terjalin dengan cukup baik.