Dalam agenda WGWC Talk 19, Peneliti Teroris dari IPAC Nava Nuraniyah menjelaskan tentang kondisi para korban terorisme di Turkey, Lebanon, Irak dan Jordan, bahwa ada sekitar 11.000 perempuan dan anak-anak terdampar di Kamp Al-Hol, perbatasan Turki-Syria. Di bawah kontrol SDF (tantara Kurdi).
Kondisi pengungsian tersebut juga sangat tidak layak. Misalkan Penjara untuk minim air bersih 70%, lalu anak-anak kekurangan gizi, Rentan kekerasan fisik, seksual, psikologis – oleh apparat Kurdi maupun ”polisi Syariah” ISIS.
”Namun Indonesia, AS, mayoritas negara Eropa enggan memulangkan warganya. Menurut data yang kami terima, terdapat WNI Eks-ISIS di mana Kamp pengungsian Al-Hol dan Al- Roj: 154 perempuan dewasa, 367 anak. Selanjutnya, Penjara Syria: 34 lelaki dewasa, 12 anak,” terangnya.
Menurutnya, perempuan dewasa sendiri memiliki bermacam-macam motivasi untuk pergi ke Syria. Motivasi ke Syria beragam. Misalkan, para perempuan pergi ke Syria dengan kesadaran penuh. Mulai dari ikut suami, terbuai janji Daulah Islamiyah dan lainnya. Tingkat radikalisasi berbeda-beda.
Saat ini, para Elit ISIS di kamp mengintimidasi orang yang sudah sadar. Namun, para militant ISIS ini pun lebih memikirkan cara bertahan hidup ketimbang persoalan ideology. Orang-orang yang terjebak di Syira ini sangat ingin kembali ke Indonesia. Sehingga diperlukan pendataan sebelum dilakukan pemulangan.
”Pentingnya pendataan di kamp sebelum repatriasi. Terutama untuk kategori anak, harus dilakukan pemulangan,” ungkapnya.
Untuk kategori anak yang dianggap sebagai korban, yaitu, yang berstatus yatim/piatu serta yangterpisah dari keluarga. Di Syira, tidak sedikit yang menjadi pengantin anak. Untuk itu, mereka harus dipulangkan. Serta mereka yang melahirkan di usia remaja. Saat ini, kondisi kamp pengungsian memiliki banyak masalah kesehatan (gizi buruk, asthma, hepatitis, epilepsi), trauma, gejala PTSD.
”Dan mereka harus dipulangkan segera ke Indonesia,” pungkasnya.