Semua anak yang terlibat dalam faham radikalisme dan jaringan terorisme harus dilakukan rehabilitasi. Menurut Komisioner Bidang Pornografi dan Cyber Crime KPAI, Margaret Aliyatul Maemunah, adapun proses rehabilitasi dan reintegrasi ini adalah Proses Perlindungan dari Radikalisme dan Terorisme.
”Hal tersebut termasuk juga dalam proses pencegahan, penanganan, rehabilitasi, dan reintegrasi. Hal ini, tidak bisa hanya dilakukan oleh Pemerintah. Perlu adanya kolaborasi dan sinergi dengan berbagai Stakeholder lainnya,” ungkapnya yang juga menjadi sekretaris PP Fatayat NU, belum lama ini.
Fatayat NU sebagai bagian dari jaringan WGWC memiliki komitmen yang tinggi untuk melakukan pencegahan paham radikalisme dan terorisme. Baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat secara luas. Sebagai organisasi keagamaan perempuan yang memiliki basis jama’ah di seluruh wilayah Indonesia serta kepengurusan mulai dari tingkat ranting hingga pusat, kader-kader Fatayat NU sangat aktif untuk mencegah maraknya faham radikalisme dan ekstrimisme.
Kader Fatayat NU bergerak melalui program-program dakwah yang toleran dan rahmatan lil ‘alamin. Basis kerja Fatayat juga berada di lingkungan pesantren. Di saat yang bersamaan, Pendiri Pondok Pesantren Al Hidayah Deli Serdang, Ustad Khoirul Ghazali mengatakan jika dirinya sengaja membuat pesantren untuk anak-anak para mantan napiter. Awalnya untuk anak-anak mantan napiter. Namun, kemudian mulai membuka pesantren bagi anak-anak yang lainya.
”Saya mendirikan pesantren tidak dipungut biaya. akhirnya mereka menerima,” ungkapnya.
Melalui, kerjasama dengan dinas pendidikan dan kemenag, dirinya membuat muatan local tentang pembelajaran anti radikalisme, tentang islam rahmatan lil’alamin hingga membahas tentang aswaja yang diajarkan oleh NU. Bahwa Islam, tegasnya, tidak pernah mengajarkan tentang kekerasan dan nabi tidak melakukan penganiayaan.
Islam, lanjutnya, tidak mengajarkan balas dendam. Dalam periode makkah selama 13 tahun, islampun tidak bengis ketika sudah memiliki kekuatan. Nabi pernah menerima 60 pendeta didalam masjid, nabi mengajarkan Islam secara damai.
”Kami mengajarkan Islam Rahmatan Lil’Alamin,” pungkasnya.