Berdasarkan hasil studi PPIM pada 2018, Potret Sikap Beragama di Kalangan Siswa SMA menunjukkan bahwa dalam level sikap/opini, sekitar 58,5 persen siswa dan mahasiswa memiliki pandangan keagamaan yang cenderung radikal, dan 51,1 persen memiliki pandangan keagamaan yang cenderung intoleran secara internal. Secara eksternal, sebanyak 34,3 persen siswa dan mahasiswa menjukkan pemahaman keagamaan yang cenderung intoleran. Sebanyak 48,95% siswa dan mahasiswa merasa bahwa pendidikan agama memiliki porsi besar dalam mempengaruhi sikap toleransi terhadap agama lain.
Prokontra terhadap keberadaan Rohis tersebut semakin bertambah, dengan terungkapnya fakta, bahwa mantan pengurus dan aktivis Rohis salah satu sekolah, yakni SMKN Anggrek terlibat aksi terorisme, tertangkap oleh Densus Anti Teror-88, pada tahun 2011 (Suara Merdeka, 2012). Enam di antara tujuh pelaku yang ditangkap tersebut berasal dari sekolah menengah kejuruan itu. Di antara enam orang tersebut, tiga orang masih berstatus pelajar dan tiga lainnya adalah alumnusnya.
Menurut Dosen Psikologi Universitas Pancasila, Muhammad Akhyar, terdapat beberapa atribut dari rohis menjadi masalah akan tetapi menurut pandangan beberapa guru itu tidak menjadi maslaah. Misalkan masalah tidak boleh pacaran. Hal ini menjadi fakta dilapangan. Saat dirinya melakukan FGD, dirinya sempat menemukan terdapat seorang gutu yang meneur siswa laki-laki dan perempuan yang jarak berbicaranya terlalu dekat.
”Dari teguran yang dilakukan oleh guru tersebut saya menangkap ada nuansa ideology tarbiyah atau ikhwanul muslimin. Sehingga, guru dan anak-anak rohis berpikir islam yang ideal adala itu. Hal lainnya yang selalu menjadi perdebatan adalah masalah jilbab yang ideal,” terangnya.
Dalam beberapa kali pertemuan dengan para guru para guru tertarik untuk membahas masalah moderat, ekstremisme dan liberal. Ada beberapa sekolah yang sudah memiliki perspektif tertentu mengenai islam yang moderat. Untuk membuat perspektif yang sama kepada para guru, dibutuhkan juga konten yang sama.
Terkait dentang alumni, di beberapa sekolah, mereka mulai menyetop alumni. Mereka sudah mulai membaca, memang terdapat beberapa alumni yang memiliki pandangan ekstremisme. Akan tetapi, pandangan ekstremisme sebenernya adalah ide politinya. Jika afiliasi terhadap tarbiyah pasti ide politiknya PKS.
”Tentu, alumni menjadi jembatan agar para rohis memiliki identitas yang semakin jelas. Kalau anak rohis masih ada jarak kayak malu-malu kucing gitu. Jadi seorang alumni ini, ketika alumni ini sudah masuk kuliah, intensitas politiknya lebih kenceng, pungkasnya.