Isu perempuan dan anak dalam konteks violent ekstremisme menjadi hal yang sangat menarik untuk dibahas. WGWC Talk 11 mengangkat tema yang sangat menarik. Bahkan, cerita yang diangkat tidak banyak diangkat oleh public. Terdapat 3 hal yang menarik dalam agenda WGWC talk 11. Di antaranya tips agar bisa dealing dengan CVE, bahwa terorisme bukan sesuatu yang hanya dikerjakan aktor maskulin, tapi ada perempuan dan anak yang mendapat dampak serius baik dari sisi pelaku maupun korban.
Ruang pendidikan, diakui atau tidak jika terdapat akar masalah radilalisme dan ekstremisme. Ada banyak orang sudah menyakini jika pendidikan adalah ruang lingkup yang sangat penting ketika berbicara radikalisme. Sebab, pendidikan bisa jadi bibit radikalisme. Bahkan, melalui pendidikan radikalisme bisa difasilitasi lebih luas penyebarannya.

Menurut Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah, sudah banyak institusi besar menghadirkan riset-riset luar biasa, terkait dengan radikalisme di sekolah dan di kampus. ”Tetapi saya rasa riset-riset tersebut tidak cukup untuk membedah apa yang terjadi dalam pengalaman anak didik kita dalam perjalanannya mengenal tentang keislaman dan kemudian berakhir dengan kebingungan ini mau dibawa kemana,” diungkap dalam pembukaan WGWC Talk 11.
Disadari atau tidak, terdapat actor-aktor yang sudah mulai menyadari praktik radikalisme di sekolah. Di saat yang bersamaan, lanjutnya, para actor ini berjuang dan mengenal dinamika mereka, dan memutuskan tidak lagi bergabung dengan kelompok ini ekstremisme ini. Kemudian, memilih jalan yang berbeda.
”Dan kita juga ada para penanggap yang juga sangat berdedikasi di bidangnya, tentu akan bisa juga kita dapatkan bagaimana lembaga dan perwakilan pemerintah juga yang bisa mengeksplor sebenarnya setelah kita bereuforia dan berdeklarasi tentang sekolah bebas radikalisme, kampus bebas radikalisme, lalu apa yang sebenarnya terjadi di sekolah tersebut dan kampus tersebut,” terangnya.
Cerita melalui actor-aktor muda ini menggambar apa yang sebenernya terjadi di Sekolah. Lalu, apa saja pembenahan-pembenahan yang dilakukan sekolahuntuk membuat lingkungan belajar kondusif dan nilai keindonesiaan. Serta keberagaman itu bisa tumbuh subur di hati anak-anak dan menjadi bagian kultur yang harus dibesarkan oleh sekolah itu sendiri.