Cerita Jihad Selfie yang dibuat oleh Noor Huda Ismail, pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, menceritakan jika perekrutan ISIS bisa dilakukan melalui sosial media. Dalam film tersebut, salah seorang anak SMA yaitu Teuku Akbar Maulana yang sedang belajar di Kayseri, Turki, tertarik salah satu aksi yang dilakukan temannya di facebook yang memperlihatkan pembicaraan dengan anggota ISIS.
Melalui nontonan facebook tersebut, Akbar merasa tertarik untuk bisa bergabung dengan ISIS. Bercermin pada WGWC Talk #5 dan #6, di mana keluarga menjadi lingkaran penting seseorang tetap merasa aman tanpa dihakimi benar atau salah. Misalkan pada WGWC Talk #5 dengan narasumber para istri mantan napiter ini, sebagai pendamping suami dalam proses deradikalisasi menjadi penting.
Keterlibatan perempuan dalam proses deradikalisasi dan disengangment dapat melengkapi program yang selama ini sudah berjalan. Lalu, pada WGWC Talk #6 yang menghadirkan dua orang anak dari mantan napiter tidak kehilangan sosok ayah mereka walaupun ayah mereka ditahan pihak kepolisian. Kasih sayang orangtua digantikan oleh sanak-saudara lainnya sehingga kebutuhan kasih sayang dari orangtua tetap terpenuhi.
Dalam agenda WGWC Talk Seri 9 mengambil tema “Narasi Perempuan Menarik Keluarga dari Pusaran Ekstremisme Kekerasan” menghadirkan dua orang narasumber yang terlibat dalam mencegah dan berusaha agar keluarganya tidak terlibat dalam ekstremisme kekerasan. Sedangkan penanggap menghadirkan Andi Intan Dulung sebagai perwakilan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Miftah Farid sebagai salah satu praktisi media. Agenda dimoderatori oleh Haryani Saptaningtyas sebagai direktur Percik Institute yang diadagakan melalui zoom, Kamis (10 September 2020).
Salah satu narasumber memiliki pengalaman untuk mencegahnya anaknya untuk ikut dalam gerakan ISIS di Suriah. Perempuan bernama Yani itu memiliki memiliki seorang anak laki-laki cerdas saat SMA. Anakya mendapatkan beasiswa di Turki. Ketika sekolah di Turki, anaknya sering bercerita jika melihat tentara ISIS sangat keren. Ternyata, hal itu memicu anaknya untuk pergi berperang dengan ISIS.
”Anak saya mendapatkan foto-foto para tentara ISIS melalui sosial media. Namun, saya sering sering mencegah anaknya utuk ikut dengan para tentara ISIS. Setiap menelpon, saya selalu berusaha untuk bisa lebih dekat dengan anak saya,” terangnya.
Hingga akhirnya, diungkap olehnya, anaknya mengurungkan niatnya untuk menjadi tentara ISIS. Sedangkan narasumber kedua, Dian, sempat mencegah suaminya untuk tidak ikut terlibat dalam jaringan ekstremisme. Dian bercerita jika suaminya sempat dipenjara karena ikut terlibat dalam jaringan ekstremisme. Dulu, saat masih sedang pacaran tidak ada yang berbeda dengan tingkah suaminya.
Setelah lahir anak pertama, banyak berbicara tentang hal-hal yang haram. Suaminya sempat bekerja di biro wisata, namuan keluar. Hal itu yang menyebabkan suaminya berbeda, konsep keluar pun berbeda. Istri harus nurut dengan suami dengan mengurusi hal-hal rumah.
”Saya seringkali kerepotan jika anaknya sakit namun suaminya tidak mau mengurusinya,” kata Dian.
Anak-anak yang sudah beranjak dewasa pun seringkali bertanya tentang bapaknya yang dipenjara atas tuduhan terorisme. Dian hanya bisa berkata untuk tidak meniru apa yang dilakukan oleh bapaknya. Serta, Dian juga berusaha untuk mencegah suaminya untuk terlibat kembali dalam gerakan serupa.