26.1 C
Jakarta
Rabu, 16 Oktober 2024

Keterlibatan Perempuan dalam Sektor Keamanan Masih Minim

Dulu, sering dibayangkan terorisme aktornya laki-laki, baik pelaku atau aparat penegak hukumnya. Padahal dalam perkembangannya, aktor perempuan bukan hanya di belakang layar. Akan tetapi, juga sudah berubah perannya yang lebih strategis. Namun, persuasi women to women lebih efektif dibandingkan women to men. Menurut Dosen Magister Kajian Ketahanan UI, Margareta Hanita, Indonesia terbilang lambat untuk melibatkan perempuan dalam sektor keamanan.

”Saya sendiri penelitian 20 tahun yang lalu tentang inong bale di aceh, indonesia tuh sangat lambat sekali. Setiap kali saya penelitian saya sendiri sering sekali bertemu dengan orang-orang di UN, ada banyak sekali perempuan di sektor ini,” katanya dalam agenda WGWC Talk 10.

Dirinya pernah melakukan penelitian di perbatasan Timor Leste. Serta melakukan rapat bersama interfaith, di mana pengambilan keputusannya kebanyakan perempuan. Keterlibatan perempuan dalam sektor keamananya, di Indonesia masih sangat kurang. Polwan di Indonesia hanya sekitar 24 ribu yang tidak sampai 10 persen. Saat ini, sudah ada penambahan 7000 polwan.

”Saya sendiri ikut mengajar polwan, pada dasarnya polwan sedikit. Polisi Indonesia masih lemah, kalau tidak mengakomodasi polwan. Saat ini akomodasi masih khusus yaitu unit PPA. Tetapi, itu pun masih kurang,” terangnya.

Menurutnya, hal ini memberikan gambaran polwan di Indonesia memiliki kompoten dan harus diberikan kesempatan. Apalagi, perempuannya sudah maju tapi ada pertanyaan besar, apakah diberi kesempatan. Tantangan di Indonesia, masih pengakuan kemampuan perempuan yang harus didorong. Saat ini sangat tepat di mana pelaku terorisme banyak perempuan. female kombatan sangat militan dan mereka berpotensii melibatkan anak-anaknya dan dampaknya luar biasanya. Sehingga dibutuhkan pendekatan yang persuasi.

Psikolog ini memiliki kemampuan mendengar, ketika mereka berbicara dengan polwan. Memang harus diberikan porsi lebih banyak, secara kodrat perempuan memiliki empati lebih bagus. Seperti yang disampaikan narasumber 1 dan 2, pengetahuannya luas sekali di mana female kombatan sesama perempuan mudah tergali informasi. Tantangannya adalah pengakutan.

”Saya yakin, hambatan kultural yang luar biasa. Saya bisa membayangkan keluarga beliau mungkin orangtua atau suami, pasti hambatan kulturalnya cukup berat. Saya pernh mewancarai OPM di penjara, di mana keluarga saya lebih khawatir. Namun, saya juga yakin di mana keluarga narasumber ini sangat responsip gender, sehingga hambatan kulturalnya tidak banyak,” jelasnya.

Namun, lanjut dia, jika tidak responsif gender hambatan kulturalnya cukup banyak. Dirinya kebetulan mengajar perempuan dalam keamanan dan mengikuti mahasiswa perempuan diterima. Dirinya mendorong perempuan untuk diterima, intel terkenal adalah perempuan. Perempuan memiliki kemampuan yang luar biasa, seperti cover, kemampuan propaganda dan lainnya.

”Kalau dilihat di film-film intelegen, kalau divideo viral semua yang melakukan simulasi itu adalah perempuan yang mana mahasiswa S-1 berkelahi padahal badannya kecil. Saya ingin mengatakan perempuan disektor keamana sudah kompoten. kompeten dan kualifikasi adalah modal utama agar perempuan bisa masuk dalam sektor keamanan,” ucapnya.

Di sektor keamanan belum mendapatkan afirmatif action, berbeda dengan perempuan dalam politik yang sudah memiliki afirmatif action yang sudah mencapai 30 persen. Di sektor keamanan sangat berbeda, harus sangat profesional dan canggih.

”Yang menenagkan kita adalah jangan khawatir, dunia keamanan ini sangat responsif gender. Saya juga sering sendiri di daerah konflik, kita juga sering dijaga. Respeknya luar biasa, saya pikir ibu-ibu di sini sudah saatnya kita semua masuk kepada sektor ini karena membutuhkan kita. bukan mencairkan suasana, harus setara untuk melihat perspektif yang berbeda,” pungkasnya.

TERBARU

Konten Terkait