Dalam beberapa tahun terakhir, perempuan menjadi aktor utama pelaku terorisme. Namun, apakah perempuan hanya bisa sebagai aktor terorisme? Peran perempuan dalam aspek-aspek counter violent extremisime perlu diserot oleh semua kalangan.Secara spesifik bagaimana kerja-kerja pendampingan terhadap subjek-subjek narapidana teroris terutama narapidana teroris perempuan.
Diakui oleh salah satu SC WGWC, Taufik Andrie, kita juga tidak punya cukup catatan yang baik tentang apa-apa yang dikerjakan, baik di dalam lapas maupun ketika sudah dibebaskan. ”Di sini kita memasuki babak baru di mana bukan hanya orang-orang seperti Munfiatun seperti Rahmah atau Munawaroh yang menjadi support system, tetapi new wave of womens role atau gelombang baru peran perempuan dalam ekstremisme ini semakin strategis, semakin penting mereka bukan hanya di dimensi support system tetapi masuk di main actors atau aktor-aktor utama,” katanya dalam pembukaan WGWC Talk 7.
Di mana mereka bisa berperan sebagai perekrut, fundraiser, campaigner, bahkan menjadi perpertrators atau pelaku bom bunuh diri, ada banyak nama, ditangani oleh petugas-petugas hebat dimasing-masing UPT Lembaga Pemasyarakatan. Dalam konteks yang paling mutakhir saat ini, lanjutnya, titik krusial bagi perempuan melakukan balancing/ perimbangan kekuatan antara generasi perempuan di kelompok radikal atau teroris dengan aktor-aktor CVE.
Hal tersebut sebagai perimbangan kekuatan adalah kelompok ekstremisme dari waktu ke waktu jumlahnya semakin bertambah. Begitu juga dengan role yang semakin kuat, semakin hebat di banyak aspek. Maka aktor-aktor CVE juga harus memainkan peran yang sama dengan kapasitas yang makin lama makin bagus terutama dalam konteks penelitian, pendampingan dan aktor-aktor kontra naratif dan deradikalisasi.
”Di sini kita akan menitik beratkan bagaimana kerja-kerja bagus, best practice yang muncul di lembaga pemasyarakatan. Saya percaya betul, percaya penuh atas kerja-kerja teman-teman di lapangan di lapas yang mungkin tidak banyak diketahui,” terangnya.
Diungkap olehnya, keunggulan dari petugas perempuan ada dua hal, yaitu acceptabilitas dan approach. Pada kluster ini laki-laki tidak berperan sama sekali, useless. Dirinya yakin perempuan akan bisa lebih berdaya, lebih produktif dan lebih strategis dalam mengemban peran ini ketimbang laki-laki.
”Untuk itu, lanjut dua, bisa saling support untuk kerja-kerja di masa depan untuk saling mendukung, ketika menghadapi tantangan terkait peran perempuan dalam radikalisme dan terorisme yang lebih kuat di masa sekarang dan masa mendatang,” pungkasnya.