Siapa Anak yang Rentan Akan Trauma?

Dalam beberapa kali penanganan kasus terhadap kondisi anak yang sedang trauma, Psikolog BRSAMPK Handayani, Euis Heni Mulyani, menjelaskan jika ada pihak sempat melakukan beberapa test kepada anak-anak di Yayasan Handayani.

”Selain dari yang saya pernah saya tangani di sini, kebetulan ada yang dari 7 anak itu ada yang trauma. Ketika itu diberikan test PTSD- Post Trauma test Disorder jadi dia mengalami trauma lama yang jadi yang 3 orang itu trauma sedangkan yang 4 orang tidak,” ungkapnya.

Siapa Anak yang Rentan Akan Trauma?

Dari test tersebut, bisa dilihat dari tingkat kecerdasan, jadi tingkat kecerdasan juga berpengaruh. Jaid anak yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata itu lebih rentan, lebih berkembang traumnya. Akan tetapi, anak-anak yang rata-rata ke bawah itu anak-anak tersebut lebih cepat untuk penyesuaian dirinya dan lebih cepat recoverynya.

mereka tidak mungkin karena ketidakpahaman mereka terhadap situasi sehingga mereka tidak ada trauma. Hanya sebentar aja ketakutan seperti itu. ”Kami di sini, memberikan psiko terapi untuk anak-anak, selama 3 bulan dilakukan satu minggu sekali waktu itu selama 3 bulan. Alhamdulillah anak-anak tersebut yang tadinya sangat agresif ya, kemudin perlahan-lahan menjadi lebih tenang,” katanya,

Selama setahun lebih anak-anak tersebut, lanjut dia, menjadi anak-anak yang ceria karena memang anak-anak tersebut di lingkungan yang aman. Hal lainnya, eempat anak di sini sudah melakukan hal itu keluarganya. ”Jadi keluarganya menciptakan suasana yang aman untuk mereka,” ucapnya.

Kemudian, lanjut dia, pendampingan sangat diperlukan. Pendampingan jangka panjang untuk anak-anak yang kehilangan anggota keluarga. Biasanya mereka yang kehilangan anggota keluarganya itu yang lebih rentan dan lebih berkembang traumanya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang WGWC

Working Group on Women and Preventing/ Countering Violent Extremism (WGWC) merupakan sebuah platform jaringan bagi masyarakat sipil dan pemerintah yang bekerja untuk memperkuat pengarus-utamaan gender (gender maintreaming) dalam policy maupun intervensi penanggulangan radikalisme dan ekstrimisme (terorisme) di Indonesia. Dideklarasikan pada tanggal 24 Juli 2017 di Bogor, WGWC telah menjadi rumah bersama bagi para aktor yang bekerja dalam pengarusutamaan gender dalam pencegahan ekstremisme kekerasan.

Newsletter

Scroll to Top