Jumlah laki-laki yang terlibat dalam terorisme ternyata masih cukup banyak. Namun, ketika pelaksanaan aksi, para suami ini tidak melibatkan para istri dalam aksinya. Bahkan, tidak sedikit para istri yang tidak mengetahui pekerjaan suaminya. Para suami seringkali menghilang dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal tersebut diungkap oleh salah seorang narasumber dalam WGWC Talk 5 dengan tema ”I Love You, Leave It” : Kisah Para Istri Mendorong Disengangment”.
Perempuan yang sering dipanggil Ummi itu, mengungkapnya selain seringkali menghilang, suaminya terdapat beberapa perubahan. Di mana suami seringkali tertutup. ”Suami ada perubahan. Bahkan, saya sendiri mengetahui suami saya ditanggap Densus 88 saat pihak kepolisian mendatangi rumah,” terangnya.
Kejadian penanggapan suaminya, diakui olehnya, membuat dirinya tidak percaya. Sejak saat itu, dirinya harus menjadi kepala keluarga. Walaupun begitu, pihaknya mendapat dukungan dari pihak keluarga. Baik keluarga sendiri atau pihak mertua.
”Maksudnya gini karena kami mengenal suami dengan baik dan mereka juga mengenal keluarga dari suami dengan baik, mengenal saya dengan baik jadi kemungkinan untuk tetap mendukung,” terangnya.
Paska kejadian, diungkap olehnya, pihak keluarga suami meminta dirinya untuk pindah dan tinggal beresama mereka. Namun, dirinya tetap memutuskan untuk tinggal di Depok. Di tempat tinggalnya pun, dirinya berusaha menjelasan kepada masyarakat terkait masalah yang menimpa dirinya. Serta menjelaskan kepada masyarakat untuk menerima dirinya bersama anak-anak.
Dirinya pun tidak menampik jika sempat diusir oleh masyarakat atas kejadian yang menimpa dirinya. Namun, dirinya pun menjelaskan kepada pihak ketua RT terkait masalah dirinya. “Apakah bapak mencurigai saya, apakah saya membuat pengaruh di sini, apakah suami saya mempengaruhi? Nggak ada kan? Jadi emang ngga pernah ada,” ucapnya.
Diungkap olehnya, beberapa teman sempat meninggalkan dirinya. Bahkan, di masyarakat sempat dikucilkan beberapa bulan. Namun, masyarakat mulai berubah. ”Akhirnya mereka mendekat lagi ke saya karena mereka tahu kehidupan kita yang sebenarnya. Malah jadi justru support dari teman-teman saya. Ada yang mendukung secara moril dan materil. Itu yang membuat saya semakian yakin tetap tinggal di Depok,” terangnya.
Dia menegaskan, agar bisa berdiri sendiri. Di saat yang bersamaan, dirinya tetap mendorong agar suami bisa lebih terbuka. Pihaknya juga mendorong suami untuk terus belajar, selama memberikan manfaat untuk diri itu lakukan. ”Cara saya untuk membujuk suami selalu dengan dialog banget. saya tidak bermain dengan ayat-ayat Alquran atau hadist-hadist gitu karena suami lebih pintar dari saya,” katanya.
Selama 3 tahun suaminya dipenjara, dia menjelaskan, jika banyak orang yang mensuppor dirinya. Tidak terkecuali pihak Yayasan Prasasti Perdamaian. Namun, dirinya menegaskan untuk bisa berjuangan sendiri. Dari perjalanan tersebut, pihaknya bersyukur jika suami mendapatkan remisi dan pembebasan bersyarat.
”Di satu sisi yang saya tangkep adalah kenapa saya bilang kenapa suami saya ngga balik lagi gitu, karena memang dari awalnya memang bukan orang yang setuju dengan tindakan teroris. Bahkan, di dalam penjara orang-orang yang akan mengajak suami ke arah yang sama, makin kuat. Namun, harus punya filter. Alhamdulillah suami saya bisa menyadari itu, bisa membentengi untuk tidak makin tertarik ke arah sana,” pungkasnya.